"Kehidupan bukan hanya sekedar menyesuaikan diri dengan yang lainnya, namun menentukan kenyamanan untuk memilih hidup di antara kepalsuan atau hidup di antara kesuraman."
-Kairan Armandita
***
Sepulang dari Hutan Terlarang, tak lama kemudian papanya pulang dengan membopong sebuah karung. Mendapati papanya yang pulang lebih awal dari biasanya membuat Kairan kebingungan, namun Kairan tak mengambil pusing, ia lebih mengutamakan perutnya yang keroncongan.
"Apa hari ini makan makanan sisa lagi?" tanya Kairan dari balik pintu.
Kairan jerah menunggu kepulangan papanya yang hanya membawa makanan sisa dari biaya makan di tempat kerja, karena sejak keluarganya berpisah, kondisi perekonomian keluarganya menurun.
"Tidak, kali ini berbeda," sangkal Dandi seraya menyodorkan karung tersebut ke hadapan Kairan.
Dengan cekatan Kairan membuka tali yang melingkari karung, ia terbelalak saat melihat isinya, "Apa-apaan nih, Papa nyuruh Kai makan rumput?!"
"Papa bekerja di peternakan, bukan di restoran," jelas Dandi sembari bersedekap.
"Papa 'kan bisa beliin Kai makanan dari gaji Papa," sanggah Kairan.
"Kamu pikir gaji Papa tidak akan pernah habis, begitu? terlebih sekarang Papa harus membayar biaya kontrakan yang mahal," dalih Dandi.
"Kalau tahu biaya kontrakan mahal, kenapa harus ngontrak, kan kita bisa ngekost? emang maunya ketinggian kok," celoteh Kairan tak mau kalah.
"Papa sengaja tidak memilih kostan untuk menutupi identitas kita, bayangkan saja jika orang-orang kostan tahu bahwa kita merupakan manusia jadi-jadian," ujar Dandi dengan suara yang dipelankan agar tidak mengundang keributan.
Kairan bergeming, apa yang dikatakan papanya memang benar.
Sebagai makhluk hibrida, kentaur harus menyesuaikan diri dengan kehidupan manusia dan juga kuda. Kairan pun sudah terbiasa dengan kehidupan manusia, namun tetap saja ia harus menyembunyikan identitas aslinya di kalangan manusia. Sedangkan sebagai hewan ia merasa bebas, namun sangat sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan di Hutan Terlarang yang suram, saling membunuh dan melakukan kanibalisme adalah hal yang lumrah di sana.
"Kenapa diam?" sungut Dandi.
Dengan keringat dingin yang mulai bercucuran, ia memberanikan diri untuk kembali membantah, "Papa pikir Kai gak tahu, kalau duit Papa habis karena nyewa lacur?"
Dandi menampar pipi Kairan. "Siapa yang mengajarkanmu melawan dan berbicara kotor?!"
Kairan meringis sembari memegangi pipinya yang memerah saat tangan kekar Dandi menamparnya dengan keras, "Papa yang ngajarin Kai ngomong kotor secara gak langsung, Papa sendiri yang bilang 'Dasar lacur' ke mama di depan Kairan."
"Selama ini Papa memang salah telah menikahi lacur yang tidak tahu diri," ujar Dandi dengan gurat kekecewaan.
"Cih, berani-beraninya Papa bilang lacur ke mama, padahal sebenarnya Papa yang nyewa cewek murahan, terus ninggalin mama dan Panca," decih Kairan sembari memegangi perutnya yang keroncongan.
"Sudahlah, jangan menyebut nama anak haram itu di depan Papa lagi!" Dandi menghembuskan napas kasar, "Kamu kelaparan, kan? lebih baik makan sekarang," bujuk Dandi meski masih ada rasa kesal, namun ia tetap mengkhawatirkan anaknya.
Kairan menggeleng cepat, "Kai udah terbiasa sama makanan manusia, bahkan Kairan gak keberatan kalau cuma makan nasi doang."
"Harga beras mahal. Kamu juga harus terbiasa dengan makanan kuda, karena kita ini kentaurus," Dandi berjongkok mengambil rumput, kemudian menyodorkannya kepada Panca, "Makan agar tidak kelaparan atau mati karena kelaparan, mana yang kamu pilih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi Baru Vol.01
FantasyDunia memiliki dua alam, yaitu alam sadar dan bawah sadar. Namun, seseorang justru terjebak di antara kesadaran, sehingga mengharuskannya menjalani dua kehidupan yang berbeda. Berbagai macam ujian dan kendala dilaluinya untuk mencari jati diri, dan...