"Mimpi bukan sebatas bunga tidur, namun mimpi dapat memiliki tafsiran yang harus kau arungi."
-Panca Armandita
***
Malam harinya bahadur-bahaduri mengobrol sembari menikmati hidangan penutup. Keturunan ke-I dan Keturunan ke-II membahas misinya, Keturunan ke-III membahas perkembangannya, sementara Keturunan ke-IV dan Keturunan ke-V menyimak obrolan yang disampaikan oleh seniornya. Sesekali mereka berkelakar, memperlihatkan sisi kedekatan satu sama lain.
Alin tak bergairah di makan malam kali ini, hal itu menimbulkan pertanyaan bagi bahadur-bahaduri, karena biasanya Alinlah yang paling bergairah jika mengenai makanan ataupun istirahat.
"Mau diet, ya, Lin?" selisik Elza.
Alin menggeleng sembari berkelakar, "Badanku udah kurus buat diet, cuma pipinya aja yang gede, El--Kak Elza," ralatnya.
Damar menerbitkan senyumnya, ternyata tegurannya tentang cara berbahasa dapat dipahami oleh Alin. Perihal kejadian di Ruang Rainbow, Damar kembali mengobrol dengan Tika dan Alin seperti biasa, Tika berpesan agar menganggap kejadian itu seolah tidak pernah terjadi.
Elza terkekeh, "Haha ... yang benar aja kamu manggil aku kakak, aku lagi mimpi kali, ya?"
"Kita emang lagi mimpi," sahut Eka.
Seketika suasana menjadi canggung, bahadur-bahaduri memikirkan lontaran kalimat yang dikatakan kakak tertuanya itu. Eka sendiri tak mengambil pusing, kemudian kembali menyantap hidangan penutup dengan hidmat.
"Alin kenapa gak makan buah buni? enak loh," Ana menyodorkan buah buni kepada Alin, "Terlebih ini hasil panen kita."
"Udah kenyang," elak Alin, kemudian beranjak dari meja makan begitu saja.
Ana menatap siluet Alin dengan sendu, ia merasa jawaban Alin tidak sesuai dengan kata hatinya.
"Apa aku punya salah sama Alin?" batin Ana.
Ana merutuki dirinya, tadinya ia berusaha mencairkan suasana, namun suasana malah kembali menjadi canggung, bahadur-bahaduri pun larut dalam keheningan hingga makan malam selesai.
Panca memutuskan menuju Ruang Starseed sebelum masuk ke asrama, karena ada banyak hal yang ingin dipelajari dari Direktur Andi, meski kali ini tidak ada kelas malam di pelajaran Astrologi.
Langkahnya terhenti ketika berpapasan dengan Radi yang baru saja keluar dari Ruang Starseed.
"Apa gak ada sapaan buat sepupu sekaligus teman lamamu ini?" Radi menepuk pundak Panca, "Nah, Panca. Kita punya banyak cerita di bangku pojok kiri bagian belakang, sebelum kepindahanmu, kan?"
Panca melepas pegangan Radi di pundaknya, "Itu cuma masa lalu."
Radi memicingkan matanya, "Apa kamu bahagia di sekolah barumu tanpa aku?"
"Cukup bahagia untuk sisa waktu yang ditentuin mama, tapi ada yang kurang kalau gak ada kamu, Ra," ujar Panca dengan jujur.
"Ternyata kamu masih patuh sama mama," Radi tersenyum kecil, "Aku jadi penasaran siapa seseorang yang bisa bikin kamu bahagia selama di sana."
Tri keluar dari Ruang Starseed, karena orang bersangkutan yang ditunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Eh, Radi. Ternyata kamu masih di sini," sapa Tri, padahal sedari tadi ia menyimak percakapan keduanya.
Tri menyelisik ke arah Panca yang tengah bergeming sembari menatapnya dengan nyalang, "Waduh, kayaknya aku ngeganggu obrolan kalian, ya?"
Panca memalingkan wajahnya dari tatapan Tri, "Gak usah basa-basi, ngomong aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi Baru Vol.01
FantasyDunia memiliki dua alam, yaitu alam sadar dan bawah sadar. Namun, seseorang justru terjebak di antara kesadaran, sehingga mengharuskannya menjalani dua kehidupan yang berbeda. Berbagai macam ujian dan kendala dilaluinya untuk mencari jati diri, dan...