17. Malam berbintang di kota Surabaya.

8 2 1
                                    

Malam harinya, Andrea telah pulang dari rumah sakit ke sebuah hotel tempat ia menginap karena kondisinya sudah merasa baik - baik saja.
Saat ia menyusuri lorong hotel tersebut, terlintas dipikirannya gadis yang menolongnya pada saat ia tak sadarkan diri dipinggir jalan.

°°°

Andrea membuka pintu kamar hotel dan segera masuk untuk beristirahat.

*terduduk ditempat tidur.

"Mereka berdua siapa ya? Kenapa mereka tau nama aku  tapi ada yang aneh sama cewek yang dibelakang cowok galak, si siapa ya namanya emm.. haduhh aku pergi ke Surabaya ini untuk menenangkan pikiran eh malah jadi nggak karuan gini karena rasa dihantui rasa penasaran." ucap Andrea.

Andrea pun beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke balkon. Di balkon, ia memandang langit malam dan ia sangat beruntung karena malam itu banyak bintang - bintang.

"Udah lama aku gak pernah lihat lagi pemandangan malam indah berbintang. Aku merasa lega karena bisa menenangkan pikiran disini sendirian tanpa orang - orang yang ribet,, aku jadi pengen berlama - lama di kota Surabaya ini." gumam Andrea.

Ia melihat ke layar handphonenya dan seketika itu perasaannya berubah menjadi kesal.

6× panggilan tak terjawab dari papa Andrea
12× panggilan tak terjawab dari Liandra sejak kemarin dan puluhan pesan whatsapp darinya.
Dan satu pesan ancaman dari Om Johan.

"Mereka semua penghancur mood,, hadeuuhh cuma mama yang paham gimana perasaan aku sekarang. Sial! Om Johan nelfon lagi. Arghh!" geram Andrea kesal.

*mengangkat panggilan telfon.

"Ya Hallo, om?"

"KURANG AJAR KAMU, DRE! LAGI - LAGI KAMU MEMBUAT LIANDRA NANGIS. CEPAT SELESAIKAN MASALAH KAMU DENGAN LIANDRA SEKARANG! KALAU KAMU GAK PULANG, SAYA AKAN CELAKAKAN PAPA KAMU." teriakan ancaman itu membuat Andrea semakin tertekan, ia dengan terpaksa harus pulang ke Bandung.

"Om, jangan coba - coba mengancam saya. Saya gak kabur dari masalah, tapi saya ingin menenangkan pikiran saya daripada saya melampiaskan amarah ke anak om itu yang keras kepala."

"BERANI SEKALI KAMU!!" teriak Johan marah.

"Om, kalau saya harus memutuskan hubungan ini lalu apa sangkut pautnya dengan om Johan? Ini hubungan antara saya dan Liandra. Kenapa semua orang pada aneh? Seakan - akan ada sesuatu, yang membuat saya harus mematuhi Liandra dan mempertahankan dia. Saya sempat berfikir,, setelah kecelakaan itu, apa ada sesuatu terjadi sebelumnya?? Saya gak berani bertanya ke Liandra, karena pasti dia akan tersinggung, om. Tolong kasih tau saya yang sebenarnya." balas Andrea dengan tegas mempertanyakan kecurigaannya selama ini yang ia pendam.

"Atas izin siapa, kamu mencurigai anak saya? Anak saya kurang sabar apa yang menunggu kamu pulih dan yang merawat kamu? Dan kamu masih meragukannya?!" tepis Johan.

"Om, saya berusaha membuka hati saya untuk Liandra tapi anak om selalu aja membuat saya curiga, bingung dan wajar saya mempertanyakan hubungan saya dan dia kalau iya udah terjalin lama."

"Jangan banyak alasan kamu! Sekarang juga, kamu pulang dan bujuk Liandra. Karena kamu, dia sampai tidak mau keluar kamarnya dan tidak mau makan. Kamu harus bertanggung jawab!" ucap Johan lalu menutup telfonnya.

Nafas Andrea semakin terengah engah, ia mulai mengatur nafas dan berusaha untuk tidak tersulut emosi. Andrea mulai, mengemasi barang - barangnya dengan terpaksa.

"Jadi inikah yang dinamakan Cinta? Jangan kan bahagia yang aku rasakan yang ada cuma derita dan rasa paksaan." gerutu Andrea.

Keesokan paginya, Andrea meninggalkan hotel dan membawa barang bawaannya. Dia menyusuri jalanan yang sama seperti saat ia bertemu dengan gadis yang menolongnya, untuk mencari Cafe terdekat.

°°°

Dan lagi - lagi Andrea berpapasan dengan gadis yang sama ia temui kemarin, Andrea mulai merasa sedikit sesak dan kepalanya sakit.

"(Kenapa Andrea masih ada di Surabaya ini sih?? Aku harus pergi, ehh ttapi.. dia keliatan kurang sehat, emm apa aku harus bantu dia lagi?)" tanya dalam hati Pratiwi.

Pratiwi memberanikan diri untuk mendekati Andrea dan menanyakan kondisi Andrea.

"Gak apa - apa? Perlu aku bantu lagi?" tanya Pratiwi.

"Emm gak perlu, udah baik - baik aja dari sebelumnya. Kamu darimana mau kemana? Maaf kalau aku lancang, cowok yang kemarin marah - marah itu, pacar kamu?" tanya Andrea.

"Bukan. Kamu benar - benar gak kenal dia?" Pratiwi bertanya kembali untuk melihat apakah Andrea benar - benar tidak mengenali siapa dirinya dan Aidan.

"Gak kenal. Kamu kemarin yang tolong aku kan? Siapa nama kamu? Kemarin aku samar - samar denger nama kamu cuma lupa." ucap Andrea, lalu mereka jalan berdampingan.

"A,,aa,,akuu.." jawab Pratiwi tergagap - gagap.

"Ouh iya, disini Cafe yang enak dimana ya? Kamu asli orang sini, pasti tau dong.." ucap Andrea.

" iya aku tau, tapi aku bukan asli orang Surabaya. Aku dari Bandung,," jawabnya

"Bandung?? Wah kita sama dong." Pekik Andrea.

"Iya." singkat Pratiwi.

Mereka pun sampai di depan Cafe yang terkenal dikota itu dan Pratiwi berpamitan karena ia sudah menunjukkan lokasi Cafenya.

"Eh kamu mau kemana? Kamu ikut masuk aja yu, kita sarapan bareng." ucap Andrea seraya mengajak.

"(Menarik nafas kaget.) Aku? Gak perlu, a,aa,,aku harus pergi.." jawab Pratiwi.

"Please.. anggap aja ini sebagai tanda terimakasih karena kamu udah menolong aku kemarin. Ya?" ucap Andrea memohon.

Pratiwi tidak bisa menolak, lalu ia pun menyetujui ajakan dari Andrea. Pratiwi merasa sangat canggung saat harus berjalan disamping Andrea dan sesekali ia mencuri pandang dengan Andrea.

#BERSAMBUNG...

Bayangan Cinta yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang