"Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu."
(Ali bin Abi Thalib)
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Ketika senja datang, langit pun mulai menyadari arti penting sebuah asa. Langit yang tadinya terang kini berubah menjadi gelap. Burung berhenti terbang seolah sedang berdoa pada sang maha kuasa. Karena saat senja bisa menjadi titik dimana manusia merenungi apa yang telah dilakukannya.
Seusai melaksanakan ibadah sholat Maghribnya, dalam sebuah masjid yang tidak begitu jauh dari tempat kediamannya pemuda itu meneruskan ibadah sunnah lainnya. Kedua bibir itu basah karena lafadz-lafadz dzikir dan tasbih yang ia lantunkan sebagai wujud syukurnya kepada sang Ilahi Rabbi hingga waktu sholat Isya' pun tiba.
.
.
."Shodaqollahul adzim...." Seru sang pemuda berwajah tampan nan teduh itu usai membaca ayat demi ayat suci Al Qur'an yang ia lantunkan tadi. Ia tutup dan mencium kitab suci itu lalu meletakkan kembali pada tempat khusus.
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum."
Terdengar suara ketukan pintu diiringi dengan ucapan salam dari beberapa orang dibalik pintu rumahnya.
"Wa'alaikum salam..." jawabnya dengan suara agak dikeraskan agar suaranya bisa didengar oleh tamu diluar.
"Sebentar." sambungnya sambil lalu bergegas untuk membuka pintu menyambut tamunya.
Setelah pintu terbuka, nampak lah 3 orang lelaki yang seumuran dengannya yang sedang cengar cengir tak jelas.
"Eh, masyaa Allah trio fillah ternyata.. tak kirain siapa?" sambut sang pemuda itu pada tiga orang tamunya dengan senyuman teduhnya yang selalu tersungging di bibirnya.
"Ayo ayo masuk!" lanjut lelaki itu mempersilahkan ketiga tamunya masuk. Setelah dipersilahkan duduk ketiganya pun duduk disusul sang tuan rumah.
"Wah... Ada apa nih kalian rame-rame datang kemari?" tanya lelaki tampan itu dengan senyuman teduhnya. Tampaklah ketiganya saling senggol menyenggol membuat si tuan rumah keheranan.
"Emmm... Anu Thar, anu... itu..." ucap salah satu diantara mereka bertiga dengan gugup.
"Apa sih kalian ini?" tanya pemuda yang bernama Athar itu heran.
"Ah... kamu Dhil, ngomong aja pake anu itu anu itu, ngomong tuh yang jelas." celetuk Zidan, lelaki yang duduk di samping kiri Fadhil tiba-tiba.
"Ehmmm... itu Thar, si Fadhil lagi kelaperan dari tadi siang belum makan, tapi masalahnya dia itu lagi bokek, jadi dia kesini mau numpang makan di tempat kamu." tutur Zidan menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Fii Sabilillah
Любовные романы" Jarak tidaklah akan menjadi sebuah pemisah akan tetapi hanyalah sebagai jeda, supaya kita bisa saling memperbaiki diri kita masing-masing, agar kelak kamu pantas untukku dan aku pantas untuk memilikimu." _Ammar Barra Atharrazqa_ "Jika namamu yang...