Ibu dan anak itu pun terkejut melihat Johan murka dirumah mereka. "ADA APA INI?!" tanya Laura geram.
"Kalian memang tidak tau terimakasih, setelah apa yang sudah kita sepakati dari awal. Suamimu sudah menyetujui persyaratannya agar perusahaannya tidak jadi bangkrutt!!" Johan menegaskan dengan urat leher yang menonjol karena berteriak.
"Hah?apa ? Aku tidak salah dengar?? Suamiku itu sudah tertipu, dan pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah anda! Buktinya mas Andi, perusahaannya semakin menurun dan mendapat masalah secara terus menerus serta kritik-kritikan pedas dari masyarakat. Dan aku yakin itu semua pasti ulah anda, JOHAN!!" membalas tegas perkataan dari Johan.
"Waw.. tidak aku duga. Tidak sama dengan penampilannya yang lemah gemulai dan anggun, ternyata istri pengusaha ini pandai berdebat. Tapi tidak apa - apa karena sekarang adalah masalahnya tentang anakmu itu. Aku tidak akan tinggal diam, anak perempuanku menangis dan ternyata karena perlakuan dari putramu yang membuat hatinya terluka." ucap Johan.
"Maaf om. Andrea cuma menasehati anak om agar paham dengan keadaan, karena Andrea nggak bisa setiap detik harus ada untuk dia. Andrea juga punya urusan lain seperti kuliah, bukan Liandra aja prioritas Andrea, om.." ucap Andrea menjelaskan.
"Berani sekali kamu membantah ya, papa kamu itu.." belum selesai Johan berbicara, tiba - tiba Liandra datang menyusul ayahnya dan menghentikan kegaduhan itu.
"CUKUP AYAH!!"
"Li.. Liandra.." ucap Johan setelah menoleh ke belakang.
"Cukup. Ayo kita pulang sekarang!" tegas Liandra.
"Oh.. ternyata kamu pandai mengadu yang enggak - enggak ya." ketus Andrea.
"Kamu bilang apa?! Mengadu? Aku nggak pernah mengadu hal - hal tentang kamu tapi ayah aku lihat aku menangis pulang kerumah, aku nggak bisa lagi tutup - tutup masalah hubungan kita, Ndre..." jawab Liandra sambil mendekati Andrea.
"Kekanak-kanakan kamu, Li. Apa semua masalah tentang kita harus kamu ceritakan dengan ayah kamu itu? Cukup ya Li. Nggak semuanya keinginan kamu harus aku turuti dan kamu nggak punya hak untuk selalu mengekang aku." tepis Andrea.
"Udah udah! Cukup semuanya cukuupp. Dre, ada baiknya kamu selesaikan masalah kalian hanya berdua aja. Kalian kan udah bertunangan, kalian harus bisa menyelesaikan permasalahan kalian secara kepala dingin." tegas Laura melerai pertengkaran tersebut.
"Tante. Tolong kasih penjelasan untuk anak tante itu, siapa yang nunggu dan rawat dia dirumah sakit saat dia koma? Dan siapa yang selalu sabar meyakinkan dia, walaupun dia terus membayangkan gadis lain?!" geram Liandra mulai meninggikan suaranya.
Andrea menggeleng - gelengkan kepalanya merasa tak percaya, tunangannya itu memperlihatkan sifat aslinya.
"Li.. nanti tante coba bujuk Andrea,," belum selesai Laura berbicara kepada Liandra, Andrea dengan cepat pergi ke kamarnya dengan sangat marah.
"Dre. Nak.. kamu mau kemana?? Liandraa, sebaiknya kamu pulang ya, mungkin Andrea perlu waktu untuk sendiri." ucap Laura berusaha menenangkan Liandra yang menangis.
"(Tersedu - sedu) i..ii..iya tante. Kalau begitu,,"
"Tidak perlu berpamitan, Li. Kita pergi dari sini, karena rumah ini dipenuhi drama yang tidak ada habisnya." ketus Johan mendahului pergi.
"Maaf tante. Jangan diambil hati karena perkartaan ayahku. Sekali lagi, tolong bujuk Andrea karena bagaimanapun aku nggak mau kehilangan Andrea." ucap Liandra sambil memegang kedua tangan Laura.
"Emm.. tante coba semampu tante, karena tante tau gimana anak tante kalau udah kecewa dan marah." ucap Laura ragu karena kondisi yang semakin keruh.
"Iya tante, kalau begitu aku pamit ya.." jawab Liandra.
Saat mobil Liandra dan Johan sudah berjarak cukup jauh, Laura bergegas pergi ke kamar putranya. Dan, setelah tiba dikamar Andrea..
Sreeett...
Andrea mengemas pakaiannnya ke dalam koper besar, beberapa barang - barang miliknya pun ia susun rapih juga didalam koper tersebut.
"Nak. Kamu mau kemana??" tanya Laura cemas.
"Aku mau menenangkan diri, Ma." sahutnya dengan singkat.
"Tapi kamu mau pergi kemana??" tanya Laura lagi.
"Mama nggak perlu tau kemana aku pergi. Aku pasti kasih kabar kalau udah sampai di tempatnya dan aku juga udah cari tiket keretanya jadwalnya besok. Mama jangan kasih tau papa, aku pergi karena ingin menenangkan diri." jelas Andrea.
"Terus mama harus gimana, nak??" tanya Laura dengan ekspresi bingung dan gelisah.
"Yaudah, soal itu biar aku yang urus. Mama nggak perlu khawatir karena aku nggak akan lama - lama kok disana. Cuma seminggu aja kok.." jawab Andrea lalu memeluk sang mama.
"Tapi kamu hati - hati ya, emm mama nggak akan larang kamu. Itu hak kamu untuk coba menenangkan pikiran kamu dari masalah - masalah ini, bukan berati kamu lari dari masalah tapi mama yakin kamu bisa membuat semuanya terselesaikan satu per satu." ucap Laura.
"Eumm aku boleh nggak bawa liontin pemberian dari nenek yang mama simpan?" tanya Andrea.
"Boleh, (tersenyum) kalung itu bisa membuat hati kamu tenang ya nak? Boleh, bawa aja kalungnya." jawab Laura.
Selesai mengemas semuanya, mama Laura meminta putranya untuk segera istirahat setelah itu, ia pun beranjak keluar dari kamar putranya.
"Sekarang tinggal istirahat dan pagi - pagi aku harus bangun. Aku minta maaf, Liandra.. bukan nggak sayang tapi aku juga butuh waktu untuk menenangkan pikiranku." ucap Andrea lalu berbaring ditempat tidurnya.
#BERSAMBUNG...
MENURUT KALIAN, APAKAH ANDREA SUDAH MEMBUAT KEPUTUSAN YANG BENAR ATAU SALAH? Comment yaa. Dan simak terus kelanjutan ceritanya yaa 😊
Jangan lupa kalau sudah mampir dicerita ini, tinggalkan jejak , makasiih. :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayangan Cinta yang Hilang
RomanceBayangan samar - samar seorang gadis yang bersamanya saat kecelakaan itu terjadi, terus saja terlintas diingatan Andrea. Dokter mengatakan bahwa Andrea mengalami Amnesia Pasca Trauma. Selain bayangan kecelakaan itu, kenapa ia juga selalu mengingat...