CARLO INDIGO
Toko Flamboyan, Jalan Kartika, Batu, Malang
January 6th, 04.15 A.M
Rambut gondrong Pierre saat ini rupanya berguna juga. Walau dia rada pendiam, tapi otaknya encer banget kalau disuruh mencari alternatif yang paling menguntungkan untuk kita. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah mencari apa yang diinginkan si Rapunzel itu untuk kita bisa menyelesaikan permainan terkutuk ini.
Sebuah gelang dengan kelipatan angka enam dan 12, sungguh absurd, tapi mau tidak mau kita harus melakukannya.
Aku terpaksa harus melaksanakan rencana B karena rencana A sudah gagal. Saat aku dan Kathy masuk ke dalam rumah itu, semua isinya sudah hilang, seakan sudah dibersihkan. Ada bau gosong yang tercium, sebenarnya, membuatku berasumsi kalau mereka menghanguskan rumah ini. Tapi itu aneh, karena sebelumnya aku dan anak-anak sudah ke sana dan semuanya masih berantakan. Mungkinkah mereka melakukannya dalam hitungan jam? Siapapun yang membersihkan ini, kuharap mereka tidak menyentuh alat apa pun itu yang mengaktifkan chip gadungan dalam tubuh kita ini. Waktu kita tinggal kurang lebih satu jam lebih untuk menyelesaikan misi pertama, sunguh penuh tekanan. Dan dalam waktu satu jam itulah kita akan mengetahui kebenaran chip ini, apakah memang ada atau itu hanya karangan belaka.
"Menurutku, chip-chip itu hanya karangan saja," ujar Jay yang sudah mulai lelah berlari. Sesekali dia menoleh ke belakang, melihat barangkali orang-orang tadi kembali bangkit untuk menyerang. "Pikirkan, kalau kita baik-baik saja, itu karena kita terlalu takut dengan ancaman Rapunzel itu, makanya kita ingin selesaikan ini cepat-cepat, dan ancamannya itu bagus sekali karena kita pasti berpikir Wah, kita bisa mati kalau tidak segera menyelesaikannya, jadi mari kita selesaikan sebelum waktu yang ditentukan! Kalian tahu kan, dia sengaja mengancam begitu supaya kita tidak sadar kalau chip karangannya itu sebenarnya tidak ada?"
Kudengar, tidak ada yang bereaksi. Semua masih sibuk berjalan cepat, ada yang berlari, untuk bisa sampai di toko itu secepat mungkin. Mobil kami terpaksa ditinggal di depan vila Ethan, karena kacanya sudah pecah dan kita tidak mungkin menabrak orang-orang yang tergeletak itu dengan ganas.
Berhubung jalan yang kami tempuh akan searah, kami bakal berpencar nanti setelah sampai di Jalan Kartika, tujuan utama kami.
"Kita udah bagi kelompok, oke? Jadi Carlo dan Kathy bakal ke Krisan, aku dan Jay akan ke Dahlia, sementara kalian bertiga, masuk ke Flamboyan," ujar Pierre sambil berjalan cepat dan menghindari pohon-pohon besar yang menggugurkan daunnya karena angin yang cukup kencang.
"Ehem." Mendadak si Gris berdeham. "Entah apa maksud kamu masukin aku ke toko Flamboyan, Pierre, tapi aku rada sedikit tersinggung."
"Idih, kamu aja yang terlalu lebay, Gris. Yang mau nyindir kamu juga siapa," kata Ricco santai. "Ngerasa flamboyan, ya?"
"Idih! Ampun deh, namanya bukan flamboyan, hanya saja ini sedikit lebih lembut, tender. Nggak kayak kalian cowok-cowok, sok tegar, sok kuat, sok sok sok sok!"
"Gila ini anak, dia nggak sadar apa dia juga punya harta," celetuk Jay, selalu jutek dengan Gris.
"Halah, kamu kok jadi sensitif gitu sih, Gris," hibur Callen sambil menepuk punggung Gris pelan. "Alis kamu luntur lo kalau lagi ngamuk begitu."
"Apa?!" Aduh, si Callen salah ngomong alisnya Gris hancur. "Palet aku! Mana palet aku?!"
"Eh!"Jay membentak Gris, membuat Gris mendadak memasang wajah melas. "Jangan ngurusin alis sekarang, fokus, Gris, fokus!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)
Mistério / SuspenseBuku 4☑ The Forest Voyage - Journal of Truth [Completed] "Kalian lelah mengikuti permainan kami, bukan? Bagaimana kalau kali ini kita bermain bersama?" Tidak ada yang lebih menyebalkan daripada terpisah di dua tempat berbeda untuk menyelesaikan...