"Kemampuan yang sebenarnya itu tidak hanya didapatkan dari sebuah usaha, namun dengan sebuah kepercayaan pula."
-Angelo Agatha & Angel Agatha
***
Usai melakukan ritual pemanggilan Roh Penunggu, Keturunan ke IV membuka peti, kemudian mengeluarkan tubuh Panca dari dalamnya.
"Panca, akhirnya ...," lirih Kairan seraya memeluk tubuh Panca yang tengah terlelap.
Akhirnya Kairan kembali dipertemukan dengan Panca setelah terpisah, sehingga ia tak dapat membendung rasa harunya.
Alin membatin, "Ternyata cowok pemarah bisa nangis juga."
"Haha ...," kekeh Angelo saat melihat Alin yang terus mengamati Kairan dengan raut tercengang.
"Mulai," ujar Angel sembari menggeleng-gelengkan kepala.
Keturunan ke V kebingungan, pasalnya selama berada di Kamar Bintang, banyak kejanggalan yang harus dicermati oleh ketiganya.
Kairan menyeka air matanya, "Ada 'Pendeteksi kebohongan berjalan' di sini," ujar Kairan menjawab kebingungan Keturunan ke V.
Ana mengernyit, "Maksudnya?"
"Kamu bakal tahu sendiri jawabannya nanti," ujar Kairan seraya melepaskan pelukannya pada tubuh Panca.
Ana mendengus. Baik Panca, Alin ataupun kakak seniornya memberikan jawaban yang masih di awang-awang, sehingga Ana menjadi kesal.
Hening ... tak ada lagi yang menyahut, karena para penerus sibuk dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba bandul yang dikenakan Panca berkilauan, menerangi Kamar Bintang yang minim pencahayaan.
Angelo menunjuk ke arah bandul yang dikenakan Panca, "Lihat!" serunya yang menyadari hal itu terlebih dahulu.
"Bukannya bandul bereaksi kalau pemiliknya nyalurin berkat, ya?" selisik Kairan. Kairan lumayan memahami sistem kerja benda beraura supernatural, paling tidak sistem kerja bandul juga hampir sama dengan liontin yang dimilikinya.
Angelo tak menyahut, namun ia terus melakukan pendeteksian. Sangat sulit menguak kebenaran, karena Panca sudah kehilangan berkat. Berbeda dengan seseorang yang masih dalam kesadaran, Angelo sangat mudah membaca perubahannya melalui ekspresi, bahasa tubuh ataupun nada suara.
"Kak Angelo mimisan," ujar Aldian saat melihat darah yang megalir dari rongga hidung Angelo, sama halnya dengan kejadian Ana tempo lalu.
"Ugh, kayaknya aku terlalu banyak makai kemampuan pendeteksi," ringis Angelo seraya menyeka darahnya.
"Kemampuan?" tanya Keturunan ke V serempak.
"Ya, aku punya kemampuan pendeteksi," ujar Angelo yang sudah menghentikan pendeteksian.
"Pantas aja kamu ketawa tadi, ternyata kamu bisa baca pikiranku, ya?" selisik Alin yang tak heran lagi, karena Panca pun bisa membaca isi pikiran.
"Aku gak bisa baca isi pikiran, tapi aku punya intuisi yang kuat," sangkal Angelo.
Angelo diberkati sebagai seorang empath, anak yang terlahir dengan hati yang hangat, welas asih, intuitif dan pribadi yang sensitif. Empath memiliki keterkaitan dengan energi orang lain, sehingga mereka cenderung menyerap energi negatif yang ada di sekitar. Itulah sebabnya Angelo bisa melakukan pendeteksian, karena ia memiliki suatu kepekaan terhadap rasa dan suasana.
"Pasti kamu pintar," terka Alin.
Angelo mengangguk, "Tapi semua juga tergantung rajin belajar."
Kata-kata Angelo mengingatkan Alin perihal dirinya yang sempat tinggal kelas, tapi mulai sekarang Alin akan belajar lebih giat untuk membuktikan kepada teman sekelas bahwa ia tinggal kelas bukan karena bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi Baru Vol.01
FantasíaDunia memiliki dua alam, yaitu alam sadar dan bawah sadar. Namun, seseorang justru terjebak di antara kesadaran, sehingga mengharuskannya menjalani dua kehidupan yang berbeda. Berbagai macam ujian dan kendala dilaluinya untuk mencari jati diri, dan...