19. Kopi Dingin diatas Meja

6 1 1
                                    



Suasana mulai hangat sampai diakhir perbincangan keduanya dan masing - masing saling menghabiskan kopi mereka.

°°°

"Aku,, boleh tanya sesuatu ke kamu, gak?" tanya Pratiwi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku,, boleh tanya sesuatu ke kamu, gak?" tanya Pratiwi.

"Boleh dong. Mau tanya apa?" ucap Andrea lalu menyeruput kopinya.

"Kamu dan tunanganmu, udah menentukan kapan kalian berdua menikah?" tanya Pratiwi.

*Terbatuk - batuk.

"Eh! Ma,mmaaff.. aku lancang tanya tentang hal pribadi kamu." terkejut Pratiwi melihat Andrea terbatuk - batuk karena pertanyaan darinya.

"Aku gak apa - apa kok, sebenarnya keluarga dari tunanganku mempercepat pernikahan kami berdua tapi aku merasa belum siap dan masih ingin fokus dengan kuliahku sekarang. Dan.." jelas Andrea.

"Dan.. dan apa?" tanya Pratiwi tampak sangat penasaran.

"(Tersenyum) aku masih ingin melihat apa Liandra benar - bebar orang yang tepat dan aku juga masih ingin mencari tau tentang hubunganku dimasa lalu dengannya. Karena, aku benar - benar tidak mengingat hubunganku yang terjalin lama dengannya. Bahkan, aku masih bingung kapan aku melamar dan awal berpacaran dengannya." jawab Andrea.

Andrea lalu melihat jam tangannya dan mulai terfokus ke layar Handphonennya.

"Oh sebentar yaa.. " singkat Andrea meminta izin untuk mengurus beberapa hal di Handphonennya.

Pratiwi hanya mengangguk, lalu memakan Croissant coklat yang ia pesan. Andrea pun selesai mengurus beberapa hal didalam Handphonennya dan kembali fokus mengobrol dengan Pratiwi.

"Maaf ya, tadi aku cancel tiket keretanya. Aku mau disini dulu selama beberapa hari kedepan." ucap Andrea.

"Loh? Kenapa?" tanya Pratiwi bingung.

"Aku masih belum bisa pulang ke Bandung, hati aku masih belum tenang." singkat Andrea.

"Lalu, gimana kalo tunangan kamu menyusul kamu ke Surabaya?" tanya Pratiwi lagi.

"Dia gak tau, aku pergi kesini tanpa sepengetahuan dia." jawab Andrea.

"Apa? Ini salah, Dre.. kamu gak boleh seperti itu. Kamu cuma memperbesar masalah kamu dengan Liandra tunangan kamu itu. Jangan seperti anak kecil, ada baiknya kamu pulang. Menurutku, ini masih bisa diselesaikan dengan bicara baik - baik." ucap Pratiwi.

"Aku udah coba tapi hasilnya nihil, pilihan lain adalah aku harus membiarkan sejenak masalahku yang rumit ini dan pergi menjauh untuk sekedar menghilangkan kepenatan." ucap Andrea membantah saran Pratiwi dengan halus.

Selang mereka mengobrol, diam - diam ternyata Aidan memperhatikan keduanya dari balik kaca di Cafe tersebut. Tanpa Pratiwi dan Andrea sadari, Aidan sudah berdiri melihat mereka mengobrol dan menahan diri untuk mendekati mereka berdua.

"Sekarang bisa aja kalian berdua mengobrol dan saling memakan sarapan bersama. Tapi, setelah ini akan datang masalah besar yang akan menghancurkan ke akraban kalian berdua." ucap Aidan lalu tersenyum tipis lalu pergi.

"Emm kalau itu menurut kamu pilihan terbaik, aku cuma bisa kasih semangat dan doa aja yang terbaik untuk hubungan kamu." ucap Pratiwi.

"Makasih, aku baru pertama kali mengobrol dengan orang asing tapi rasanya bukan seperti asing." jelas Andrea lalu tertawa kecil.

