CHAPTER 8-1: IT WAS A GAME, AFTER ALL

2.4K 246 42
                                    

GRISDANE FERNANDEZ

Batu Night Spectacular ( BNS ), Batu, Malang

January 5th, 08.30 P.M


*WARNING: Ini adalah POV perdana Gris, jadi maafkan dia kalau rada alay dan minta ditabok. Dia terlalu hepi untuk muncul.*



Demi setan berkepala unta yang giginya tongos dan berbau keringat!

Begini caranya aku  lebih baik tinggal di hotel. Iya, tadi kami habis lihat-lihat kamarnya (OMG bagus banget kamarnya! Mana banyak channel televisi favorit aku lagi! Aku kan jadi tidak bakal ketinggalan episode terbarunya ANTM! Aduh, aduh!) aku jadi betah di sana. Dengan susah payah, kupaksa Ricco supaya ceweknya, si Callen, mau menemani aku di kamar. Yah, jadi aku dan Callen akan sekamar, yey! Sedangkan Ricco bakal sekamar dengan si Carlo, dan Jay bakal sama Pierre. Jangan sebut aku tukang gosip, ya, tapi entah kenapa, aku selalu merasa Pierre suka dengan Jay, ke mana-mana mereka selalu bersama. Bikin iri. Tapi bodo amat lah, yang penting aku tidak jauh dari Callen! Aku kan butuh pensil alisnya dia buat bikin alisku yang baru dicukur habis sama tanteku ini.

Tentunya, dengan cewek barunya Carlo, si Keket. Omong-omong, si Keket itu belum datang sampai sekarang.

Jadi ceritanya begini. Carlo bilang dia sama si Ricco mau masuk rumah hantu. Aku sudah maksa Callen buat tinggal, tapi rupanya dia ngotot mau masuk sama pacarnya (biasa lah, orang pacaran kan maunya berduaan mulu gitu). Sedangkan Jay dan Pierre menghilang, katanya mau cari makan (iya, dua anak itu emang nggak peduli sama bodi, pantes aja kalau pakai kaos mereka agak kelihatan selebor begitu). Jadi aku sendirian.

S-E-N-D-I-R-I-A-N.

Sebatang kara, hanya aku dan tubuhku.

Bolak balik aku tolah-toleh sambil sesekali mencuri keripik kentangnyai Carlo yang dia titipin ke aku (cih, salah sendiri dia titip, kan mending aku habisin aja, sayang gitu lo kalo kelamaan bisa melempem), tapi mereka belum menampakkan batang kepalanya. Jangan-jangan mereka nyasar lagi di rumah hantunya, hahahahahah! Biarkan saja, biar mereka kapok, meninggalkan Gris sendirian di sini. Mereka pikir mereka tidak bakal dapat karma sudah meninggalkan anak manusia di tengah lautan manusia yang berpakaian garing--iya deh, kuakui hanya aku yang terlalu berlebihan dalam berpakaian. Ah, apa aku chat si Sierra aja ya, dia kan pasti nganggur, mana dia cewek sendirian lagi di sana, siapa tahu si Ethan ikutan menyahut, aku kan jadi bisa ngobrol juga dengannya, kasihan Sierra ...

Saat aku lagi sibuk mengetik pesan pada Sierra, mendadak punggungku yang indah bercahaya ini ditepuk oleh setan. Setan!"

Awh! Ternyata bukan setan, untungnya ya ampun! Setelah aku noleh, rupanya itu adalah si Carlo.

"Eits, Lou-Lou, sumpah deh! Keripik kamu sampe habis aku makan! Milih rasa kok keju, nggak enak, kayak bau terasi bakar yang diublek sama kaos kaki busuk, eh!" 

Setelah nyerepet panjang lebar dan ditanggapi oleh Carlo dengan tampang datar (ketahuan banget ini orang nyembunyiin senyum. Dia pikir aku tidak tahu apa, hah?), rupanya aku tidak hanya nyocot dengan satu orang tampan. Tapi ada seseorang lagi di belakangnya.

Seorang cewek berambut keriting bagaikan Taylor Swift, dengan rambut ombre berwarna biru di bawahnya (oh, kuharap warnanya bisa masuk, habis atas-atasnya pakai warna cokelat sih, kentara banget rambut asli dia warnanya hitam, tuh baru tumbuh hehehe ... ), muncul dari belakang. Bulu matanya panjang dengan mata yang bulat besar, membuatnya tampak seperti boneka santet ... eh ding! Dasar mulut tak terkontrol! Cantik begitu kukatain boneka santet, aduh, aduh, pasti karena kripik keju rasa terasi bakar si Carlo ini ...

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang