"Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Tommy."
Arthur berjalan keluar dari ruangan Thomas bersama John. Kakak tertua Shelby itu tampak sangat kesal hingga menendang kursi yang ada di depan nya.
Itu menarik perhatian semua orang termasuk Grace yang tadi nya sibuk mengatur pertandingan kuda. Ia memperhatikan Arthur dengan manik biru nya.
Arthur duduk di kursi yang baru saja dia tendang dengan kaki terkangkang dan tangan di punggung kursi. "Melepaskan pria itu? Yang benar saja!" Arthur meludah di lantai.
"Ada apa?" tanya Adda menatap kedua saudara nya.
"Tommy menyuruh kami untuk melepaskan pria yang menumpahkan air di atas surat perjanjian semalam." jawab John sambil menatap saudari nya.
"Apa? Kenapa dia menyuruh itu?" heran Polly yang sedang memegang selembar kertas berisi pekerjaan.
"Bukankah itu bagus?" potong Adda sambil menatap bibi nya.
Polly diam sejenak, "Ya, itu bagus." bohong nya, dia hanya tak mau bertengkar dengan keponakan nya. "Tapi," Polly meletakkan kertas nya, "Hanya saja dia tak terdengar seperti Tommy."
Di tengah kebingungan yang melanda keluarga Shelby itu. Grace membereskan tumpukan kertas yang ia kerjakan lalu berdiri dan berjalan menuju ruangan Thomas dari sisi samping ruangan. Ia tak mau menarik perhatian mereka semua.
Grace membuka pintu nya sedikit sebelum akhirnya benar-benar masuk dan berjalan ke arah meja untuk meletakkan tumpukan kertas.
Thomas sedang berdiri menghadap jendela sedang merokok. Dia terlihat berpikir sangat keras.
Grace memandangi pria itu sebelum akhirnya berjalan mendekat, "Tommy?"
Pemilik nama menoleh lalu mengeraskan rahang nya saat menyadari atensi lain di ruangan nya. "Aku akan memeriksa jadwal nya." ujar Thomas sambil kembali memandangi jendela.
Grace diam sejenak, "Keluarga mu mempertanyakan tindakan mu."
Tangan Thomas yang sedang menjepit rokok meraih kening nya dan mengusapnya pelan. "Semua sudah ku pikirkan."
Grace meraih tangan pria itu membuat empu nya seperti tak ada tenaga untuk menolak. Tidak. Memang Thomas tidak ingin menolaknya. Dia selalu menyukai sentuhan gadis ini. Dan itu cukup untuk menyadarkan,
Bahwa Thomas masih mencintai nya.
"Apa dia terlalu keras pada mu?" suara Grace melembut saat meraih wajah Thomas untuk menghelus nya lembut.
Thomas memejamkan mata nya merasakan sentuhan yang selalu ia elu-elukan itu. Thomas merasa gadis ini bisa mengendalikan nya hanya dengan sentuhan malaikat nya.
"Grace ...,"
***
"Aku belum mendengar kau akan melepaskan nya."
Thomas menarik napas panjang. Gadis itu baru pulang, dia bahkan baru saja mendorong pintu kamar nya namun ia sudah langsung bersuara.
Thomas yang tadi nya berdiri ke arah jendela dengan tangan di kantung celana itu akhirnya berbalik. Menatap istri nya yang menggantungkan mantel nya.
"John dan Arthur masih menentang nya. Aku akan bicara dengan mereka." balas Thomas dengan suara rendah, tidak mau memancing keributan.
Adeline melangkah mendekat, lebih tepat nya ke arah meja rias. "Sebelum jam dua belas siang. Aku mau pria itu sudah keluar." Adeline duduk di kursi nya kemudian menatap kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
vacuous
Fanfiction"Tommy bertemu dengan imbang nya." Adaline, anak dari Gubernur itu bisa mengacak-acak jiwa Thomas sesuka hati nya.