"Maksudnya?" tanya Pratiwi bingung.

"Yap, seakan - akan kamu udah kenal aku lama. Malah, aku gak menyangka ternyata aku bisa nyaman berbicara dengan orang yang baru. Maaf aku terlalu banyak bicara, tapi aku senang dan berharap kita bisa bertemu lagi." ucap Andrea.

"Sama - sama." jawab Pratiwi lalu menunduk.

"Sepertinya aku harus pergi, sekali lagi makasih banyak kamu udah ajak aku sarapan bersama di Cafe ini." ucap Pratiwi lagi.

"Seharusnya aku yang berterimakasih karena kamu udah tunjukkan Cafe yang paling bagus dan kamu juga mau mendengarkan cerita aku." jawab Andrea.

"Yaudah kalau begitu, aku pamit ya." ucap Pratiwi.

"Iya, silahkan. Hati - hati ya.."

Pratiwi pun pergi dari Cafe tersebut dan tak sengaja melihat orang yang dia kenal sedang berjalan menjauh dari sekitar Cafe tempat ia dan Andrea makan bersama.

"Aku kok kayak kenal orang itu, ya? emm dari perawakannya mirip Aidan. Tapi mungkin aja bukan Aidan, aku salah lihat. Lebih baik aku pergi dan bantu Bu Rika mempersiapkan makanan untuk anak - anak di Panti Asuhan." guman Pratiwi lalu bergegas pergi.

Andrea pun keluar dari Cafe tersebut dan menunggu Taxi untuk mencari Penginapan lagi.

Setelah ia mendapatkan Taxi, Andrea pun mencari hotel atau penginapan lain untuk ia bermalam selama 2 hari kedepan sebelum ia mempersiapkan diri kembali ke Bandung.

"Pak, tujuannya kemana?" tanya Sopir Taxi.

"Saya juga kurang paham jalan di kota ini, tapi saya mau cari Penginapan terdekat saja, Pak." jawab Andrea.

"Ouhh begitu toh, mas. Emm menurut info yang saya dapat, saya kebutulan orang Surabaya asli, mas. Saya tau beberapa tempat penginapan yang cocok dan bagus. Saya tidak keberatan kalau mas mau melihat - lihat dulu, saya siap mengantar." ucap Sopir Taxi itu tampak sangat ramah.

"Wahh saya sangat beruntung ketemu Sopir Taxi yang ramah seperti bapak. Terimakasih pak,, saya akan bayar lebih ongkos antarnya untuk bapak, bapak jangan khawatir." kagum Andrea.

"Aduhh mas, saya bener - bener ikhlas membantu." jawab Sopir Taxi itu sambil memanggut sopan.

"Jangan menolak rezeki, pak. Saya juga ikhlas kok kasih ongkos tambahnya." ucap Andrea.

Sepanjang perjalanan mencari Hotel atau Penginapan, Andrea dan Sopir Taxi itu mengobrol dan bersenda gurau.

Disisi lain Liandra yang tengah resah, dan tiba - tiba saja ia mendapatkan pesan Instagram dari orang yang dulu pernah ia kenal.
Pesan tersebut juga mengirimkan sebuah foto.

"APAA??!! INI GAK BISA DIBIARKAN."

Liandra meminta si pengirim itu memberikan nomornya untuk mengetahui info lebih lanjut.

Beberapa menit kemudia, setelah ia mendapatkan nomor telfon orang yang mengirim pesan di Instagram, Liandra langsung menelfonnya.

"Hallo? Sekarang dia ada dimana?"

"Lo harus kasih info yang lainnya tentang dia dan jangan sampai mereka berdua bertemu lagi. Gue akan bayar berapapun. Thanks."

Liandra menutup telfonnya dan giginya tampak gemetar. Tangannya mengepal dan menatap tajam ke arah cermin.

#BERSAMBUNG...

Bayangan Cinta yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang