3. Awal Teringatnya Peristiwa.

5 2 0
                                    


Katakan "iya" jika setuju dan
Katakan "mungkin" jika kamu ragu.
Karena hari ini, kamu terbebas dari belenggu kesengsaraan. -Johan.


Suara langkah sepatu.

Johan memasuki ruangan kantor dari pemilik Perusahaan Pramawidya.


"Aku tidak perlu membuat janji terlebih dulu, bukan?" ucap Johan lalu duduk dengan santai.


Pria yang sedang berdiri membelakanginnya itupun, menoleh ke arahnya dan tersenyum menyeringai.


"(Tertawa) aku datang kesini bukan untuk melihat rekanku tersenyum menyeringai, santai saja.. " ucap Johan menyindir.


"Ah. Ternyata pimpinan tertinggi yang datang ke kantor pribadiku. Kenapa tiba - tiba sekali ? seharusnya kamu telefon aku dulu. Karena aku bisa menyambutmu dengan sopan." jawab Andi lalu berjalan ke arahnya.

"Tidak perlu repot - repot Pak CEO Andi.. sepertinya kamu menikmati jabatan kamu sekarang ya? Dan Jaya Darmawa hampir tersaingi oleh Pramawidya. Hahahaha.. selamat!" ucap Johan lalu menepuk tangan seraya kagum dengan peningkatan Perusahaan Andi.


"Kamu baru saja menyanjung dirimu sendiri. Karena semua ini terjadi karena kerjasama kita, dan sepertinya aku akan tetap melindungi jabatanku yang sekarang dari orang - orang yang ingin mengambilnya.. Hahaha betul tidak?" tanya Andi sambil menepuk bahu Johan.

"Iya iya.. jadi, kamu harus berhati - hati." jawab Johan lalu tersenyum.


"Emm baiklah, bagaimana kalau kita minum kopi bersama? Ini sudah jam istirahat, aku tau tempat yang cocok untuk minum kopi." ucap Andi.


"Ah iyaa.. ide yang bagus. Oh sebentar, anak kesayanganku pergi mengunjungi anakmu di Rumah Sakit. Aku memintanya untuk memberitahu istrimu agar mengizinkan dia menemui anakmu." jelas Johan.


"Laura tidak akan menolaknya, semoga anak - anak itu semakin akrab dan perjodohan ini bisa diterima dengan baik oleh anakku. Tapi aku sangat yakin, Andrea adalah anak yang penurut dan dia pasti akan menuruti kemauan papa nya." ucap Andi.

"Aku akan pegang kata - katamu itu, karena aku tidak mau melihat anak gadis menangis karena sebuah penolakan. Hahahah aku tidak serius dengan apa yang aku ucapkan itu, tapi itu lebih tepatnya sebuah pesan untuk Andrea." ucap Johan lalu berjalan terlebih dulu dan Andi berjalan mengikutinya.


"Hemm baiklah..." singkat Andi.

Disisi lain, Laura duduk bersama Liandra dan mengobrol hal yang serius.

"Liandra. Sebelumnya tante mau minta maaf sama kamu. Tolong rahasiakan ini dari Andrea, jangan sampai dia tau kalau dia mengalami Amnesia Pascatrauma. Tante mohon.." ucap Laura.

"Dan untuk perjodohan kalian, tolong jangan membuat Andrea tertekan. Tante nggak mau kalau terjadi hal yang buruk lagi, dan selebihnya tante memahami kamu yang menyukai Andrea emm pastikan kamu menyayangi dia dengan penuh kesabaran. Tante tau, kamu anak baik dan kamu tulus mencintai Andrea." ucapnya lagi.

"Tante nggak perlu khawatir. Aku akan tutup mulut, karena bagaiman pun sekarang Andrea adalah tunanganku. Aku pasti rawat dan menyayangi Andrea." Jawab Liandra lalu tersenyum seraya meyakinkan Mama dari Andrea itu.

"Terima kasih, Liandra." ucap Laura.

"Sama - sama, Tante. Oh iya, boleh aku masuk lagi ke kamarnya Andrea? Aku mau mengobrol sebentar.." tanya Liandra meminta izin.

[Mengangguk.]

Liandra pun menghampiri Andrea yang masih membuka matanya dan Andrea melihat ke arah perempuan yang merupakan tunangannya itu.

"Dre... gimana kondisi kamu sekarang ?" tanya Liandra lalu duduk dikursi sebelah ranjang pasien.

"Baik. Aku mau tanya sesuatu, kamu nggak mau jawab pun nggak masalah." ucap Andrea tampak serius dan penasaran.

"Aku pasti jawab pertanyaan apapun itu, silahkan." jawab Liandra sambil melemparkan senyuman hangat.

"Emm apa hubungan kita udah lama?" tanya Andrea.

"Lama, Dre. 2 tahun lebih kita pacaran dan sampai sekarang kita udah bertunangan, tapi sayangnya kamu nggak inget." jawab Liandra dengan sedih.

"A..aapa?? Kenapa aku nggak bisa mengingat sedikit pun kalau kita pacaran 2 tahun lebih. Seakan - akan, aku baru pertama kali ketemu kamu sekarang." ucap Andrea bertanya - tanya dan sesekali ia melihat wajah Liandra.

"Iya Dre.. tapi aku merasa bahagia sekarang, karena kondisi kamu udah membaik." ucap Liandra lalu tersenyum memperlihatkan giginya yang putih rapih.

"Maaf, Liandra. Ini pasti berat untuk kamu, aku nggak menyangka kita udah lama menjalin hubungan sampai ada ditahap serius sekarang. Aku berusaha untuk meyakinkan diri aku dan mengingat memori tentang kita." jelas Andrea merasa kasihan kepada Liandra.

"Kamu jangan terlalu memikirkan hal ini, karena kamu masih harus menjalani tahap pemulihan karena kecelakaan itu. Jadi jangan memaksakan untuk mengingat memori tentang kita, sebelum kamu benar - benar pulih." jawab Liandra.

"Kecelakaan ?? Aku mengalami kecelakaan?" gumam Andrea, lalu kejadian pun terlintas diingatannya saat kecelakaan tersebut dan seorang perempuan yang terlibat dalam kecelakaan bersamanya.

Cahaya lampu kendaraan menyilaukan mata Andrea pada saat kecelakaan dan dalam keadaan tergeletak itu, ia melihat wajah perempuan yang terbaring di aspal sambil melihat ke arahnya dengan tatapan sedih.

Seketika itu Andrea membuka matanya lebar dan berusaha keluar dari ingatannya itu, ia pun langsung memegang kepalanya.

"Ka,,kamu kenapa Dre ??" tanya Liandra khawatir.

"Ada ingatan yang terlintas pada saat kecelakaan terjadi. Aku.. aduuhh aargh!" Andrea meringis kesakitan dan memegang kepalanya.

"Udah udah Dre. Kamu jangan mengingatnya lagi. A..aaku panggil Dokter, oke." ucap Liandra mulai panik.

Akhirnya Dokter pun datang untuk memeriksa keadaan Andrea. Begitu pun Laura yang ikut masuk untuk memastikan anaknya baik - baik saja.

"Untuk saat ini, pasien harus banyak istirahat dan jangan dipaksakan untuk berpikir atau mengingat suatu kejadian. Karena ini bisa memperburuk kondisi pasien yang mengalami Amnesia Pascatrauma." ucap Dokter yang memberitahukan keadaan Andrea, dengan jarak yang cukup jauh dari ranjang Andrea agar dia tidak bisa mendengar percakapan Dokter dan Mamanya juga Liandra.





#BERSAMBUNG...

Bayangan Cinta yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang