8. Perjanjian Setan

2.1K 226 20
                                    

Sesampai di rumah aku tidak membuang waktu, setelah mandi dengan kecepatan petir menyambar aku segera meraih laptop, membuat materi aka daftar anggota keluargaku yang dia harus tahu dan hafal di luar kepala. Nama Bapak - Prawiro Sudibyo, Ibuku - Dewi Marsinah, Mbah Putri dari Bapak, satu-satunya nenek yang masih tersisa, Adikku - Galih Sudibyo beserta istri dan dua anaknya. Aku memberikan nama disamping foto mereka yang aku susun rapi, serapi menyusun halaman presentasi.

Aku menelitinya sejenak, setelah yakin tidak ada yang kurang aku langsung mengirimkan materi yang aku buat di power point ke Genta. Melalui email, bukan surat dengan stempel pos yang akan dikirim oleh kring-kring Pak pos bersepeda.

Tidak selang berapa lama, sebuah balasan masuk ke inbox-ku. Dari Genta.

'Got it!'

Hanya itu saja isi email balasannya. Aku mengerutkan kening, ini sudah hampir jam sepuluh malam, dan dia membalas email-ku dalam waktu kurang dari lima menit. Dia masih keja? Jam segini?

Selain cakep, kemungkinan besar penjahat kelamin, dia juga workaholic. Mungkin dia mempunyai hal-hal gelap yang tersimpan dari dunia luar, seperti Christian Grey dengan sex toys dan red room-nya? Aku masih belum bisa memutuskan reaksi tepatku untuk si red room, bergidik ngeri atau bergidik yang lain. Weeew, bahkan membayangkannya saja sudah cukup membuatku bergidik.

Aku memutuskan memesan tiket pesawat - first class - seperti permintaannya akan lebih bermanfaat dibandingkan melantur tentang laki-laki dengan kepribadian S&M.

'Aku perlu nomor KTP kamu untuk booking pesawat'

Aku mengirimkan pesan ke ponselnya.

'Kecuali kamu bukan orang Indonesia, then detail passport'

Send.

Tidak lama kemudian balasan yang berupa foto KTP dia muncul di ponselku. Memang harus ya, dia terlihat ganteng di foto KTP?

'Harusnya kamu nggak ngirimin foto KTP langsung. Bisa dipakai orang buat macem-macem' pesanku kembali terkirim. Tidak lama kemudian tiga titik melayang di layar ponselku, disusul dengan denting notifikasi.

'Memang kamu berencana untuk berbuat macam-macam?'

Aku menggelengkan kepala, seolah-olah dia bisa melihatku saat ini juga. 'Aku cuman ngingetin. Banyak orang gila diluar sana.'

Balasannya muncul tidak lama kemudian. 'Kata orang yang meminta lelaki tak dikenal untuk berpura-pura menjadi kekasihnya.'

Kekasih? Emang hari gini masih ada orang yang menggunakan kata kekasih? Jangan-jangan dia sedang berhalusinasi berada di tahun 80 an.

'Jangan lupa pelajari materi yang saya kirimkan, inget, nanti bakalan ada test materi.'

'Siap!'

Bibirku menyunggingkan senyum tanpa bisa aku cegah, perhatianku aku alihkan untuk memesan tiket pesawat kami. Setelah semua terkonfirmasi aku mengirimkan kode booking ke emailnya.

'Pesawat sudah terbooking. Seperti permintaan, first class! Kode booking aku kirimkan ke email kamu.'

'Got it!'

'Adinda Sudibyo' sebuah pesan susulan muncul darinya, membuatku lagi-lagi tersenyum dan untuk alasan yang bisa dikatakan paling ngaco, diikuti dengan jantung yang berdebar-debar. Kampret! Aku nggak bakal entertain perasaan berbunga-bunga seperti ini ke seorang penjahat kelamin.

Tunggu. Memang aku berbunga-bunga?

Kristina langsung menginisiasi group call begitu aku mengirimkan pesan bahwa aku baru saja membuat perjanjian dengan the devil himself.

Love4Real.comTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang