"Kekuatan memang membuatmu menjadi kuat, namun kekuatan juga dapat mengambil alih dirimu, maka dari itu berhati-hatilah saat menggunakan kekuatan."
-Lucyana Agatha
***
Kedatangan orang dari luar barier membuat suasana yang tadinya tegang menjadi larut dalam keheningan, sehingga Yudhy yang berhadapan dengan Angelo berpaling ke belakang untuk melihat sosok tersebut.
"Keturunan ke III!" sapa Yudhy mencairkan suasana.
"Iya," sahut Tri yang merupakan Penuntun Keturunan ke III, kemudian ia berpaling ke arah Angelo, "Di mana si pengkhianat itu?" tanyanya tanpa berbasa-basi.
Angelo menggidikan bahu acuh, kemudian berlalu untuk menghampiri Keturunan ke-V.
Sejak sampai di Sistem Mimpi, Angelo memang mengharapkan kedatangan Keturunan ke III, namun seolah ada sesuatu tak kasat mata yang menciptakan perang dingin antara dirinya dan Tri, itulah sebabnya baik Keturunan ke IV dan Keturunan ke III tidak berdiskusi perihal perkumpulan antar keturunan terlebih dahulu.
"Cih, apa ini prilaku yang ditunjukin seorang junior di hadapan seniornya?" decih Tri.
Angelo tak menggubris, ia lebih memilih melanjutkan langkahnya.
"Woi!" seru Tri sembari melempar bongkahan crystal yang tercipta dari pertahanan barier Angel, kemudian membentur tengkuk Angelo.
Angelo yang mendapat lemparan menghentikan langkahnya, kemudian berjongkok mengambil bongkahan crystal. Bongkahan crsytal itu menyusut seiring berjalan waktu, karena seorang crystal telah meruntuhkan pertahanan bariernya.
Angelo menggenggam bongkahan crystal erat-erat dengan buku-buku jari yang mulai memerah, hingga bongkahan crystal lenyap dan mencetak luka pada telapak tangannya.
Angelo menghela napas panjang, kemudian menghembuskan perlahan untuk menetralkan amarahnya, "Diam kalau kamu gak tahu apa-apa soal Kairan dan perlu kamu tahu, dia 'bukan' pengkhianat."
Tri tersenyum sungging, "Kamu juga perlu tahu kalau 'Cahaya rembulan' itu udah redup, jadi gak ada gunanya ngelakuin pembelaan."
Angelo menulikan pendengarannya, ia sengaja menghindari Tri agar tidak terjadi kekacauan kembali. Lebih baik Angelo beristirahat bersama Keturunan ke V sampai mereka sadar, kemudian kembali melanjutkan perjalanan ke Inti Sistem Mimpi, tempat Upacara Pembukaan Portal akan dilaksanakan.
Angelo merebahkan tubuhnya di rumput sembari menumpu kepala dengan tangannya.
Rumput-rumput bergoyang di terpa angin yang berhembus kencang, demikian juga dengan seragam putih Angelo yang bersimbah darah kian mengering.
Dingin yang mencekam membuat Angelo terusik, ia beringsut dari pembaringan seraya meringkuk, memeluk tubuhnya yang di terpa angin.
"Apa ini punyamu?" selisik Anggi yang berada di belakang Angelo seraya menujukkan sebuah liontin pada telapak tangannya.
Angelo berpaling ke balakang, "Ah, iya" ujarnya seraya merenggut liontin tersebut dengan cepat.
Anggi memicing saat mendapat reaksi tersebut dari Angelo, "Kayaknya benda itu berharga, ya, buat kamu?"
Hening ... Angelo tak langsung menjawab, ia menatap liontin itu lamat-lamat. Sesekali Angelo menghembuskan napas dengan mata yang terpejam, kemudian berdesus, "Berharga, enggaknya itu kita yang tentuin, tapi bagiku kalung ini berharga dan gak berharga.
"Anggi mengernyit, "Huh?"
Angelo yang kini duduk bersila mendongak menatap Anggi, kemudian menepuk-nepuk tempat duduk di sampingnya untuk mempersilahkan Anggi duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi Baru Vol.01
FantasyDunia memiliki dua alam, yaitu alam sadar dan bawah sadar. Namun, seseorang justru terjebak di antara kesadaran, sehingga mengharuskannya menjalani dua kehidupan yang berbeda. Berbagai macam ujian dan kendala dilaluinya untuk mencari jati diri, dan...