she-wolf

299 40 8
                                    

Adeline membuka pintu hingga menarik perhatian orang-orang di dalam nya. Dia ingin menemui suami nya. Tadi malam, pria itu tak tidur lagi di rumah. Pertama kali nya Adeline bisa menebak dengan mudah bahwa pria itu akan pergi ke rumah Lizzie. Tapi untuk sekarang, sulit. Karena ada gadis berambut pirang bermanik biru safir duduk di dekat pintu ruangan Thomas yang juga menatap nya dengan nanar.

"Adeline, kau kemari." Sapa Polly melihat istri keponakan nya berdiri di ambang pintu.

Adeline tersenyum kecil, "Aku ingin bertemu dengan suami ku."

"Oh," Adda menatap Polly lalu ke kakak ipar nya. "Dia sedang pergi. Bersama John dan Arthur. Jika kau tak keberatan, kau bisa menunggu di ruangan nya."

Grace melihat nya, melihat bagaimana keluarga Shelby bahkan Polly sendiri mengsegani si anak gubernur itu.

Adeline tersenyum lalu mengangguk. Lantas ia melangkahkan kaki nya menyebrangi ruangan, melewati meja-meja yang penuh dengan tumpukan kertas. Hingga ia sampai di meja Grace.

"Aku ingin berbicara dengan mu."

"Grace!" suara Polly langsung meninggi namun itu tak membuat wanita itu gentar. Ia tetap menatap Adeline dengan tegas sedangkan yang di tatap membalas nya datar.

Adeline membalas tatapan berani itu untuk beberapa saat lalu menoleh ke arah Bibi nya dengan senyuman manis. "Tak apa, Pol." Adeline kembali menatap nya, "Kita bisa bicara di ruangan suami ku."

Adeline masuk ke ruangan Thomas yang langsung di susul oleh Grace meninggalkan Adda dan Polly saling tatap. Berpikiran sama bahwa itu bukanlah hal yang bagus.

Adeline melangkah menuju meja Thomas. Meletakkan tas dan satu tas bingkisan kemudian berbalik menatap Grace seraya menyandarkan pinggang nya pada meja lalu melipat kedua tangan nya depan dada.

"Apa yang kau lakukan semalam?" tanya Grace langsung.

Adeline mengerutkan kening nya, "Aku melakukan apa?"

"Aku hampir di perkosa oleh pria itu!" Grace meninggikan suara nya seoktaf. Kerutan Adeline menghilang, ia tahu maksud gadis ini.

"Aku yang harusnya duduk bersama Tommy di meja makan itu jika kau tidak—"

"Tommy yang menyetujui kesepakatan itu." Adeline memotong dengan tatapan dingin nya. "Dan aku yang menyelamatkan mu dari nya. Harusnya kau marah pada Tommy dan berterimakasih pada ku."

Grace terdiam di tempat, dari tatapan nya Adeline tahu dia sedang terkejut dan berusaha menyangkal apa yang baru saja ia katakan.

"Tommy tidak mungkin melakukan itu." suara nya merendah, bergetar. Tanda dia ingin menangis. "Tidak mungkin ..."

"Kau lebih dulu bersama nya, Grace." Adeline menatap nya, "Harusnya kau tahu, Tommy akan melakukan apapun untuk mendapatkan keinginan nya."

Grace mengigit bibir bawah nya untuk menahan air mata nya yang ingin sekali meluncur di wajah nya. Melihat itu Adeline menarik napas namun mata nya menangkap sesuatu di tangan gadis itu, sebuah memar.

Adeline beralih ke mata nya, "Kau ingin aku menghajar pria itu?" Grace menatap nya heran. "Aku masih ingat wajah nya."

Grace tersentak lantas spontan menutupi pergelangan tangan nya yang biru. Dan mata Grace mendapati hal yang sama di pergelangan tangan Adeline. "Lantas siapa yang melukai tangan mu?"

Adeline menaikkan kedua alis nya lalu menoleh ke arah tangan nya kemudian tersenyum menatap Grace, "Oh, Kau tidak tahu Tommy suka bermain kasar?"

Pintu terbuka saat Grace dan Adeline masih saling pandang. Grace yang menerka maksud kalimat itu dan Adeline yang senang bermain dengan nya.

vacuousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang