"My heart scares you but a gun doesn't?"
Thomas menghela napas saat masuk ke dalam kamar nya dan melihat istri nya sedang duduk di kursi santai sambil membaca buku. Setelah mengambil pistol yang di todongkan pada nya, Thomas langsung masuk ke dalam rumah dan mereka belum ada lagi bicara sejak itu.
Pandangan mereka bertemu namun Thomas dengan cepat memutuskan nya dengan berjalan menuju sisi kasur dan membaringkan tubuh nya membelakangi gadis itu.
Ia memejamkan mata nya, berharap untuk tidur ketika merasakan ada gunjangan kecil di kasur nya. Tanda seseorang bergabung bersama nya.
"Grace menelpon mu sejak tadi." Adeline ikut membaringkan tubuh nya di samping Thomas.
Thomas membuka pejaman mata nya dan diam.
Tak lama terdengar suara dering telpon. Adeline menoleh ke arah punggung yang bernapas dengan teratur tersebut. Tak ada tanda dia akan bangkit dan mengangkatnya sampai suara ketukan di pintu nya dan suara nyaring dari pembantu rumah.
"Maaf menganggu, Tuan Shelby. Tapi perempuan bernama Grace ingin—"
"Katakan pada nya aku sedang sibuk dengan istri ku, Trina." balas Thomas yang membuat Adeline menaikkan kedua alis nya, tak menyangka dengan jawaban nya.
"Baiklah, Tuan Shelby." Terdengar langkah kaki yang menuruni tangga setelah itu kembali hening.
Adeline tersenyum geli, "Itu akan membuatnya menangis semalaman."
Thomas membalikkan badan nya dan menghadap Adeline yang terbaring di sisi nya. Mata mereka bertemu. Seisi ruangan terdengar sangat sunyi. Hanya terdengar deruan napas dan detak jam di dinding.
"Curly told me," Thomas membuka suara nya, "There's a man," Adeline menatapnya, "That came to your office for a many times."
"Who is that guy, Adeline." Thomas merendahkan suara nya.
Adeline memperhatikan kedua lautan safir Thomas lekat-lekat. Tak menyangka orang nya akan seteliti itu untuk mengetahui hal yang sangat dia tutupi. "Impas, bukan?"
"His name?"
Adeline diam. Kembali ia pandangi wajah itu. "Kau tak perlu mengetahui nya."
"Seorang pria bertemu dengan istri ku berkali-kali tanpa ku ketahui maka aku perlu tahu nama nya." ucap Thomas langsung yang membuat Adeline kembali diam.
Adeline tak menjawab pada detik itu, dia malah menggerakkan tubuh nya untuk menghadap sang suami sepenuh nya kemudian tersenyum. "Kau akan membunuh nya?"
"Tidak ada yang boleh menyentuh milik ku."
Adeline tersenyum geli di susul kekehan kecil, "Aku milik mu, begitu?"
Thomas hanya diam, memandang gadis yang tengah tertawa pelan sampai dia pun kembali diam dan membalas tatapan nya. Tangan Adeline bergerak meraih wajah Thomas dan menghelus nya lembut.
"Kau bahkan tidak tahu alasan ku menikahi mu."
"So do you."
Senyum Adeline menghilang. Hanya tersisa tatapan kosong yang selalu Thomas benci. Namun sentuhan Adeline di wajah nya, masih ia nikmati dan berharap Adeline tidak akan menarik tangan nya untuk waktu yang lama.
"Two strangers in the same bed." ujar Adeline kecil.
"Aku masih menanyakan nama nya, Adeline." ucap Thomas lagi, tak mau hanyut dengan suara nya.
"Kenapa kau tidak datang besok dan menanyakan nya langsung?" Adeline menaikkan kedua alis nya.
Thomas memejamkan mata nya, "Besok hari yang sibuk untuk ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
vacuous
Fanfiction"Tommy bertemu dengan imbang nya." Adaline, anak dari Gubernur itu bisa mengacak-acak jiwa Thomas sesuka hati nya.