13. JEALOUS

56 6 79
                                    

Saat ini Angga dan Sabiru sedang berada di sebuah taman. Seperti yang Angga katakan sebelumnya, ia akan menemui Sabiru. Entahlah untuk apa, bahkan dirinya belum tahu akan melakukan apa mereka disini?

Terlihat bahwa sekarang mereka berdua hanya saling diam dengan isi pikiran masing-masing. Sabiru yang sibuk mengambil foto disekitarnya dan Angga yang hanya menatap wajah teduh milik Sabiru. Wajahnya begitu menenangkan, sama halnya ketika dirinya menatap ke arah langit.

Dirinya lebih sering memanggil Sabiru dengan panggilan Biru. Karena sama dengan warna biru, Sabiru sungguh memiliki efek yang menenangkan untuk dipandang.

Tunggu, apakah kali ini Angga justru jatuh hati pada Sabiru? Tidak, hal itu tidak akan pernah terjadi. Karena pada dasarnya, dirinya sangat sulit untuk bisa menyukai seseorang. Jadi tidak mungkin bukan, dirinya jatuh hati pada Sabiru secepat ini?

"Biru, daripada cuma diem-dieman gini, gimana kalo gua nyanyiin lo satu lagu?" Ujar Angga sembari memandang kearah Sabiru.

Sabiru balas menatap kearah Angga, menghentikan aktivitas nya memotret sekitar, dirinya cukup bingung untuk menjawab nya.

"Ah.. boleh aja, tapi beneran gapapa emang?"

Bodoh, mengapa dirinya justru melontarkan pertanyaan seperti itu? Jika Angga sudah menawarinya, untuk apa dirinya menanyakan hal itu? Ah, sungguh Sabiru malu sekali.

Angga terkekeh, hal seperti itu saja sudah bisa terlihat lucu baginya.

"Boleh Biru, kan tadi udah nanyain. Masa iya ga boleh?"

Sabiru terkekeh mendengarnya, merasa malu dengan pertanyaan nya sendiri.

"Emang mau nyanyiin apa?" Tanya Sabiru yang ingin tahu lagu apa yang akan dibawakan oleh Angga.

Tak disangka ternyata Angga membawa gitar kesana, buktinya kini ia mengambil gitar guna dipakainya.

"Dengerin aja, haha," balasnya yang justru semakin membuat Sabiru kepo.

Petikan gitar mulai terdengar, dari nada nya saja sudah bisa diketahui ini lagu apa. Bahkan mungkin tidak asing lagi.

"I'm getting tired, and I need somewhere to begin." dirinya mulai bernyanyi sembari fokus pada gitarnya.

"And if you have a minute, why don't we go?"

Bisa terbayang bukan? Bagaimana halusnya suara Angga di setiap dirinya bernyanyi?

"Talk about it somewhere only we know?"

"This could be the end of everything"

"So, why don't we go somewhere only we know?"

"Somewhere only we know"

Benar bukan, lagu ini tidak begitu asing lagi. Bahkan mungkin sudah mengetahui judulnya dari awal nyanyian.

Somewhere only we know, lagu ini memiliki makna tentang perjalanan seseorang yang sedang menanti. Setiap bait dari liriknya sangat menggambarkan kesedihan sekaligus kehampaan seseorang dalam perjalanan penantian nya.

Sabiru tidak tahu pasti, untuk siapa lagu ini tertuju? Apakah mungkin dirinya, atau justru Karina? Ah, apa-apaan Sabiru ini! Tidak mungkin seorang Angga yang susah membuka hati justru kini menyukai dirinya. Bahkan bisa dilihat, rasa sayang Angga kemarin pada Karina sangatlah tulus.

Tidak mungkin lagu ini tertuju pada dirinya bukan? Sadarlah Sabiru, jangan terlalu berharap pada manusia. Manusia hanyalah tempat luka.

Di kala mereka berdua tengah bersama, tanpa sadar ada sosok yang tengah melihat kebersamaan mereka dari arah belakang.

Sosok itu terdiam, entah mengapa perasaan hati nya begitu panas, bahkan bisa dibilang tidak suka. Ada apa dengannya? Padahal jelas-jelas dirinya tidak memiliki hubungan apapun dengan orang yang kini tengah bermain gitar itu.

Karina, sosok yang kini tengah melihat pemandangan romantis antar dua atma yang kini tengah bersama.

Menyanyikan sebuah lagu sembari bermain gitar? Bukankah itu semua kebiasaan Angga ketika bersama nya? Lantas mengapa kini.. ah, sadarlah Karina! Bukan kah akhir-akhir ini Angga sudah menjauhi mu? Bahkan bukankah dirimu sudah melihat nya berulang kali seperti saat ini?

I swear that every word you sing, you wrote them for me
Like it was a private show, I know you never saw me
When the lights come on and I'm on my own
Will you be there to sing it again?
Could I be the one you talk about in all your stories
Can I be him?

Ah, mengapa lagu yang kini di dengar nya melalui headset justru seperti apa yang ia rasa? Padahal sudah jelas dirinya mendengarkan lagu dengan mode acak. Apakah ini sebuah pertanda? Bahkan putaran lagu acak saja bisa mengetahui isi hatinya.

Kini giliran Karina yang tidak sadar, beberapa langkah darinya terdapat Marvin yang menggelengkan kepala menatap kearah Karina. Lucu ya anak muda zaman sekarang, hubungan belum jelas, tapi cemburu sudah diluar batas.

Menghampiri Karina sembari menarik pergelangan tangan Karina guna menjauh dari pemandangan itu, Karina terlihat bingung, darimana adanya Marvin ini? Padahal dirinya lah yang tidak sadar atas keberadaan Marvin.

"Mau kemana kita kak?" Tanya Karina berusaha menyeimbangkan langkah kaki nya.

Marvin menghentikan langkah nya, diikuti oleh Karina yang juga berhenti.

"Ke tempat yang lebih tenang Na, taman untuk saat ini kurang menenangkan rasanya," balas Marvin sembari tersenyum.

Kembali melangkah ke tempat yang pastinya seperti apa kata Marvin, menenangkan. Karina membiarkan saja kemana Marvin membawanya pergi, karena dirinya sendiri pun tahu, Marvin sangat tahu tempat menenangkan itu seperti apa bagi dirinya.

"Na, kalaupun emang kita gak bisa bersama, izinkan aku untuk terus menjaga mu hingga tiba waktunya ya?"

.  .  .  .

kurang nyambung yang part nya? Huhu maaf, soalnya emang ide tiba" kurang nyantol gatau kenapa.

Amin kita beda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang