23. Istiqlal yang menjadi saksi mereka

22 2 1
                                    

Happy Reading.....

Siapkan headset buat dengerin lagu sembari menghayati...

~Ada-Lyodra dan Afgan

Sembari menjaga ponakannya, Caca membuka salah satu koper berisi barang kenangan yang ia bawa dari Jakarta. Semua barang dia bawa pulang termasuk foto prewedding dengan Darwin.

Dia telisik satu persatu foto preweding mereka kembali. Dia tidak akan membakar atau membuang kenangan itu karena dia sudah mengatakan bila ia akan bertahan dengan kesendirian. Hanya ini yang bisa ia lakukan sebagai bentuk kesetiaannya. Mengenangnya sampai tua sendirian.

Drrrrtttttt

Drrrrrttttttt

Dua puluh satu panggilan tak terjawab dari Joseph dia abaikan karena belum bisa cerita apapun. Tapi pas panggilan ke 22 baru ia angkat.

"Hallo Ca kemana aja lo!"

Caca menjauhkan ponsel dari telinga karena suara menggelegar Joseph.

"Kan lo tau sendiri gue udah balik ke Semarang. Ada apa ih ganggu!" Satu orang itu sepertinya sudah mulai pikun. Padahal dia waktu itu sudah bilang bahkan pamitan.

"Enak aja lo. Balik gak! Masak masa cuti gue habis padahal udah gue kasih ke lo semua. Dan katanya kalau lo gak melanjutkan kerja gue gak bisa natalan dong."

Dia lupa jika ada temannya yang bertukar cuti. Apalagi ini sudah desember dan sebentar lagi natal juga tahun baru.

"Waduh iya gue lupa lagi sama lo. Sorry ya gue coba telpon dokter Arka buat bantuin deh biar cuti lo cair. Lo tenang ya!" Setelah negosiasi dengan Joseph baru ia bisa tenang.

"BTW Ca, lo beneran enggak bakal balik Jakarta lagi? Kenapa hanya lo gagal dalam pernikahan buat lo berhenti melanjutkan hidup disini?"

Caca tertegun dengan ucapan Joseph. Benar apa yang dikatakannya tapi melupakan juga butuh tempat baru untuk memulai semuanya kembali kan. Bahkan sampai sekarang, dia hanya berpindah kota saja bukan hati.

"Yang gagal cuma rencana lo bukan hidup lo kan? Kalau memang sekarang terbaik buat lo, yaudah lanjut aja hidup gak usah sedih berlarut-larut. Cowok banyak kok diluar sana." Ngomong sih gampang ngelakuinnya yang susah. Tapi beberapa minggu disini, dia sudah mulai biasa dan lupa tentang semuanya. Hanya butuh adaptasi saja untuk kembali normal kan? Ya kan?

"Makasi ya Josh sudah beri gue quotes indah itu. Gue akan ingat apa kata lo." Ucap Caca.

"Kalau mau benci, benci saja orangnya jangan kotanya. Bila nanti masa depan lo ada di kota itu setidaknya lo tidak akan mengingat sakit hati." Kata penutup yang pas untuk sebuah telepon hari ini.

Ia mengakhiri panggilan dan kembali memasukkan kopernya yang belum sempat dikeluarkan isinya.

Sekarang hidupnya berubah, setelah mimpi waktu itu dia menjadi insani yang lebih taat dan lebih baik. Dia sudah siap kapan saja kalau tiba-tiba datang waktunya.

"Onty bukain." Bocil itu melemparkan coklat yang dibelikan oleh ibunya. Dasar kurang ajar. Kayaknya dendam kesumat bapaknya sudah mendarah daging ke anaknya deh.

Satu Arah (spin off MCMD) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang