"Dia tak kembali sejak dua hari lalu."
Thomas mengangguk samar seraya menghidupkan rokok yang sudah ada di bibir nya kemudian menghisapnya sambil mematikan api dari pemantik di tangan nya.
Thomas datang ke kantor untuk memastikan apa yang di ucapkan oleh istri nya tentang perempuan yang ia cintai sebelum nya. Lalu Thomas menatap orang-orang yang juga menatapnya was-was.
Menunggu reaksi yang akan keluar dari nya namun dari semua tatapan tersebut tetap terselip kalimat, kau tidak sepantasnya sedih karna kau sudah punya Adeline.
Thomas tertegun. Itu benar, dia merasakan kosong saat mendengar Grace pergi setelah pesta ulang tahun Karl di rumah Ada tak lama kemudian rencana nya gagal. Dia di khianati dua kali oleh orang yang sama.
Tapi bukankah harusnya Thomas kesal, marah atau sedih akan hal itu seperti yang pertama kali? Tapi tidak, Thomas tidak merasakan apapun.
Apakah benar? Adeline, istrinya, berhasil menggantikan posisi Grace di tahta hati nya?
Perempuan yang selalu dia anggap berbahaya, penuh rahasia dan menyebalkan itu berhasil menyusup masuk ke dalam kehidupan nya dan mengusir Grace dengan mudah.
Pernikahan mereka bahkan belum satu bulan tapi Adeline berhasil mengacak-acak orientasi hidup lama nya.
Thomas menghisap rokoknya lalu menatap Michael, "Datang ke perbatasan dan berikan informasi gadis itu."
Polly tersentak, "Kau menyuruh mereka untuk melarang Grace masuk ke sini? Ke Birmingham?"
Thomas mendesis pelan merasakan asap di tenggorokan nya, "Pengkhianat memang harus di buang."
Setelah mengatakannya, Thomas berbalik dan melangkahkan kaki nya keluar dari sana meninggalkan keluarga nya yang menatap nya aneh. Jalan pikiran Thomas memang susah di tebak tapi kali ini entah kenapa mereka merasa asing.
***
"Halo Thomas! Senang melihat mu di sini!"
Thomas tersenyum menghargai atensi Mertua nya yang menepuk pundak nya kesenangan atas kehadiran sang menantu di pesta nya.
Thomas meraih uluran tangan Derect dan membiarkan pria itu menepuk-nepuk pundaknya. "Tidak mungkin aku tidak menghadiri acara Ayah istri ku."
Derect diam sejenak masih dengan senyum senang nya menatap Thomas setelah berbicara itu. Thomas sempat berpikir ada yang salah dengan kalimatnya namun sedetik kemudian pria itu menepuk pundak nya lagi. "Aku senang kau bisa memperlakukan nya dengan baik."
Thomas mengerutkan kening nya heran. Derect menarik napas, "Dia bercerita tentang mu tanpa henti."
Thomas terdiam. Ia merasakan sesuatu menyerang tubuhnya hingga membekukan aliran darah nya setelah mendengar kalimat itu.
"Aku harus menemui yang lain. Nikmati pesta nya, Tommy!"
Thomas masih tak berkutik bahkan setelah Mertua nya sudah melangkah pergi dari netra biru nya. Thomas tersenyum kecil lalu berjalan masuk ke dalam rumah mewah dan besar mertua nya yang telah di hiasi untuk memeriahkan pesta nya.
Jika di bandingan dengan rumah nya di Birmingham, itu tak ada apa-apa nya. Namun Adeline bukanlah putri manja yang tak bisa hidup tanpa kemewahan. Entah bagaimana Derect mendidik putri nya hingga tumbuh menjadi Perempuan yang takkan mudah di sentuh.
Thomas ingin mengambil minum yang tersedia namun saat ia melewati salah satu meja. Dia melihat istri nya sedang berbicara dengan pria yang ia kenal wajah nya. George, sahabat Adeline. Kata istri nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
vacuous
Fanfiction"Tommy bertemu dengan imbang nya." Adaline, anak dari Gubernur itu bisa mengacak-acak jiwa Thomas sesuka hati nya.