Thomas masuk ke dalam markas mereka, melewati para pekerja dan masuk ke dalam ruangan yang hanya di isi oleh keluarga Shelby. Ketika masuk, tatapan nya jatuh pada Polly, bibi nya itu menatap nya seolah-olah sedang bertanya. Thomas menghiraukan nya lalu masuk ke ruangan nya.
Esme memandangi punggung ipar nya itu, "Aku tidak melihat aura pengantin baru di wajah nya."
Polly menaikkan kedua alis nya sambil membereskan meja nya, "Gadis itu terlalu kuat untuk seorang Tommy." ia melangkah masuk ke ruangan keponakan nya itu.
"Kemana kau semalaman?" tanya Polly sambil berjalan menuju meja Thomas dan berkacak pinggang dan memandangi pria itu melepaskan mantel juga Jas abu rokok nya sambil menunggu jawaban.
Thomas tahu bibi nya itu akan memarahi nya habis-habisan. Lantas, ia hanya diam sambil mengambil pena dan secarik kertas yang berisikan pengiriman senjata nya. Juga tak lupa ia sudah menghisap rokoknya.
"Tommy, kau sudah punya istri, kau tidak bisa lagi menyewa pelacur untuk memuaskan mu!" Ucap Polly serius.
Thomas menghisap rokok nya dalam lalu menatap Bibi nya itu, "Dia bahkan tidak menahan ku untuk pergi."
"Setidaknya temani dia di malam pertama nya!" tegas Polly lagi.
"Aku tidak yakin dia mau di temani," Thomas menghisap rokoknya lagi. "Dia bukan gadis seperti itu."
"Apa maksudmu?" Polly mengerutkan kening nya.
Thomas mengepulkan asap dari mulut nya dan menatap bibi nya itu dalam dan diam beberapa saat lalu mematikan rokoknya ke atas asbak kemudian kembali menatap wanita di hadapan nya. "Kau menikahkan ku dengan serigala betina, Polly."
"Dia takkan mudah di jinakkan."
*.*.*.*.*.*.*.*
Thomas dan Arthur sedang duduk di Pub bagian Selatan kota, yang artinya, mereka sedang dalam wilayah musuh.
Mereka sedang mencari tahu apa yang membuat Wiski mereka terhambat di daerah ini. Karena pasalnya, senjata mereka laku keras namun jika tidak di iringi dengan Whiski, bisnis ilegal mereka akan terhendus dengan mudah oleh aparat kepolisian.
Arthur memandangi para pria yang duduk melingkar sambil bermain catur. Pub di sini sangat tenang. Mereka terlihat seperti anjing. Menuruti peraturan bahwa tidak boleh ada keributan dan kekacauan.
Arthur berdecih. Siapa yang membuat peraturan itu dan kenapa mereka menuruti nya.
"Kalian terlihat baru di sini, tuan-tuan." Bartender yang membersihkan botol minuman keras itu menatap mereka berdua sambil tersenyum ramah.
Thomas dan Arthur menoleh.
Sesaat senyum Bartender itu hilang dengan mata melotot, "Bloody hell! Kalian para Blinders!"
Thomas meneguk minum nya dengan tenang, "Kami sedang tidak mencari keributan."
"Huh, omong kosong! Kekacauan itu bagai ekor di pantat kalian, selalu ikut kemana pun kalian pergi." balas Sang Bartender.
"Mulut kotor mu akan ku sumpal dengan lumpur jika kau bicara tak sopan sekali lagi." Arthur menatap nya marah. Mudah untuk membuat bartender itu menelan ludah ketakutan.
"Kami hanya ingin mencari tahu siapa pemasok Whiskas ini pada mu." Lanjut Thomas seolah tak peduli dengan omongan sampah si bartender.
Bel pintu berbunyi tanda seseorang masuk ke dalam Pub. Ia berjalan menuju meja, "Halo, tuan Dank."
Bartender itu menatap Thomas, "Kau bertemu jawaban mu." Tuan Dank beralih dengan senyuman merekah nya. "Apa yang membuat mu kemari, Nona manis?"
"Aku hanya ingin sebotol Wine untuk ku bawa pergi." balas nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
vacuous
Fiksi Penggemar"Tommy bertemu dengan imbang nya." Adaline, anak dari Gubernur itu bisa mengacak-acak jiwa Thomas sesuka hati nya.