GRISDANE FERNANDEZ
RSK St.Vincentius a Paulo, Surabaya
January 8th, 07.45 A.M
Mengapa terjadi, kepada dirimu, aku tak percaya, kau telah tiadaaa...
Eh gila cyin! Masak aku nyanyi lagu kematian untukku sendiri? Pakai acara nyuruh diriku meninggalkan dunia pula! Mimpi apa coba aku nyanyiin lagu eks peterpan itu, dan kenapa pula dari 700 macam lagu yang ada di iTunes, harus lagu itu yang kuputar? Kan aku bisa nyetel lagu sendu dan bernada kematian kayak Lorde punya, atau Christina Perri sesekali, bisa juga si Birdy yang kayaknya hidupnya suram dan siap mati itu...
Tapi terlepas dari itu semua, aku benar-benar terpukul sampai retak-retak sekarang.
RASANYA AKU MAU MAMPUS MAMPUS MAMPUS WAKTU DENGAR BRILLIANT MENINGGAL!
Kupikir, hanya tiga orang saja yang meninggalkan kami semua, dan bagiku, itu sudah lebih dari horor. Jangankan tiga, kalau Pierre kakinya tergores ranting saja, aku bisa menganggapnya insiden besar. Sekarang ketambahan lagi satu orang, dari kelompok kami, apa-apaan itu? Dasar Rapunzel, gila luar biasa, bikin permainan gaje begini, kan jadi kita yang susah, mana habis gini aku harus keluar dana lagi buat perawatan alis dan mandi susu kambing, belum meni pedinya, dan bulu mataku, ARGHHH aku butuh moisturizer!
Sebenarnya, aku ingin sekali ngomel-ngomel lebih dari ini. Kalau bisa, seluruh suntikan di rumah sakit aku colong untuk kujadikan suntikan botoks, tapi masalahnya, Jay sedang terbaring sakit di ranjang dengan lemasnya, dan mau tidak mau, aku harus menahan diri untuk tidak menangis-nangis, atau berlebay-lebay ria.
Harus mengendalikan diri.
Tapi aku sudah tidak tahaaan!
Sejak tadi, si Callen yang tampaknya langsung syok begitu mendengar Bri meninggal, pingsan dan digotong Violet tiduran di kursi sofa yang disediakan di kamar, sedangkan aku dan Violet sendiri duduk berhadap-hadapan mengapit Jay yang hanya bisa celingak-celinguk melihat langit-langit rumah sakit. Untuk sepuluh menit lamanya kita berdua diam seperti orang bodoh, sampai pada akhirnya seorang suster masuk dan memberitahu Jay bahwa sebentar lagi dia harus makan pagi dan minum obat.
Baru setelah itu, kami semua mulai berbicara.
"Oke, daripada kita bengong kayak kodok di hipnotis begini, mendingan aku mulai dulu ngomong," kataku memulai pembicaraan. "Jadi lebih tepatnya, ada beberapa hal yang masih ingin kukepoin dari Si Violet ini."
"Nah, sama kalau begitu," ujar si Jay dengan suara lemas setuju padaku. "Aku pun punya beberapa pertanyaan."
"Kalau begitu tanya saja, jangan berdiskusi begitu. Aku serasa mau di interogasi tahu nggak?" sahut Violet galak, membuat kami berdua langsung ciut.
Tapi bukan Gris namanya kalau tidak fokus dan cuek dengan reaksinya yang rada jutek itu.
"Aku cuma penasaran aja sih," kataku sambil menopang wajahku. "Jadi, kamu dan Rose itu, anak kembar?"
"Retoris," jawab Violet bosan. "Kalau tidak kenapa kami berdua memiliki nama yang serupa?"
"Kan hanya penasaran saja. Maksudku, gimana ya, Tante Liana adalah ibumu," kataku menunjuk si Violet. "Lalu Sierra juga anaknya beliau, berarti kalian saudara tiri?"
"Bisa dibilang begitu," jawab Violet santai, lalu dia bersandar dan memainkan gelang-gelang hitamnya yang terkesan gotik. "Sebenarnya aku memiliki satu kakak laki-laki lagi, tapi dia sudah nggak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)
Misterio / SuspensoBuku 4☑ The Forest Voyage - Journal of Truth [Completed] "Kalian lelah mengikuti permainan kami, bukan? Bagaimana kalau kali ini kita bermain bersama?" Tidak ada yang lebih menyebalkan daripada terpisah di dua tempat berbeda untuk menyelesaikan...