Mereka tak bodoh, tapi mereka tengah
memainkan sandiwara kehidupan.
Jangan terkecoh..
°°°
Drama cinta Andrea tak pernah usai, dibumbui rasa cemburu dan dikelilingi orang - orang yang munafik.Siang berganti malam, Andrea sudah menemukan tempat Penginapan yang sangat sesuai untuk menenangkan pikirannya.
Disamping Penginapan itu terdapat taman yang indah yang terlihat asri dan benar - benar memanjakan mata.
Lampu - lampu taman yang indah itu memberikan kesan romantis untuk sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.Andrea terduduk disebuah bangku taman sembari memikirkan saran yang diberikan oleh Pratiwi, apakah dia harus kembali untuk memperbaiki dan mempertahankan hubungannya dengan Liandra?
"Apa yang disarankan Pratiwi adalah pilihan yang tepat? aku gak mau lagi merasa kecewa untuk melindungi perasaannya Liandra, tapi perasaanku gak sama sekali dia perhatikan. Liandra gak bisa memahami keadaanku, semuanya harus selalu untuknya dan waktunya. Disisi lain, dia udah jadi tunanganku dan sebentar lagi aku dan dia akan menikah." gumam Andrea dalam hatinya.
Andrea memandang ke arah langit, dan melihat langit yang penuh bintang bertaburan. Seketika itu, ia teringat senyuman Pratiwi yang membuatnya lupa semua masalah yang tengah mengepungnya.
"Astaga, ayolah Dree.. kamu itu udah punya Liandra, kalau dia tau aku memikirkan perempuan lain, dia pasti marah dan terluka." kesal Andrea pada dirinya sendiri.
"Tapi,, kenapa Pratiwi begitu sangat memahami masalahku ya? Seolah - olah dia melihat apa yang terjadi dengan aku dan Liandra. Ini benar - benar membingungkan! Pertama, kenapa ada Pratiwi disamar - samar saat aku siuman setelah masa kritis dan bukan Liandra yang dimana, dia tunanganku. Dan yang kedua, kenapa saat aku berpapasan dengan Pratiwi dan berjarak cukup dekat dengannya, nafasku terasa sesak dan kepalaku sakit?" ucap Andrea bertanya - tanya.
Andrea pun berjalan - jalan disekitaran taman untuk menghirup udara segar di Kota Pahlawan ini.
"Ah.. aku lupa meminta nomor Handphone Pratiwi, emm tapi buat apa juga, Liandra pasti marah dan berpikir kalau aku selingkuh."
Saat Andrea sedang berjalan - jalan di taman, tiba - tiba Handphonenya berbunyi.
"(Melihat layar Handphone) Ah sial! Aku lupa Silent Handphonennya, pasti Liandra yang menelfon. Haduuh.." ucap Andrea dengan malas mengangkat telfonnya.
"Ya, kenapa lagi sih Li. Aku mau menenangkan pikiran aku dulu, kamu gak mau kan aku ngelampiasinnya dengan marah - marah sama kamu?" ucap Andrea.
"Ouh ya? Menenangkan pikiran dengan makan bersama cewek lain, gitu?" celetuk Liandra dengan nada kesal.
"Maksud kamu apa sih, Li? Kok kamu berani fitnah aku kayak gitu?" tanya Andrea turut kesal.
"Hahaha aku pengen banget ketawa disaat kamu ternyata menghabiskan waktu bersama cewek lain. Begini cara kamu menuntaskan masalah kita? Pergi tanpa pamit dan sekarang, kamu malah mengkhianati hubungan kita, Dre." ucap Liandra dengan geram.
"Apa sih maksud kamu? Aku gak pernah selingkuh. Dan satu lagi, jangan semena - mena dengan mengatas namakan pertunangan! Kamu gak seharusnya bersikap seperti ini, apa jadinya kalau kita udah menikah tapi kamu masih menunjukkan sikap yang terus membuat aku tertekan? Aku gak bisa, Li. Aku gak bisa lihat diri aku sendiri disakiti sedangkan aku yang dituntut harus hormati dan melindungi perasaan kamu." jelas Andrea menepis perkataan Liandra.
"Ouhh jadi kamu merasa kalau aku terlalu menuntut kamu, iya? Denger ya, Dre. Kamu kritis siapa yang merawat kamu? Dengan kamu kabur, kamu gak merasa bersalah kah? Gak tau diri banget sih," tepis Liandra.
"Sumpah ya, kenapa baru sekarang - sekarang kamu nunjukkin sifat asli kamu?
Aku berusaha mengingat moment hubungan kita yang dulu sebelum aku kecelakaan dan aku bener - bener berharap kesabaran dari kamu untuk meyakinkan aku itu jadi bisa terbuka ingatan aku tentang kita berdua. Tapi yang ada sekarang, kamu malah membuat hubungan kita jadi renggang karena kepercayaan dan keyakinan aku tentang cinta kita yang udah lama terjalin itu memudar. Kecurigaan aku semakin besar ditambah, aku tau seperti ini diri kamu yang sebenarnya." ucap Andrea berusaha mengendalikan emosinya."Jangankan meyakinkan kamu, pengorbanan aku tuh udah terlalu banyak buat kamu. Tapi kamu seakan - akan gak percaya dan menilai semuanya itu cuma bohong." geram Liandra lalu mengakhiri panggilan telfonnya.
"Hallo?? Li, Lii! (Menarik nafas lelah)"
Andrea pun kembali ke kamar Penginapan untuk beristirahat. Setelah sampai di kamar Penginapan, ia terdiam dengan apa yang terjadi dengan hubungan asmaranya bersama Liandra. Dia tidak menduga, bahwa Liandra sekasar itu dengan berani membentak calon suaminya tapi Andrea tetap mencoba untuk mengirimkan pesan kepada Liandra, pesan itu bertuliskan. "Aku besok mengurus tiket kereta, aku pulang dan kita ketemu untuk membicarakan masalah ini."
"Ck,, kamu pikir dengan kamu pulang dan ketemu aku, aku bisa dengan mudah percaya dengan penjelasan kamu? Jangan sampai aku bertindak nekat dengan memberitahu ayah aku tentang Pratiwi." guman Liandra dalam hatinya.
Suara ketukan pintu. "Iyaa, tunggu sebentar.."
Liandra mendekati pintu dan membukanya, tampak seorang laki - laki yang menunggunya didepan pintu kamar sembari membawa sekotak hadiah.
"SUUURRPRIIISSEE!!" teriak laki - laki itu.
"Sssttt!! Sejak kapan lo ada disini?? Dan ada apa sih lo ke Bandung. Ishh!! Besok Andrea pulang dan dia pasti bertanya - tanya lo siapa dan ngapain ada dirumah gue! Emang lo udah bosan di AS?" gerutu Liandra sambil menarik tangan laki - laki itu masuk kedalam kamar dan mengobrol dikamar.
"Ya bilang aja, mantan terindah lo. Gitu aja susah.." jawab laki - laki itu sambil mengelus pipi Liandra.
#BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayangan Cinta yang Hilang
RomanceBayangan samar - samar seorang gadis yang bersamanya saat kecelakaan itu terjadi, terus saja terlintas diingatan Andrea. Dokter mengatakan bahwa Andrea mengalami Amnesia Pasca Trauma. Selain bayangan kecelakaan itu, kenapa ia juga selalu mengingat...