4. Penantian yang tidak sia - sia.

6 2 0
                                    


Akhirnya, Andrea bisa kembali pulang kerumah dan menjalani aktivitas seperti dulu, tapi tidak menutup keraguannya untuk semua hal yang terjadi padanya.

Sore hari yang indah untuk berjalan santai, menikmati senja di Kota Kembang ini.

Andrea mengajak kucing kesayangannya itu untuk pergi berjalan - jalan, tapi dicegah oleh sang mama.

"Nak. Kamu mau kemana?" tanya Laura menghentikan langkahnya.

"Aku mau pergi jalan santai sama Mocca. Sebentar aja kok.." jawab Andrea dengan gembira.

"Papa kamu berpesan, kamu nggak boleh keluar rumah untuk sementara waktu." ucap Laura.

"A,,apa?? Tapi kenapa?? Aku udah baik - baik aja, lagi pula aku nggak kerja juga." tanya Andrea dengan nada terkejut.

"Tapi kamu harus banyak beristirahat, dan.." ucap Laura, lalu menghentikan bicaranya.

"Dan apa??" tanya Andrea merasa heran dengan sikap Mama nya itu.

Tiba - tiba terdengar suara klakson mobil yang akan masuk kedalam halaman utama kediaman mewah milik Pengusaha Pramawidya tersebut.

"Mobil siapa itu? Kalau begitu aku pergi dulu ya, ma. Keliatannya, ada tamu - tamunya papa." ucap Andrea beranjak pergi.

"Tunggu! Itu bukan tamu papa, tapi itu mobilnya Liandra. Sebaiknya kamu sambut dia dan ajak dia juga untuk berjalan - jalan." ucap Laura meninggikan nada bicaranya.

"Tapi, aku mau menghabiskan sore hari sendirian sama Mocca. Mama kenapa sih? Nggak biasanya mama meninggikan suara didepan aku.

"Kamu mau membantah mama?" tanya Laura yang berubah menjadi kesal.

"Ck, hemm yaudah iya. Ayo Mocca.." jawab Andrea dengan malas.

"Hai Dre. Gimana keadaan kamu sekarang? Ehh  kucingnya lucuu.." tanya Liandra sambil menggaruk - garuk leher Mocca.

"Baik. Tunggu, kalau kamu udah lama pacaran sama aku.. kok kamu kayak yang baru pertama kali liat Mocca, kucing kesayangan aku." tanya Andrea heran.

"Eumm, yaampun kamu kenapa curiga kayak gitu sih. Aku cuma memuji kucing kamu si Mocca, aku udah sering main sama Mocca waktu kita pacaran. Ya kan Mocca? Uuhh lucunya." jawab Liandra lalu kembali mengelus kucing berbulu putih itu.

"(Apa aku keterlaluan ya, sampai mencurigai tunanganku sendiri. Hmm aku harus bisa menerima keberadaan Liandra dihatiku lagi, ini mungkin berat untukknya karena pacarnya sendiri nggak mengingatnya sama sekali.)" ucap Andrea dalam hatinya merasa bersalah karena berprasangka buruk kepada tunangannya itu.

"Liandra.."

"Iya?" jawab gadis itu sambil beranjak berdiri.

"Kamu mau ikut jalan - jalan sore ke taman? Mama minta aku ajak kamu juga.." ucap Andrea.

"Emm jadi bukan kemauan kamu sendiri yang ajak aku jalan - jalan sore? (Tertawa kecil)."

"Kamu mau ikut atau engga? Aku juga mau lebih akrab sama kamu. Biar aku bisa mengingat moment kita pacaran dulu." Andrea berusaha bersikap hangat.

Liandra pun tersenyum bahagia dan mengangguk.

Mereka pun pergi berjalan - jalan sore dan duduk dikursi taman menikmati hangatnya senja di sore itu.

"Aku masih bingung,," ucap Andrea duduk dengan kecanggungan.

"Bingung kenapa, Dre?" tanya Liandra sambil memandangi wajah kekasihnya itu.

"Kenapa aku nggak bisa mengingat kamu atau mengingat kejadian yang berhubungan dengan kita. Aku minta maaf, mungkin kamu sakit hati dengan yang terjadi sekarang." ucap Andrea menjelaskan apa yang dia rasakan.

"Aku paham, Dre.. tapi aku udah nggak sedih lagi. Karena pacar aku udah ada disamping aku sekarang dan aku nggak akan membiarkan kamu pergi lagi. Meskipun ada orang yang menginginkan kita untuk berpisah.." jawab Liandra.

Andrea pun memandang ke arah Liandra, lalu tersenyum. Dan diam - diam Liandra melingkarkan lengannya diperut Andrea, memeluk kekasihnya dengan penuh kasih sayang.

Andrea terdiam, ia berusaha keras untuk menjalin lagi kisah asmaranya bersama Liandra dan perlahan merangkul bahu Liandra. Namun, ingatannya pasca kecelakaan itu muncul kembali dan membuatnya ketakutan sehingga melepaskan pelukan Liandra.

"Kenapa Dre??!" tanya Liandra yang heran dan sedikit kesal.

"(Memegangi kepalanya) A,,a,,aku mengingat kejadian itu lagi. Aku melihat seorang gadis yang terluka parah di aspal, dan dia.." ucap Andrea dengan nafas yang terengah - engah.

Liandra pun diam dengan memasang ekspresi kesal tapi ia harus bersabar menghadapi Andrea.

"Dre.. emm gimana kalau kita pulang aja, kamu juga pasti belum minum obatnya. Aku bantu kamu berdiri, kamu pegang tangan aku." ucap Liandra sambil merangkul pinggang Andrea untuk membantunya berjalan.

"Tunggu. Aku nggak apa - apa kok.. kita duduk dulu aja disini, maaf aku jadi merusak moment kita berdua." ucap Andrea kembali duduk dan menarik tangan Liandra.

Liandra pun menyembunyikan perasaan kesalnya dan kembali tersenyum.

"Bukan masalah besar.." jawab Liandra singkat, lalu memberikan senyuman yang manis.

Andrea mengelus kucingnya itu yang tengah duduk dipangkuannya. Tiba - tiba Liandra mendapatkan pesan Whatsapp dari ayahnya.

Setelah melihat pesan tersebut, seketika wajah Liandra terlihat tegang.

"Li,, kamu sakit?" tanya Andrea sambil memegang bahu pacarnya itu.

"Euhh,,, aku emm aku sedikit kurang enak badan. Tapi aku baik - baik aja kok.." jawab Liandra.

"Yaudah kita pulang aja, kapan - kapan kita jalan - jalan sore lagi. Dan,, nanti si Mocca biar aku suruh dirumah dulu, soalnya dia pencemburu karena lebih pilih pacar majikannya hahaha." ucap Andrea seraya membuat Liandra tenang.

Liandra pun tersenyum, lalu mereka berdua pun pulang meninggalkan taman tersebut bersamaan dengan daun - daun kering yang tertiup angin.

Apa isi pesan Whatsapp dari Johan ya? Kenapa wajah Liandra tegang setelah membaca pesan tersebut?

#BERSAMBUNG...




Bayangan Cinta yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang