CALLENSY REECE
Mr.Will's Core Maze, Batu, Malang (Sedikit ke bawah tanah)
January 7th, 03.43 A.M
"Maaf, Callen."
Kata-kata itu terus terngiang di otakku bahkan saat aku memaksa untuk melupakannya. Bolak-balik kucubit pipiku, kugigit lidahku, bahkan berusaha keras aku membunuh diriku agar bisa lepas dari bayangan itu.
Semuanya terjadi begitu cepat, dan rasanya seperti dilempar dari tebing setinggi 10000 meter, lalu jatuh menghantam tanah hingga kepala dan badanku pecah semua.
Rasanya masih ingin aku berkata "Bangun, Callensy, bangun!", tapi ini semua nyata. Semua yang terjadi dalam satu jam belakangan ini nyata, bukan mimpi, bukan bayangan semata. Ricco yang di belakangku sudah kenal dengan Kathy, mereka yang rupanya saling menyukai. Aku tidak tahu sekarang harus marah atau sedih karena kematian Ricco, tapi aku tidak bisa melupakannya begitu saja. Aku masih sempat memanggilnya babe, dan dia selalu memanggilku love. Lalu apa ini semua?
Aku ingin sekali menangis, percayalah. Ingin kukubur diriku secepatnya dan menghilang dari dunia ini. Aku tidak tahu apa aku bisa menghadapi ini semua, karena pada detik pertama, semuanya begitu indah. Aku dan pacarku, teman-temanku, kehidupan kami nyaris bahagia sebagai anak SMA. Lalu kedatangan organisasi itu menghancurkan segalanya.
Dan aku bersumpah akan menghabisi mereka sampai untuk membuka mata saja saat mereka bangun di neraka nanti, mereka tidak bisa.
Itu masalahku.
Sementara sosok yang ada di depan kami sekarang ini bukanlah masalahku, tapi masalah Carlo, temanku. Kentara sekali cowok itu tidak bisa bergerak saat melihat ayahnya berdiri di sana dengan tampang dan seringaian yang jahat, bukan seperti Om Ranno yang kutahu. Sebelumnya, Carlo tidak pernah bercerita soal ayahnya sama sekali. Yang dia ikutkan dalam cerita hanyalah mamanya, Tante Amelia. Kalau diingat-ingat, Carlo hanya bilang padaku saja soal Om Ranno. Bahkan Javier dan Ethan saja tidak tau, entah kenapa dia menyembunyikan identitas papanya itu. Dan setauku, dia benar-benar tidak menyukai Om Ranno.
"Ma." Carlo memandangi Tante Amelia tidak percaya. "Mama juga ada sangkut pautnya dengan semua ini?"
Kulihat wajah wanita itu berubah sedih saat melihat Carlo, tapi dia hanya menggeleng sambil berkata dengan tenang, "Tidak, Carlo. Percayalah..."
"Tapi kenapa mama ada di samping papa?" tanya Carlo, sambil menekankan kata Papa dengan keras. "Kenapa mama ada di sana?"
"Carlo, mama sudah coba memberitahu papa kamu, tapi..."
"Tapi dia tidak mau percaya," kata Om Ranno, dan dalam hitungan detik dia mengeluarkan sebilah pisau dan menggores leher Tante Amelia, membuat Carlo langsung emosi dan mendorong papanya hingga terjatuh.
"Ma!" Carlo menghampiri Tante Amelia yang tampak kesakitan. "Ma, tahan. Callensy!"
Seakan tersadar dari semua kejadian yang begitu cepat ini, aku langsung menghampiri Tante Amelia yang memandangiku penuh rasa bersalah.
"Carlo, maaf, mama tidak bisa berbicara tadi, ma—"
"Carlo tahu, Ma," kata temanku itu sambil tersenyum manis pada mamanya, membuatku sedikit terharu, sebenarnya. "Carlo tahu. Mama nggak mungkin begitu."
"Carlo, kamu harus tahu kal...Awas!" teriak Tante Amelia saat kulihat ada bayangan Om Ranno yang mencoba untuk memukul Carlo, tapi cowok itu segera berbalik dan menendang kaki ayahnya dengan cepat, membuatnya terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)
Bí ẩn / Giật gânBuku 4☑ The Forest Voyage - Journal of Truth [Completed] "Kalian lelah mengikuti permainan kami, bukan? Bagaimana kalau kali ini kita bermain bersama?" Tidak ada yang lebih menyebalkan daripada terpisah di dua tempat berbeda untuk menyelesaikan...