4. Virgo202

2.2K 237 24
                                    

Jantungku memacu, bahkan kaki terasa seperti gemetaran. Aku berdiri termangu di lobi hotel Langham. Masih ada waktu untuk membatalkan, aku bisa kabur. Lari ngibrit dan langsung masuk ke taksi yang berjejer di depan lobi hotel. Toh dia tidak mempunyai detail kontakku atau apa. Aku membalikkan badan, namun baru berjalan beberapa langkah aku berhenti.

Get a grip, Dinda! Ini cuman kopi darat. Banyak orang lain kopi darat dengan manusia yang ditemukan di jagat maya, dan mereka bisa keluar dengan selamat.

Aku membuka tas, menemukan pepper spray dan taser di dalamnya. Semua dalam posisi yang gampang dicapai. Ya ampuun, sekarang aku bisa merasakan kedua telapak tanganku yang mulai basah oleh keringat. Sepertinya aku nggak pernah gugup ketika closing deal sama pabrik-pabrik garment, ini mau bertemu dengan satu manusia saja kenapa bikin jantungku dag dig dug tidak jelas kayak gini.

Tanganku meraih ponsel. Sudah 8 menit lewat dari jam 7, aku terlambat, tetapi bukan itu yang membuatku risau. Jariku mengetikkan pesan ke Kristina dan Erina di grup chat kami.

'Guys, inget. Jam 9, nggak ada kabar dari gue, kalian lapor polisi. Oke!'

'👍' respon Erina.

'Good luck 🤩' balasan dari Kristina. Aku memutar bola mata, bocah ini memang seperti cheerleader, tidak sesuai dengan umurnya.

Dengan gamang aku melangkah ke arah restoran, this is it, mungkin aku sedang menjerumuskan diri ke perangkap seorang predator. God save me.

Seorang waiting staff menyambutku di pintu masuk, menanyakan apakah aku mempunyai reservasi. Aku menginformasikan bahwa aku menemui seseorang di bar, sejenak aku memastikan supaya si Mbak cantik ini bisa mengingat wajahku dengan jelas, kalau-kalau nanti ada polisi menanyakan dia bisa mengkonfirmasi kedatanganku ke sini.

Suasana restoran belum terlalu ramai, dari tempatku berdiri aku bisa melihat meja bar, hanya ada empat orang duduk di area itu, salah satunya duduk menepi. Sendirian. Aku menarik napas, memerintahkan kedua kakiku untuk melangkah ke arahnya.

Dari belakang aku bisa melihat batang tubuh tegap yang terbungkus oleh kemeja lengan panjang berwarna biru muda. Sangat muda, hampir menyerupai warna putih. Pantalon warna hitam dia padankan dengan kemeja biru muda yang tampak sangat pas di badannya. Jantungku bertalu lebih keras, sekarang aku mulai was-was seluruh pengunjung restoran akan berhasil mendengarkan detak dari dalam dadaku yang senyaring genderang.

¨Virgo202?¨ sapaku. Atau bertanya? Entahlah, aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan sekarang. Aku tidak tahu kenapa aku berada di sini. Sudah terlalu telat untuk berlari keluar.

Si Virgo202 menoleh ke arahku. Yang pertama aku tangkap adalah sorot matanya, dua bola mata berwarna gelap itu memang seperti yang tergambar di foto profilnya, sorot matanya tampak begitu intens, seperti menangkapku untuk masuk ke dalam palung samudra di dalamnya. Bibirnya penuh, sangat serasi dengan rahang tegas di bawahnya. Dua alis matanya tebal sewarna dengan rambut di kepalanya. Aku menelan ludah.

¨RoseBerry101.¨ Kedua matanya menelitiku dari atas ke bawah. Sekilas aku menangkap senyum di bibirnya, terlalu cepat, senyum itu menghilang sebelum benar-benar teregister di otakku. Suaranya yang dalam terdengar tenang, seolah dia tidak sedang bertemu untuk pertama kali dengan perempuan asing yang menyapanya di internet. Oke. Mungkin ini bukan yang pertama buat dia. Aku adalah satu dari sekian puluh wanita yang masuk perangkapnya. Help! Mungkin aku harus angkat kaki dari sini sekarang juga.

Dia berdiri dari kursi bar tinggi yang didudukinya, salah satu tangannya terulur ke arahku. ¨Apa kabar?¨

Otakku berpikir keras apakah akan membalas uluran tangan itu, atau membiarkannya tetap menganggur di udara. Sopan santun menggiring tanganku untuk menjabatnya. Seorang yang sangat mungkin adalah serial killer. ¨Baik. And you?¨ Aku masih belum memutuskan akan memanggil dia anda atau kamu. Bahasa Inggris menjadi solusiku.

Love4Real.comTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang