¨Oke, Dinda. Cepetan cerita.¨ Kedua tangan Erina bertumpu ke atas meja, posisi badan tegak siap mendengar berita pagi, terlalu pagi lebih tepatnya, dariku. Mata Kristina tampak masih terkantuk-kantuk dibalik kacamata kotaknya.
¨Memang harus yah, kalian nyeret gue ke sini di sabtu pagi.¨ Aku menguap. Ini baru jam 7 di sabtu pagi! Biasanya aku masih bermimpi indah di awal weekend, tetapi Erina dengan semangat pejuang 45 menyeretku keluar, demi mengorek info tentang Genta. Maksudku, tentang aku dan Genta.
Kepalaku celingukan mencari keberadaan pelayan. ¨At least, let me have my coffee first, please.¨
Seorang Mas dengan senyum secemerlang pepsodent menghampiri kami, aku memesan kopi dan croissant du amande yang terlihat melambai-lambai menggoda dari tempat kami duduk.
¨Jadi, lo nggak dapet orgasme sama sekali?¨ Entah kenapa di kepala Kristina isinya orgasme melulu. Mungkin indung telurnya sedang ranum-ranumnya.
¨Gimana gue bisa orgasme kalo seks nya aja nggak jadi.¨ Seorang Ibu dengan rambut tersasak tinggi yang akan mampu menahan topan badai menoleh ke arahku begitu mendengar kata seks. Sorot matanya penuh dengan penghakiman.
¨Nah, itu yang pengen gue tanyain. Kenapa bisa nggak jadi? Emang lo pake baju astronot, sampe dia bisa nggak napsu sama elo?¨ Kupret si Erina!
Ingatanku melayang ke kemarin malam. Kikuk yang terjadi antara aku dan Genta, kondom yang terletak di atas meja bahkan tidak bisa membantu, kami berdua yang berakhir tertawa sampai mataku berair.
¨It's just weird. Aneh ... lucu, lebih tepatnya. So, nggak jadi deh.¨
Kening mereka berkerut, wajah tidak puas, sama ketika kamu hanya boleh makan satu tusuk sate kambing dari piring yang berisi dua puluh tusuk.
Aku mendesah. ¨Ya, kan nggak bisa dipaksain. Intinya nggak jadi, tapi kita sama-sama hepi. Oke.¨
Kerutan di kening Kristina tambah dalam. ¨Lo, nggak napsu sama dia?¨
Bayangan Genta memegang corkscrew untuk membuka tutup wine nyelonong di kepalaku. ¨Dia kelihatan seksi dengan masih berpakaian lengkap, mungkin kalau dia sedikit aja buka baju, jantung gue nggak bakalan selamet.¨
¨Ini adalah teka teki tersulit abad ini. Jadi menurut elo dia seksi, dan gue yakin menurut dia lo juga cukup menarik. Kecuali lo pake baju astronot semalem, tapi kalian nggak jadi nge-seks.¨
¨Harusnya kalian seneng, kan. Gue nggak mesti bayar Genta pake tubuh.¨
¨Terus, elo sama dia, jadinya gimana? Pacaran enggak, orgasme nggak dapet.¨¨
Mas Pelayan datang hampir menumpahkan pesanan kami ke atas meja, raut wajahnya merah padam mendengar perkataan Erina.
¨Maaf, Mas. Dia lagi birahi,¨ bisikku ke Mas Pelayan. Saat ini aku harus memanggil Damkar untuk memadamkan kebakaran di wajahnya.
Aku mengambil kopi yang diletakkan oleh si Mas dengan gugup, mata terpejam ketika bibirku menyeruput kopi beraroma wangi, lalu wajah Genta muncul lagi, seandainya kami bisa begini, berdua pagi-pagi ditemani kopi lagi.
¨Gue nawarin dia makan malam, buat ngegantiin ... itu. Menurut kalian, dia bakalan bener nerima tawaran gue nggak yah?¨ kataku.
¨Ya ampun, Dinda. Sekalinya lo main dating site, langsung jatuh cinta gini. Mungkin lo kudu main ke lapak yang lain, siapa tahu nemu yang lebih ganteng dari Genta,¨ celoteh Erina.
Jatuh cinta. Aku jatuh cinta gitu? Sama Genta? Sableng, mana mungkin. Aku ingin tertawa garing, tetapi wajah Genta muncul di kepalaku, lengkap dengan senyum dan lesung pipinya, membuat hatiku langsung lumer seperti es batu di atas aspal panas. Siapa juga kan yang naruh es batu di atas aspal, kurang kerjaan banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love4Real.com
ChickLitBerada dalam kondisi kepepet karena rencana perjodohan oleh Bapaknya dengan pria berkumis yang sangat jauh dari tipenya, Adinda Sudibyo, seorang wanita karir sukses berumur 36 tahun (dua bulan lagi), mengikuti saran dua sahabatnya untuk bergabung ke...