10. PERTEMUAN

36 3 0
                                    

"Pertemuan dengan belahan hati bisa terjadi dengan cara yang tak pernah terpikirkan sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pertemuan dengan belahan hati bisa terjadi dengan cara yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Bahkan bisa dari sesuatu yang tak indah"
(Ullan Pralihanta)

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Hari ini Nada dkk ada kelas siang, sehingga mereka santai-santai saja tidur sampai kesiangan.

Jika Kayra santai dengan kehaluannya, Athifa dengan kegundahan hatinya, Nury nge-date dengan pacarnya, tapi lain halnya  dengan Nada. Gadis yang memiliki paras cantik nan teduh itu berkutat di depan laptopnya di sebuah kedai ice cream.

Nada mengerjakan tugas-tugas beberapa mata kuliah yang sempat ia lewatkan beberapa hari yang lalu sewaktu ia pulang kampung.

Tak terasa jam menunjuk pukul 11.15 siang. Nada pun segera mengakhiri tugasnya. Membereskan buku beserta laptopnya ke dalam tasnya.

Nada melangkahkan kakinya mencari sebuah masjid. Sebelum ke kampus ia berniat untuk melaksanakan Sholat dzuhur terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian tepat adzan dzuhur berkumandang Nada sampai di sebuah mesjid. Segera ia ke tempat wudhu' khusus wanita untuk berwudhu. Setelah itu bergegas ia mengikuti sholat dzuhur berjamaah.

Usai sholat dan dzikir Nada segera bergegas keluar masjid. Saat menapaki undakan kakinya malah tergelincir, tubuhnya jadi oleng dan hampir jatuh kalau saja tidak ada tangan kekar yang reflek menangkap tubuhnya.

Kedua pasang mata itu saling beradu pandang, terpaku dalam lima belas detik.

Deg... Deg... Deg...

Jantung kedua orang berlawan jenis itu berdetak kencang

"Ya Allah... mata itu...." gumam Athar dalam hati.

"Ya Allah... nggak, ini nggak benar!" seru Nada dalam hati.

Nada langsung memutuskan kontak matanya dengan mata Athar dengan memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Detik itu juga Athar tersadar akan kekeliruannya. Dengan pelan ia melepas tubuh yang terbalut gamis dan hijab itu.

"Astaghfirullahal 'adzim... maaf ukhti, sa–saya tidak sengaja, saya reflek." perasaan bersalah serta gugup menyerang hati Athar.

Nada berusaha berdiri tegak, membenarkan posisi gamis dan jilbabnya yang sedikit tak beraturan itu.

Nada tak menjawab karena masih shock. Selama ini tak pernah satu orangpun lelaki yang berani menyentuhnya kecuali almarhum ayahnya, apalagi sampai merengkuh tubuhnya seperti yang Athar lakukan tadi.

Matanya mulai berkaca-kaca. Hal itu membuat Athar semakin merasa bersalah. Melihat dari penampilan, sikap dan respon tubuh Nada, Athar tahu dan mengerti bahwa Nada adalah seorang gadis Muslimah yang taat yang membatasi diri dari para lelaki yang bukan mahramnya. Nada adalah gadis Muslimah yang tak tersentuh oleh laki-laki yang tidak halal.

"E... ukhti... tidak apa-apa? Maafkan saya. Demi Allah saya tidak bermaksud lancang menyentuh ukhti, tadi saya hanya reflek." ucap Athar tulus dengan suara yang bergetar.

Nada hanya mengangguk tanpa suara sebagai jawabannya. Ia memaksakan sedikit tersenyum. Walau senyuman terkesan terpaksa namun senyuman itu membuat Athar memejamkan matanya. Jantungnya kembali merasakan sesuatu yang entah perasaan apa itu.

Athar merasa ia pernah merasakan perasaan seperti itu, tapi kapan dan dimana Athar pun tidak mengingatnya.

Nada mulai mundur perlahan menjauh dari Athar. Dengan tergesa-gesa Nada berlalu meninggalkan area masjid. Perasaan shock masih menyelimuti hati Nada sampai ia lupa untuk sekedar mengucapkan terima kasih dan tidak mengucapkan salam pada laki-laki yang tadi telah menolongnya.

Athar terus menatap punggung Nada yang melangkah keluar dari area masjid hingga gadis berhijab menjuntai itu lenyap dari pandangannya.

