6. The Don'ts

2.1K 223 5
                                    

Aku terbengong. Maksudnya ini apa? Kemarin aku yang pergi, sekarang gantian dia, emang kita lagi lomba? Apa salahku? Aku menarik lembaran 200 ribu, meninggalkannya di atas meja bar. Dia tidak bisa meninggalkan aku begitu saja. Wong edan!

¨Tunggu!¨ Aku melihatnya mengarungi lobi hotel dengan langkah tergesa. ¨Virgo!¨ aku terdiam, teringat bahwa dia mempunyai nama yang sesungguhnya. ¨Gentala. Abimanyu!¨ namun dia seperti tidak mendengarku, atau mengindahkanku. Kupret!

Kakinya yang panjang tetap mengayun tergesa di atas lantai marmer lobi. Aku menambah kecepatan berlari, daan high heels yang aku pakai tidak membantu. Wis, jangan-jangan habis ini aku kudu berurusan dengan tukang urut.

¨Tunggu!¨ tanganku mencengkal pergelangan tangannya, dia tampak kaget, pandangannya kini tertuju ke tangan kami yang bertautan. Dia mengerutkan kening. ¨Wait.¨ Aku memberikan tanda dengan jariku, kali ini minta dia menunggu dalam artian sesungguhnya, karena aku perlu mengatur napas yang sedikit tersengal-sengal. Mungkin memang aku harus mulai menggunakan treadmill sebagaimana mestinya ketika aku berada gym, bukan hanya untuk jalan santai.

¨Kenapa kamu pergi, gitu aja?¨

Matanya menemukan wajahku, dua bola berwarna gelap itu memandangku dengan intens, seolah hanya ada diriku sendiri di ruangan ini. Wis, ngos-ngosan karena lari belum selesai, ini harus ngos-ngosan karena tatapan mata berwarna gelap itu. Kalau aku semaput disini, nanti siapa yang bawa?

¨Sorry for wasting your time.¨ Suaranya terdengar dingin.

¨But ... why?¨

Dia menarik napas, seperti mengatur diri untuk beberapa saat sebelum bersuara. ¨Aku, nggak bisa. Sorry.¨

¨Nggak bisa? Maksudnya.¨

Wajahnya seperti dirundung frustasi. ¨Sama kamu. Nggak bisa.¨

Nggak bisa sama aku? Wajahku saat ini pasti persis seperti diminta harus mendapatkan hasil angka dari 82636253 x 71261526 tanpa bantuan kalkulator. Tunggu, layar kalkulator pasti nggak muat mencetak semua hasil angka itu.

¨Kamu nggak bisa berhubungan seks, dengan aku?¨ Aku berkacak pinggang, tidak menghiraukan beberapa kepala yang menoleh mendengar ucapan 'seks' yang baru saja keluar dari mulutku. Aku tersinggung. Tentu saja aku berhak untuk tersinggung, aku memang bukan Margot Robbie, tetapi aku yakin tidak ada cowok lain yang akan menolak untuk berhubungan seks dengan aku. Kecuali manusia satu ini. Untuk alasan yang masih menjadi teka-teki.

Dia menatapku dari atas ke bawah, lalu kembali ke atas lagi. ¨Nggak ada cowok yang bakalan nolak seks sama kamu.¨

¨Terus?¨ suaraku menantang.

¨Ada ... alasan lain,¨ jawabnya dengan suara rendah.

¨Ada cowok yang kabur begitu saja, padahal aku baru saja menyetujui untuk berhubungan seks dengan dia. I think I deserve to know why.¨

¨Adinda–¨

¨Dinda,¨ tukasku.

¨Bukan karena kamu ...,¨ aku menunggu kelanjutan dari ucapannya yang menggantung. ¨This is a mistake. Sorry.¨

Aku mencurengkan alis. ¨Mistake? Kalau mistake kenapa kamu setuju untuk ketemu dengan saya lagi?¨

Dia mengusap rambutnya dengan frustasi. ¨Can we drop this? Aku yakin kamu bakal gampang nemuin cowok lain yang akan mau menuruti syarat yang kamu minta.¨

Aku bergeming. ¨Kita sudah di sini.¨

¨Kamu selalu persistent seperti ini?¨

¨Itu salah satu kualitas yang saya punya.¨

Love4Real.comTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang