"Ketika pemilik elemen cahaya telah memilih untuk meredupkan salah satu cahayanya, akankah cahaya yang dipertahankan terus terpancar?"
-Tri Pratista
***
"Lucy!" seru seseorang dari arah selatan.
"Lucy!" seru seseorang dari arah barat.
Suara keduanya terdengar sama, namun nada suara salah satunya terdengar begitu lembut.
Keduanya berlari menghampiri Ana yang tengah kesulitan mengontrol kekuatan, tak jarang elemen air yang disemburkan Ana menyambar para penerus. Tak ada yang dapat menghalau serangan Ana, terlebih dengan kaki yang terjerat genangan air, sehingga tubuh para penerus limblung akibat serangan tersebut.
Panca dari selatan meletakkan telapak tangan pada bahu kanan Ana, sementara Panca dari barat meletakkan telapak tangan pada bahu sebelah kiri Ana agar energi alam yang diserap Ana dapat terbagi ke dalam tubuh keduanya.
Tubuh Ana melemah, lalu terhuyung ke belakang. Beruntung Panca dari selatan dengan sigap menyokongnya, sehingga Ana dapat mengambil kesadaran sebelum benar-benar terjatuh.
Anggi menghampiri Ana, kemudian memastikan apakah tidak ada cedera yang dialaminya.
"Aku cuma kecapekan, Kak," desus Ana sembari menyeka peluh di pelipisnya.
"Ya udah, istirahat yang cukup sebelum Upacara Pembukaan Portal dimulai!" peringat Yudhy dengan tatapan sendu ke arah Ana.
Ana beralih menatap Aldian dan Alin, keduanya pun menatap Ana dengan tatapan sendu. Sepersekian detik selanjutnya Aldian tersenyum ke arah Ana, seolah mengatakan dia turut senang akan kesadaran Ana, sementara Alin menunjukkan raut keceriaan yang tampak dipaksakan, sehingga raut wajahnya terkesan aneh.
Apa dirinya semenyedihkan itu? padahal Ana hanya sulit mengontrol kekuatan barunya dan berujung stamina dalam tubuhnya terkuras. Seharusnya Analah yang menatap para penerus dengan tatapan kasihan, karena baru saja Ana melukai mereka.
Ana meringkuk di dalam genangan air akibat seragannya tadi, kemudian membenamkan wajahnya, "Apa ini alasan Kak Angelo nyembunyiin liontin dari aku?"
"...."
"Biar aku gak ngelukain banyak orang, kan?" selisik Ana.
"...."
"Iya 'kan, Kak?" ujarnya lagi karena tak mendapat sahutan dari Angelo.
"Gak gitu, Dik. Angelo nyembunyiin liontinnya karena dia pikir kamu masih terlalu dini buat ngendaliin kekuatan Bumi dan sekarang kamu udah genap 10 tahun, Kakak yakin perlahan kamu pasti bisa ngendaliin kekuatan itu," ujar Angel meyakinkan Ana.
"Apa yang dibilang sama Kak Angel itu benar, Lucy," ujar Panca dari selatan.
Ana yang mendengar suara tersebut mendongak, mendapati kedua Panca yang tengah menatapnya intens.
Ana mengernyit, "Kalian ...?"
"Panca," ujar keduanya serempak.
Ana jadi teringat dengan pernyataan Angelo saat di Kamar Bintang bahwa mereka memiliki kembaran di dunia alternatif. Sebuah pernyataan yang sulit dipercaya, namun sekarang Ana menyaksikan sendiri bahwa apa yang dikatakan kakaknya benar.
Radi pun bermeditasi untuk memastikan siapa yang asli di anatara keduanya. Angelo bersyukur akan hal itu, karena kedatangan Radi meringankan bebannya sebagai seorang empath.
Radi duduk bersila pada genangan air, sehingga energi tersebut terserap melalui telapak kaki Panca, "Gak salah lagi, ini emang energi murni."
"Tapi salah satunya pasti ada yang cukup lama tinggal di Bumi," timpal Tri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi Baru Vol.01
FantasyDunia memiliki dua alam, yaitu alam sadar dan bawah sadar. Namun, seseorang justru terjebak di antara kesadaran, sehingga mengharuskannya menjalani dua kehidupan yang berbeda. Berbagai macam ujian dan kendala dilaluinya untuk mencari jati diri, dan...