Adeline menatap kedua manik lautan biru safir itu dengan pandangan kosong yang lagi-lagi membuat Thomas hampir mati penasaran. Apa yang di pikirkan gadis itu saat menatap mata nya.
"Aku tidak melihat cincin di jari manis mu." ucap Adeline.
Thomas tersenyum kecil, "Aku juga tidak melihat milikmu."
Adeline menarik kalung yang terselip di dalam baju nya lalu mengeluarkan nya. Di sana Thomas dapat melihat cincin itu sebagai manik kalung nya. Adeline menarik napas panjang kemudian berbalik, berjalan menuju jendela yang ada di ruangan tersebut lalu bersandar di daun jendela.
"Jangan pikir aku tidak tahu, Tommy." Adeline menatap keluar jendela kemudian menatap pria yang masih berdiri di tempat awal nya. "Seluruh hati mu masih untuk gadis itu."
Adeline menoleh, "Tatapan mu, pikiran mu, bahkan pandangan mu tentang ku," Adeline diam sejenak, "Hanya untuk memanipulasi rasa yang tak pernah tercapai dengan gadis itu."
Thomas diam, beradu pandang dengan istri nya walau tahu mereka ahli dalam mengosongkan pandangan hingga lawan bicara tidak tahu apa yang mereka pikirkan atau rasakan.
Thomas menunduk sebentar seraya menarik napas panjang sebelum akhirnya melangkahkan kaki nya menyebrangi ruangan untuk menipiskan jarak. Hingga ia berada tepat di hadapan gadis yang sedang duduk di daun jendela, Thomas meraih tangan Adeline dan mengarahkan nya pada wajah nya, "Kalau begitu ubah aku."
Adeline mengerutkan kening nya.
"Ubah aku semau mu." Thomas merendahkan suara nya tanpa memutuskan pandangan mereka, "Jadikan tatapan ku hanya untuk mu, pikiran ku ataupun pandangan ku." Thomas memberi jeda sebelum bersuara yang lebih rendah lagi, "Aku sepenuhnya milik mu."
Adeline menatap manik biru safir itu lekat-lekat dan ia tahu bahwa Thomas sangat menyukai sentuhan nya. Adeline tersenyum kecil lalu mendekatkan wajah nya hingga mereka bisa saling merasakan deruan napas masing-masing. "Kau benar-benar penasaran dengan ku ya Tommy?"
Setelah mengatakan hal itu, Adeline meraih wajah nya untuk menghapus jarak sementara. Bibir manis Adeline bertemu dengan bibir dingin Thomas. Ruangan yang dingin tersebut seketika menjadi panas bagi Thomas. Untuk pertama kali nya, Thomas tak bisa berkutik.
Ini adalah tindakan paling intim selama mereka menjadi suami istri. Tangan Thomas berada di kedua kaki gadis itu, menahan diri agar tubuh nya tak terjatuh. Karena seolah di tarik, Thomas kehilangan tenaga nya.
Adeline menarik wajah nya kembali menciptakan jarak walau itu hanya setipis kertas membuat Thomas kecewa. Thomas tak bisa mengalihkan pandangan nya dari bibir kecil di hadapan nya yang sedang menyunggingkan senyum.
"Puas, suami ku?" Adeline turun dari jendela kemudian hendak pergi jika saja Thomas tidak mencekal tangan nya dan menarik nya untuk kembali ke tempat semula.
Punggung Adeline bertemu dengan dingin jendela dan kedua tangan Thomas ada di kedua sisi jendal tersebut. Thomas mengurung nya dalam kukuhan nya. Thomas menunduk, menatap wajah bak bidadari itu. "Kau sangat suka mempermainkan ku, hm?"
"Dan kau," Adeline tersenyum, "Sangat suka di permainkan oleh ku, bukan?"
Thomas tersenyum kecil, "Kita lihat siapa yang bertahan di permainan mu, Adeline."
Adeline menarik topi yang Thomas simpan dari balik Jas kehitaman nya kemudian memasangkan nya di kepala Thomas. "Kau harus pergi, kau punya pertemuan dengan anggota mu, bukan?"
"Bagaimana kau—"
"Maaf menganggu, Tuan Shelby. Tapi seseorang mencari mu, dia mengaku sebagai Kakak mu." Catherine bersuara dari balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
vacuous
Hayran Kurgu"Tommy bertemu dengan imbang nya." Adaline, anak dari Gubernur itu bisa mengacak-acak jiwa Thomas sesuka hati nya.