10. Percaya pada orang yang Salah

4 2 1
                                    


"Ketahuilah, ini sangat tidak adil!
Lepaskan saja topengmu."

Apa mungkin, penerus dari Perusahaan terkaya bisa mencetuskan ide yang sangat murahan ini?!

Tidak apa, dia paling merasa sangat sukses padahal.. produknya itu standar paling rendah. Cih!

Perusahaan kayak gini harusnya ditutup aja, lebih baik buka ruko aja hahaha..

Kritikan - kritikan pedas itu ditujukan untuk Perusahaan PramaWidya yang tengah mengalami keanjlokan dalam kualitas produk serta terdapat masalah pada finacial perusahan itu.

Andi memutar otaknya, saat keadaan seperti ini terjadi lagi dan kali ini sebisa mungkin ia tidak boleh mengandalkan bantuan dari perusahaan lain.

"Hutang Perusahaan, produk yang tidak laku terjual dan beberapa pegawai tidak disiplin aaarrgghhh!! kepalaku rasanya mau pecah!" emosi memuncak tak terkendali, Andi pun dengan sangat keras membanting apapun yang ada di meja kantor pribadinya.

Laura pun menghamipiri suaminya yang sedang tersulut emosi, matanya ber api - api dan tidak mau mendengarkan siapapun termasuk istrinya sendiri.

"Mas, bukannya kamu bekerjasama dengan temanmu itu? Kenapa bisa seperti ini?" tanya Laura.

"Gagal semua gagal!! Aku nggak tau lagi harus gimana. Ayah pasti kecewa karena aku nggak becus menjalankan Perusahaannya dan mencoreng nama baiknya." jawab Andi.

"Apa?! Gagal?? Udah aku bilang, kamu jangan terlalu percaya sama dia. Dia itu cuma mau memanfaatkan kamu, mas." ucap Laura.

"Udahlah, bantu aku berpikir gimana caranya agar semua stabil. Daripada kamu menyalahkan orang lain, lebih baik kamu memberikan ide jenius jangan jadi orang yang nggak becus terus." Ketus Andi.

"Mas sadar nggak sih? Semenjak kamu kenal sama si Johan itu, kamu jadi pribadi yang kejam! Dia itu udah mencuci otak kamu dengan menjanjikan keuntungan yang nggak jelas." kesal Laura sambil mendorong bahu suaminya karna marah.

Pertengkaran orang tua Andrea pun menjadi mencekam setelah sang Papa menjambak rambut Mama Laura.

Andrea pun akhirnya pulang, lalu ia bergegas masuk ke rumah sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.

"Ma.. Pa.. Andre pulaangg." ucap Andrea memanggil orang tuanya. Merasa ada yang tidak beres, Andrea pun pergi ke kamar kedua orang tuanya.
Tetapi saat ia melewati ruang kerja pribadi Papa nya, terdengar suara jerit tangis perempuan.

Andrea dengan cepat membuka pintu dan melihat apa yang terjadi.

Sang Mama mendapatkan luka lebam dibawah bibir serta di lengannya. Sedangkan, Papa Andi terlihat sangat marah dan memperlakukan istrinya dengan kasar.

TRAAANGGG!! bunyi nyaring dari gelas yang terjatuh.

"CUKUP PA!! JANGAN SIKSA MAMA LAGI!" geram Andrea berteriak kepada Andi sambil mencoba melepaskan tangan papanya dari leher Laura.

"Dre.. kamu jangan ikut campur, nak. Mama dan papa cuma selisih paham aja, kka..kami akan menyelesaikan pe..per ma..mmasalahan ini secara bbaik ba baik.." ucap Mama Laura sambil menahan sakit karna cekikkan oleh suaminya sendiri.

"Nggak, aku harus turun tangan karena aku nggak mau liat mama lebam - lebam lagi karena pria ini yang haus akan kekuasaan." jawab Andrea.

"Kamu itu emang anak yang nggak tau diuntung! Papa kamu sedang dilanda kesusahan atas kerugian yang ditafsir miliaran rupiah jumlahnya, dan kamu cuma bisa membuat kepala papa kamu ini semakin mau pecah!" geram Andi lalu melepaskan cekikkan kepada Laura.

"Tapi bukan kayak gini cara menyelesaikan masalahnya, Pa! Apalagi dengan menyiksa orang yang nggak bersalah, tolong bicarakan semuanya secara kepala dingin.. jangan berapi - api kayak gini, karena masalah nggak akan terselesaikan." jawab Andrea dan papanya terdiam.

"Diam! Kamu nggak tau apa - apa, cepat bawa mama kamu ini keluar dari ruangan kerja papa sekarang!" tegas Andi sambil membuang muka.

"Iya, aku akan bawa mama pergi karena mama nggak pantas tinggal sama Monster seperti papa." tepis Andrea sambil merangkul Sang mama dan membawanya pergi.

Di kamar mama Laura,  Andrea mencari koper besar dan sementara itu Laura merasa sangat berkecil hati dan mencoba menenangkan dirinya sembari menghapus air matanya.

"Ma.. mama sementara waktu tinggal dirumah nenek aja ya. Aku takut papa bertindak lebih kasar dan kejam lagi. Dan aku disini, mencoba menenangkan papa dan bicara baik - baik." jelas Andrea.

"Nggak nak, Mama nggak bisa ninggalin kamu dan papa kamu walaupun papa kamu orangnya seperti itu tapi mama udah paham sama sifat papa kamu. Jujur, mama merasa ada yang aneh antara Johan dan Papa kamu." ucap Laura.

"Maksud mama,, ayahnya Liandra?" tanya Andrea dengan heran.

"Iyaa.. mama harus bilang ini sama kamu, bukan untuk membuat hubungan kamu renggang, tapi mama udah merasa curiga." jawab Laura.

"Maa.. sejujurnya aku juga merasa ada yang Liandra sembunyikan dari aku." celetuk Andrea, membuat mamanya terkejut.

"Ma,,mmaksud kamu, Liandra juga seperti ayahnya? Emm kenapa bisa, a,,apa yang kamu curigai dari Liandra?" tanya Mamanya dengan gugup.

"Akuu merasa kalau Liandra bukan cinta pertama aku, Ma.. Dan entahlah, sejak aku sembuh dari masa kritis karena kecelakaan.. emm aku lebih banyak teringat samar - samar gadis yang ada dalam kecelakaan itu dan gadis itu bukan wajah Liandra. Mama tau nggak? Gadis itu mencoba menggapai tangan aku dan tersenyum."

"Aku semakin bingung karena setiap teringat bayangan gadis itu, kepalaku sangat sakit.." Andrea menceritakan semua yang ia rasakan kepada mamanya.

Laura tidak bisa berkata - kata, APAKAH LAURA AKAN MENCERITAKAN SEMUANYA KEPADA ANAKNYA ??

Nantikan kelanjutan ceritanya ya! Jika kalian sudah mampir diceritanya, tinggalkan jejak ya 😊 makasih..

#BERSAMBUNG..





Bayangan Cinta yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang