Semua memandangi Polly yang memegang kertas. Seluruh ruangan diam, bahkan hening. Kemudian, semua pandangan beralih pada Thomas yang berdiri bersandar sambil menatap kosong ke lantai. Walaupun tatapan nya kosong, semua orang tahu Thomas pemikir keras.
"Ini bahkan belum sampai setengah hari, Tommy." ujar Arthur.
John tertawa kecil, "Polly menikahkan mu dengan serigala betina."
"Well, yah." Polly mengangguk samar, "Tujuan ku menikahkan mereka agar bisnis kita lancar. Tapi aku tidak tahu kuasa dia sebesar itu."
"Kau yakin dia hanya anak gubernur, Tommy?" suara Esme lembut menarik perhatian semua orang dan kembali menatap pria yang masih saja diam.
Thomas berdiri tegak, "Aku harus menemui nya."
Thomas berjalan menyebrangi ruangan dan keluar lewat pintu bersamaan dengan Adda yang ingin masuk. Thomas sama sekali tidak menggubris nya membuat adik perempuan nya itu mengerutkan kening nya menatap punggung itu pergi lalu kembali menatap semua orang di ruangan seolah-olah bertanya, dia kenapa?
Polly menunjukkan kertas di tangan nya sebagai jawaban dan itu membuat Adda membuka mulut nya.
*.*.*.
"Kau sibuk?"
Adeline yang sedang berbicara dengan seorang gadis muda sambil menenteng banyak kertas menoleh dan menemukan suami nya ada di ambang pintu.
Adeline diam sebentar lalu menatap asisten nya itu dan memberi nya isyarat untuk pergi. Lantas gadis tersebut menunduk sejenak sebelum akhirnya melangkahkan kaki keluar dan meninggalkan mereka berdua.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Adeline sambil duduk di kursi nya. Adeline memakai kemeja putih yang di sambung dengan rok panjang berwarna cokelat.
Thomas masuk sambil memandangi kantor Adeline, terlihat luas dan rapi namun di lihat dari berapa rak yang berisi kertas-kertas. Thomas bisa tahu seberapa banyak pekerjaan gadis ini. "Apa aku tidak boleh mengunjungi istri ku sendiri?"
Adeline diam sejenak lalu tersenyum kecil, "You want to drink tea, darling?"
Thomas duduk di depan meja Adeline kemudian mengiyakan tawaran gadis itu. Lantas Adeline membunyikan bel di meja nya sekali.
Adeline kembali menatap Thomas, "Ku rasa kau sudah menerima surat Tuan Sebastian."
Thomas diam, ia pandangi wajah istri nya itu. Satu hal yang membuat Thomas ingin marah adalah, gadis itu tersenyum pada nya, senyuman yang manis, bagaikan malaikat. Tapi sorot mata nya masih saja kosong, tak tersirat apapun, seolah-olah tak membiarkan seorang pun bisa menyelam di onyx kebiruan nya dan mengetahui apa yang dia rasakan atau pikirkan.
Seorang wanita tua datang sambil membawa secangkir kopi dan meletakkan nya di atas meja. Bahkan sampai wanita tersebut keluar, mereka masih saja saling pandang dan diam.
Telepon Adeline berdering menjadi akhir pandangan mereka ketika ia menoleh dan mengangkat nya. Saat itu lah Thomas meraih cangkir teh dan meneguk nya, namun dia merasakan sesuatu yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
vacuous
Fanfiction"Tommy bertemu dengan imbang nya." Adaline, anak dari Gubernur itu bisa mengacak-acak jiwa Thomas sesuka hati nya.