"Istri yang paling beruntung ialah dia yang dikaruniai oleh Allah seorang suami yang penyabar dan penyayang, penuh dengan kehangatan dan kelembutan, suka menolong dan berhati tulus. Bila ia pergi istri selalu merindukan, jika ia pergi istri selalu ingin berdekatan."
(Dr. Malik Al Qasim)🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Suara isak tangis terdengar samar-samar dalam ruangan hotel. Athar yang sedang berdzikir sejenak menghentikan dzikirnya beberapa saat. Lalu melanjutkan kembali bacaan dzikirnya.
Di atas ranjang Nada menelungkupkan kepalanya sambil memeluk kedua lututnya. Bahunya bergetar karena isak tangisnya yang kian terdengar.
Sedetik kemudian ia merasakan kasurnya bergerak menandakan adanya seseorang yang tengah duduk di kasur yang sama.
Nada tahu itu siapa. Siapa lagi kalau bukan Athar, suaminya. Namun ia tidak ada niat untuk menengok. Ia merasa sangat malu pada suaminya itu. Malu untuk bertatap muka dengan suaminya setelah apa yang terjadi belakangan ini dengan hubungan mereka dan terlebih kejadian tadi malam tentunya.
Athar menyentuh bahu Nada yang masih terguncang. Tapi Nada tetap tidak mau mengangkat kepalanya. Tanpa aba-aba Athar meraih lalu merengkuh tubuh Nada, membawanya kedalam dekapannya. Nada terkesiap dengan apa yang dilakukan Athar.
"Menangislah jika itu membuat hatimu bisa lega. Tumpahkan semuanya disini, denganku!" seru Athar dengan suara lembut yang menenangkan. Air mata Nada semakin deras. Kedua tangan Nada terulur membalas pelukan Athar dengan erat. Ia tergugu menumpahkan tangis sesalnya di sana, di dalam pelukan sang suami.
Athar mencoba menenangkan Nada dengan mengusap-usap punggung Nada yang kini sudah kembali memakai pakaian yang ia pakai tadi malam. Hanya rambutnya yang ia biarkan tak tertutup.
"Maaf, maafkan aku. Selama beberapa hari ini aku-aku mengabaikanmu, mengabaikan telepon dan pesan darimu. Maafin aku yang sudah berburuk sangka terhadapmu. Maafin aku juga yang tanpa seizinmu keluar rumah malam-malam karena memenuhi ajakan makan malam teman kampus. Seharusnya, seharusnya aku izin dulu sama kamu, Mas. Tapi aku malah bertingkah seolah aku ini perempuan yang masih sendiri, aku lupa diri. Aku sangat berdosa sama kamu, Mas. Mungkin Allah marah sama aku karena aku mengabaikan suamiku sendiri, Allah menegurku seperti tadi malam aku dijebak sama teman kampusku sehingga aku hampir kehilangan kehormatanku dan masa depanku. Aku mohon maafin aku yang tidak bisa menjadi istri yang baik buat kamu, Mas Athar." ungkap Nada di sela-sela isak tangisnya. Athar tersenyum dengan tangannya yang masih mengusap-usap punggung Nada.
"Tapi Allah masih melindungiku. Saat di toilet aku selalu ingat sama kamu, Mas. Pikiranku selalu tertuju padamu, dan Allah masih mengabulkan pintaku. Kamu datang di saat yang tepat, di saat aku membutuhkanmu." imbuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Fii Sabilillah
Любовные романы" Jarak tidaklah akan menjadi sebuah pemisah akan tetapi hanyalah sebagai jeda, supaya kita bisa saling memperbaiki diri kita masing-masing, agar kelak kamu pantas untukku dan aku pantas untuk memilikimu." _Ammar Barra Atharrazqa_ "Jika namamu yang...