" Kita diperintah berikhtiar; namun berhasil atau tidaknya ikhtiar kita, ada di 'tangan' Allah. Maka kita tidak boleh lupa memohon pertolongan kepadaNya."
(Gus Mus)
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻H
ari ini Athifa ada janji dengan Kevin untuk ke butik langganan calon ibu mertuanya untuk fitting baju pengantin dan dilanjutkan ke toko perhiasan untuk mencari cincin kawin.
Sudah setengah jam Athifa menunggu Kevin di sebuah rumah makan sederhana namun Kevin tak kunjung datang ataupun menghubungi dirinya.
"Ck ... bang Kevin mana sih, ngaret banget tuh anak!" decih Athifa malas. Matanya melirik ke luar dan ke jam tangannya secara bergantian.
Teringat pada ketiga sahabatnya membuat Athifa murung.
"Gimana ya caranya aku kasih tahu mereka soal pernikahanku ini? Sungguh aku belum siap dengan rencana pernikahan ini! Andai saja aku bisa menolaknya, tapi nyatanya aku tak bisa, aku tak mungkin menorehkan rasa kecewa dihati ayah." gumamnya dalam hati.
Detik berganti menit dan menit pun berganti jam. Akan tetapi orang yang ditunggu-tunggu Athifa tak kunjung datang.
Kini Athifa berada dalam perasaan dilema. Pulang meninggalkan rumah makan itu atau tetap stay disana menunggu Kevin. Tapi harus menunggu berapa lama lagi. Pikir Athifa dengan hati agak kesal terhadap calon suaminya itu.
Sementara yang ditunggu-tunggu malah asik ngobrol dan bersenda gurau bersama kedua klien sekaligus temannya itu. Ya baru saja Kevin selesai meeting dengan dua klien yang ternyata adalah temannya. Mereka bertiga berteman baik semenjak dibangku SMA.
Awalnya Kevin sudah pamit pada mereka karena dia ingat akan janjinya pada Athifa untuk ke butik dan toko perhiasan. Tapi kedua temannya itu menginginkan untuk ditemani dulu. Ngobrol sebentar dan me-refresh otak usai meeting tadi.
"Ayolah Vin, stay aja dulu bentar disini napa sih, jarang-jarang lho kita ngumpul lagi kaya gini." ujar Darren dengan santainya.
"Yo'i men ... Cuma lo aja tuh yang udah jarang ngumpul. Kerja sih kerja Vin, tapi ada saatnya kita men-charge kembali otak kita. Otak juga butuh hiburan keleees." sahut Exel menimpali ucapan Darren.
Mau tidak mau Kevin menyetujuinya. Ia pun mengirim pesan pada Athifa untuk menunggunya sebentar di salah satu rumah makan yang ia sebutkan.
Tapi emang pada dasarnya si Kevin kalau sudah asik bersama teman-temannya pasti ia akan lupa waktu dan kini ia juga melupakan janjinya pada Athifa yang sudah satu setengah jam telah menunggunya di sebuah rumah makan yang ia rekomendasikan tadi lewat pesan whatsapp.
Di tambah lagi Darren yang sekilas melihat Winda yang baru saja masuk ke dalam resto yang sama dengan mereka.
Sekalian Darren memanggil Winda dan memintanya untuk bergabung satu meja bersama mereka. Kedatangan Winda membuat Kevin malas dan kesal.
Ingin sekali Kevin pergi menghindar, namun lagi-lagi perasaan tidak enak hati pada kedua temannya itu yang membuat Kevin mengurungkan niatnya.
Setelah lama duduk menunggu Kevin yang tidak pasti datangnya akhirnya Athifa memutuskan untuk meninggalkan rumah makan tersebut.
"Dari pada nunggu orang gak jelas gini mending pulang aja!" gumam Athifa merasa dongkol.
"Setidaknya bilang kek kalo gak jadi, lewat pesan atau apa gitu. Masa harus gue duluan sih yang nanya, ntar di kirain gue ganggu lagi. Gaje banget jadi orang!" ucap Athifa bersungut-sungut seraya melangkah keluar meninggalkan rumah makan.
"Astaga, Athifa ...!" seru Kevin setelah mengingat Athifa. Membuat ketiga orang dihadapannya menoleh kearahnya karena heran.
Dengan perasaan tidak enak dan terpaksa akhirnya Kevin bisa pamit duluan pada Darren, Exel dan juga Winda setelah ia mengingat kalau ada janji dengan sang tunangan.
