Angga terbangun akibat merasa terganggu dengan sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan. Kini dirinya tengah berada di kamar tamu rumah Karina. Iya, dirinya menginap disini. Bukan atas permintaannya namun karena bunda Karina yang menyuruh nya.
Dirinya bangun, mencoba menggerakkan tubuh nya. Terdiam sejenak di pinggir ranjang, sebelum kemudian dirinya memilih untuk mandi.
Sekalipun dingin, dirinya justru menyukai nya. Setelah mandi, dirinya akan langsung pamit untuk pulang. Tidak nyaman rasanya jika terus-terusan berada disini. Yang ada, hanya akan merepotkan.
. . . .
Ruangan ini terasa hampa, tidak ada percakapan sama sekali. Tentu saja karena aktivitas sarapan yang kini tengah mereka lakukan.
Angga? Tentu saja dirinya masih berada disini, niatnya yang ingin pulang lebih cepat justru tertunda dikarenakan dirinya yang ditawari untuk sarapan bersama oleh Ibunda Karina. Dirinya pun tidak bisa menolak. Ingat bukan? Tidak baik menolak rezeki.
Selesai dengan aktivitas sarapan, Angga membuka obrolan.
"Karin, nanti sore free ga? Gua mau ngajak lo jalan," tanya nya sembari menatap kearah Karina.
Ah, entah mengapa menatap Karina sangat menjadi candu baginya. Rasanya, hanya Karina yang bisa mengalihkan pandangan nya.
Karina berpikir sejenak, yang setelahnya ia pun menjawab.
"Free free aja kok, mau kemana emang?" Balas Karina diselingi pertanyaan.
Angga terkekeh, menggeleng sejenak dikarenakan sebutir nasi yang berada di sudut bibir Karina.
"Bersihin dulu tuh sudut bibirnya," ujar Angga tanpa berniat membersihkan nya.
Karina mengerutkan dahinya, benarkah apa yang dikatakan Angga? Dirinya langsung membersihkan kedua sudut bibirnya untuk mengecek. Dan ternyata, sebutir nasi itu berada pada sudut bibirnya yang sebelah kanan.
Melihat perilaku sederhana Karina, tanpa sadar Angga bergumam.
"Lucu"
Karina tidak mendengarnya, ia justru menatap kearah Angga, dengan maksud meminta balasan Angga, akan kemana mereka pergi?
Angga yang sadar ditatap oleh Karina tentu saja mengerti maksud dari tatapan nya.
"Kayak nya ke danau aja, Rin. Tahu sendiri kan? Disana tenang," ucap nya dibalas anggukan oleh Karina.
"Oh... Yaudah ketemuan nanti sore ya. Jam 3 kan?" Tanya Karina memastikan.
Angga mengangguk, "iya Rin, sekalian nanti gua jemput ya... Gua balik dulu"
Kembali mengangguk, Karina menatap punggung Angga hingga punggung Angga hilang dibalik pintu.
Ah, rumah kembali sepi... Rasanya sangat amat membosankan.
. . . .
Sore telah menampakkan dirinya, Karina sendiri sudah siap dengan tampilan sederhananya. Dan kini, waktunya ia menanyakan dimana keberadaan Angga.
Mengirim beberapa pesan untuk sekedar menanyakan keberadaan Angga, pesan tersebut tidak kunjung dibalas. Bahkan hingga 15 menit berlalu. Ah, apakah Angga membatalkan pertemuan ini?
Beberapa saat dirinya menunggu dengan perasaan sedikit kesal. Jika memang ingin membatalkan, mengapa tidak mengabari nya saja? Lagipula ini sudah lewat 30 menit dari jam yang mereka janjikan.
Menekan beberapa angka untuk menemukan satu nomer, tidak lama dari itu Karina menghubungi nomer tersebut.
Telepon berdering hingga tiga kali, namun seseorang diseberang sana belum juga mengangkatnya. Hingga dering ketujuh, seorang disana pun mengangkat telepon nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amin kita beda
Fiksi Remaja"Angga, maaf... maaf karena terlalu jatuh dalam pesona mu. Padahal aku tau betul, disini kita benar benar tidak bisa bersama," monolog gadis itu di pinggir danau yang sepi. Entahlah, perasaan nya benar benar sulit dijelaskan. Bahkan kini, air mata n...