Setelah bayangan Nada tak terlihat lagi, Athar reflek menyentuh dada bidangnya. Dan ternyata di sebrang sana Nada juga melakukan hal yang sama.

"Ya Allah... kenapa ini? Ada apa dengan hati hamba?" gumamnya dalam hati.

"Astaghfirullahal Adzim!" lirihnya dengan mata terpejam sambil menggelengkan kepala guna menghalau pikiran-pikiran yang tak pantas yang membuat kegelisahan dalam hati.

Di dalam kelas pun Nada juga kembali melamun. Memikirkan suasana hatinya yang masih sulit dimengerti.

Memperbanyak istighfar dan dzikir membuat hatinya kembali tentram sehingga Nada bisa fokus untuk mengikuti kelas siang ini.

***

Setelah mata kuliah berakhir, semua mahasiswa berhamburan keluar tak terkecuali Nada dkk.

Karena hari ini hanya ada satu mata kuliah di kelas Nada, mereka memutuskan untuk out dari kampus. Baik Kayra, Nury dan Athifa juga memilih meninggalkan kampus juga.

Sedangkan Nada, karena belum ingin pulang akhirnya ia berniat untuk ke perpustakaan mencari buku referensi untuk tugas makalah selanjutnya.

Dan di sinilah Nada sekarang. Ia Berdiri di antara rak-rak buku di dalam perpustakaan itu. Mencari-cari buku yang di maksud ternyata tidak sulit. Langsung saja ia mengambil buku itu lalu duduk di bangku yang telah disediakan di dalamnya.

Nada mulai membacanya sambil mencatat apa saja yang menurutnya penting pada buku catatan yang baru saja ia ambil dalam tasnya.

"Ehemmm...."

Suara deheman seorang laki-laki terdengar jelas di telinganya membuat Nada menghentikan bacaannya. Lalu menoleh ke sampingnya.

Laki-laki itu tersenyum setelah Nada menoleh padanya. Nada kembali menundukkan kepalanya.

"Eh, Kak Devan. Assalamu'alaikum k..kak Devan..." sapa Nada pada lelaki yang bernama Devan itu.

"Wa'alaikum salam, Nada... boleh aku duduk disini?" ucap Devan yang diangguki oleh Nada. Dengan senyum sumringah Devan duduk di kursi samping Nada tapi masih dalam satu meja.

Merasa tidak enak Nada bergeser menjauh  sedikit demi sedikit dari Devan kemudian melanjutkan membaca kembali buku yang ia ambil tadi di rak buku.

Sedangkan Devan terus memperhatikan Nada dengan inten. Ya, Devan adalah kakak senior Nada di kampus itu. Mereka beda fakultas.

Devan merupakan pria yang terkenal akan ketampanan dan kepintarannya di seantero  kampus sehingga menjadi idola para gadis disana. Namun tak satupun yang membuat Devan tertarik diantara mereka.

Hanya ada satu gadis yang menjadi perhatiannya selama ini. Siapa lagi kalau bukan Nada. Yups, gadis berhijab dan  berwajah cantik nan teduh itulah yang selama ini telah mencuri hatinya.

Meskipun beda prodi dan fakultas tak menghalangi niatnya untuk memperhatikan Nada. Bahkan ia sampai rela jadi mahasiswa abadi hanya karena ingin tetap bisa melihat dan memperhatikan seorang Nada.

"Emmm Nada..." Devan memulai memecahkan keheningan diantara mereka.

"Ya kak, kenapa?" Tanya Nada sambil melirik Devan sebentar.

"Kayaknya kamu lagi sibuk ya?" pertanyaan konyol menurut Devan sendiri.

"Ya kak, saya ada banyak tugas selama saya pulang kampung kemarin, jadi ya harus saya kejar biar gak ketinggalan yang lainnya." jelas Nada tanpa menoleh ke arah Devan.

Bukan maksud Nada tidak sopan, tapi ya begitulah Nada yang tidak mau berlama-lama bertatap muka terhadap lawan jenisnya.

"Oh... begitu," ucap Devan sambil manggut-manggut tanda paham.

To be continue

==========

Assalamu'alaikum...
Haaai kakak... ini karyaku yang pertama di sini. Minta like n sarannya di kolom komentar ya...
Salam sayang dari author.
Terima kasih kakak 💗

Jomblo Fii SabilillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang