18. Dua Pincuk Bubur Lemu

1.7K 237 22
                                    

Berbeda dengan pagi kemarin, pagi ini, begitu bangun aku langsung bersiap-siap. Gosok gigi, cuci muka dan langsung mengenakan legging, tentu saja dengan kaos dan bra, masak iya topless. Sekarang aku sedang menyeruput kopi tubruk di teras depan. Hari masih gelap, tetapi semua orang seperti sudah siap berperang, walaupun matahari masih menyembul malu-malu.

Genta muncul dari dalam, lengkap dengan sepatu kets dan baju olahraganya.

¨Kopi?¨ Aku mengulurkan cangkir seng blurik berwarna hijau ke arahnya. ¨Punya kamu aku saring, kok. Jadi kamu nggak perlu khawatir bakalan ada bubuk kopi nongkrong bandel di gigi.¨

Dia menerima cangkir kopi. ¨Punya kamu, enggak? Coba liat gigi, kamu?¨

Aku meringis. Bersyukur telah menggosoknya tadi pagi, berikut berkumur dengan Listerine. ¨Aku lulus summa cum laude minum kopi tubruk.¨

Dia duduk di sebelahku, punggung kakinya menyentuh samar punggung kakiku ketika dia menghempaskan badannya. ¨It's so nice isn't it?¨

¨What?¨

¨Coffee. Morning.¨

Aku ingin menambahkan, dan duduk disebelah orang yang mengancam kesehatan jantungmu. Tetapi itu hanya aku simpan di dalam hati.

¨E hem.¨

¨Kopi apa ini?¨

¨Nggak tahu. Ada di dapur, ya aku bikin aja. Sejujurnya, orang rumah nggak ada yang minum kopi. Bapak dan Ibu lebih suka nge-teh, Galih, pecinta kopi instan.¨

¨Kamu sendiri? Dari mana jadi peminum kopi?¨

¨Sejak ngerjain skripsi, dan mata kudu berjuang ekstra. Pertama-tama aku minum kopi saset, setelah bekerja dan ada fasilitas mesin kopi di kantor, pindah ke kopi dengan krimer dan gula. Now, I like it black, no sugar!¨

¨Once you go black. You will never go back!¨ Dia menyeruput kopinya. ¨Kuliah di mana, dulu?¨

¨UGM. Sastra Inggris. Dulu, aku pengen jadi penulis atau bekerja di bidang literature.¨ Dia cuman nanya kuliah di mana, aku pake memberikan penjelasan ekstra, dermawannya kelewatan banget sih Dindaa.

¨And?¨

¨Seperti yang aku bilang, kerja di garment it pays well, and I am a practical person, so bye bye writer

Dia terkekeh.

¨You? Kamu kuliah di mana?¨

¨Harvard,¨ jawabnya pendek. Aku hampir cegukan, tetapi bisa aku tahan, dengan menyeruput kopi yang masih lumayan panas. Sepertinya pria di sampingku ini, memang berasal dari dunia yang berbeda. Tidak hanya karena menilik dari cara berpakaian dia yang perlente, tetapi juga dia lulusan Harvard. Bandingkan aku yang hanya dari UGM. I am starting to wonder how his family look like, dan seriously ... ngapain dia ada di Love4real.com? Walaupun hanya untuk teman tidur, aku yakin dia tidak perlu susah-susah mencari.

¨Hari ini, kita akan jalan pagi ke mana?¨ tanyanya, memecah kesunyian yang tercipta sebentar di antara kami.

¨Ah, I know a place.¨

Ibu muncul dari dapur dengan baskom kecil penuh dengan makanan ayam. ¨Buk e. Budhe Karti masih jualan bubur nggak sih?¨ Ibu berhenti, dikelilingi oleh ayam dengan mata penuh harap meminta jatah sarapan pagi. Ibu bagaikan seorang primadona buat mereka.

¨Mau sarapan Bubur? Tak suruh Ratih buat beli ya?¨

¨Ndak usah. Saya mau ngiras di sana, sekalian ajak Mas Genta.¨ Aku melirik ke arah Genta yang pagi ini naik pangkat aku panggil Mas.

Love4Real.comTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang