JAVIER LIEM
"Oke, kulihat kamu yang bikin manusia itu mampus," kata Sam sambil menunjukku. "Dia mengatakan sesuatu?"
Aku mengangguk, berusaha keras untuk menghindari tatapan Sierra dan Ethan.
"Dia bilang, nama tempat ini, Arima, bisa digunakan untuk mengetahui nomor pintu yang, bisa kita masuki," kataku setegar mungkin. "Kalian tentu tahu kan, kita harus masuk ke salah satu pintu yang ada di sana supaya bisa bertemu dengan... bos atau apalah."
"Tapi bagaimana kalau kita salah buka lalu terjebak?" kata Sierra dengan nada bicara tanpa bersalah sedikitpun, membuatku semakin sakit, dan somehow, marah karena tindakannya tadi. "Pintu ini banyak sekali."
"Kita hanya bisa berharap pada keberuntungan kalau begitu," kata Bri membantuku yang sudah nyaris tak sanggup melihat wajah Sierra dan Ethan. "Oke, jadi nama tempat ini adalah... Arima."
Sam mengangguk. "Aku tidak tahu tapi Arima itu apa."
"Aku tahu." Sierra buka suara, dan semakin sering dia berbicara seperti itu, perasaanku semakin tercabik-cabik. Kucubit sendiri kakiku agar aku tidak meledak dan untungnya itu berhasil. "Arima itu nama sebuah gua yang ditinggali oleh Echidna."
"Yep, "kataku, entah kerasukan setan apa yang ada di sini, mendadak hepi seperti biasanya lagi. "Kamu udah ngomong itu tadi, Sier. Dan, siapa tepatnya Echidna itu?"
Kenapa dia baik-baik saja? Bukankah seharusnya dia marah padaku?
Aku tersenyum manis walau rasanya ingin kutampar wajah ini supaya tidak tersenyum begitu padanya.
"Monster dalam mitologi Yunani, perempuan," kata Sierra sambil menelan ludah. "Ibu dari para monster."
"Oke, Echidna," kataku sambil menimang-nimang apakah aku harus naik ke atas sekarang atau tidak, tapi kemudian, aku bergerak naik melalui tangga yang ada di ujung ruangan itu, dan seperti biasanya, mereka semua langsung mengikuti.
"Bagaimana bisa kita tahu kalau itu adalah pintu yang benar?" tanya Ethan padaku.
"Aku masih belum tahu sih." Ayo, Jav, tahan sebentar, tahan! "Tapi kita berharap saja kalau apa yang dikatakan si sialan itu benar."
Kami semua lalu melangkah perlahan-lahan menuju ke lantai dua tempat ini, dengan harapan tidak ada lagi yang harus kita hadapi karena ya, kita sudah lumayan banyak menguras tenaga di bawah sana. Terutama aku. Yang harus menguras tenaga dan perasaan.
"Jadi, Echidna itu ada... tujuh huruf. Di lantai ini ada angka empat sampai dua belas, jadi kita akan coba ke pintu nomor tujuh," kataku cepat tanpa berbasa-basi.
"Tunggu dulu," ujar Sam menahanku. "Kamu tahu darimana kalau, kamu merubah huruf ke angka dan itulah angka yang tepat?"
Aku menggaruk-garuk kepalaku. "Aku pun masih mencoba, Sam. Kalau ini salah, berarti kita harus berpikir lebih keras lagi."
"Tapi ini masuk akal," sahut Sierra lagi. Aduh, Sier, bisakah kamu diam dulu, sebentar? "Kita coba saja pintu kelima dan tujuh, Arima ada lima huruf, Echidna ada tujuh."
Dengan, astaga, santainya, Sierra mengajak Ethan untuk melihat pintu kelima yang terletak di ujung sebelah kiri, sementara pintu nomor tujuh ada di tengah-tengah sini. Melihat mereka berdua berjalan begitu dekat, rasa sakit itu kembali muncul. Tapi mendadak, kurasakan tangan Sam menyentuh pundakku.
"Jav, kita harus bicara setelah ini selesai," katanya singkat, terdengar begitu bijak dan sedikit menenangkanku. "Dan kendalikan dirimu."
Aku mengangguk. "Aku baik-baik saja kok. Hanya sedikit... sakit hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)
Mystery / ThrillerBuku 4☑ The Forest Voyage - Journal of Truth [Completed] "Kalian lelah mengikuti permainan kami, bukan? Bagaimana kalau kali ini kita bermain bersama?" Tidak ada yang lebih menyebalkan daripada terpisah di dua tempat berbeda untuk menyelesaikan...