Sedangkan Winda, perempuan itu tersenyum masam mendengat Kevin menyebut nama tunangannya.
"Kita lihat saja nanti!" cetus Winda dalam hati sambil tersenyum sinis.
Namun sampai ditempat janjian Kevin tak menemukan Athifa lagi. Ia telusuri setiap sudut rumah makan itu berharap Athifa masih berada disana. Akan tetapi Nihil. Athifa tidak ada disana. Athifa sudah pergi karena kelamaan menunggunya.
Kevin memeriksa ponselnya. Tidak ada pesan atau panggilan tak terjawab dari Athifa. Membuat Kevin kecewa dan merasa bersalah.
"Duh, gimana ini? Kenapa gue harus sampai lupa sih sama Athifa?" gumam Kevin menyalahkan dirinya sendiri.
"Kira-kira si Athifa marah nggak ya? Mana harus berhadapan dengan mami nantinya, belum lagi opa dan oma, duh bisa kena ceramah sama mereka nanti!" gerutu Kevin dengan rasa khawatir.
Kevin pun keluar dari rumah makan itu. Dengan tergesa-gesa ia menghampiri mobilnya di parkiran.
Setelah masuk kedalam mobil dan menutup kembali pintu mobilnya ia bergegas melajukan mobil itu dengan kecepatan yang lumayan ngebut.
***
Nada memejamkan matanya menikmati alunan suara merdu yang berasal dari ponselnya yang tersambung pada headset yang bertengger pada kedua telinganya.
Bibirnya tersenyum indah sambil bergerak-gerak mengikuti suara dalam rekaman itu. Suara seseorang yang selama ini selalu ia rindukan. Meski ia tahu rasa rindu itu salah.
Dalam rekaman itu terdapat suara bocah se usia 12 tahunan dengan bacaan-bacaan sholawat dan tartil Al Qur'an.
Selesai mendengar alunan suara indah dan merdu seorang bocah dari ponselnya, Nada tersenyum ceria. Hatinya kembali menghangat. Seolah rindunya telah terobati.
Nada menatap ke luar jendela kamar kostnya. Menatap indahnya gemerlap cahaya bintang dilangit.
"Apa kabarmu akhi kecilku? Dimana kamu sekarang? Masih ingatkah kau padaku, ukhtu kecilmu? Masih ingatkah pada janjimu dulu padaku? Janjimu yang akan menjemputku dalam keadaan aku halal bagimu?" ucap Nada seraya tersenyum menatap satu bintang yang menurutnya sangat indah.
"Salahkah jika aku berharap akan datangmu suatu saat nanti? Dosakah aku jika aku menyimpan rasa rindu Ini untukmu yg belum halal untukku?" Setetes air mata jatuh mengenai pipi chubby-nya.
"Ya Allah, izinkan hamba berharap satu kali lagi untuk bisa bersanding dengannya suatu hari nanti. Izinkan rindu yang tak pantas ini menjadi rindu yang halal untukku dan untuknya. Izinkan hamba berjodoh dengan dia yang selama ini namanya hamba langitkan. Sungguh Aku tak mampu ungkapkan rasa cinta yang belum halal bagiku." doa dan harapan Nada.
Malam hampir larut. Nada mulai menutup jendela kamar beserta gordennya. Ia melepas headset dari kedua telinganya dan meletakkan kembali beserta ponselnya kedalam laci nakas disamping tempat tidurnya.
Karena masih dalam keadaan suci, Nada tak perlu lagi untuk mengambil wudhu. Ia duduk sebentar di pinggir kasur. Memulai baca doa sebelum tidur lalu membaringkan tubuhnya di kasur tak begitu empuk itu.
Baru beberapa menit memejamkan mata, Nada pun tertidur memasuki alam mimpi.
To be continue
==========
Assalamu'alaikum...
Haaai kakak... ini karyaku yang pertama disini. Minta like n sarannya ya...
Salam sayang dari author.
Terima kasih kakak 💗Jangan lupa dijadikan favorit ya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Fii Sabilillah
Romans" Jarak tidaklah akan menjadi sebuah pemisah akan tetapi hanyalah sebagai jeda, supaya kita bisa saling memperbaiki diri kita masing-masing, agar kelak kamu pantas untukku dan aku pantas untuk memilikimu." _Ammar Barra Atharrazqa_ "Jika namamu yang...