Jalanan terlihat sepi, Angga yang ingin cepat-cepat pulang pun memacu motornya di tengah jalanan sepi saat lampu berubah hijau. Tidak peduli dengan hujan yang begitu deras, dirinya hanya ingin pulang ke rumahnya.
Pikirannya begitu kacau, bisa-bisanya ia melupakan janji nya dengan Karina untuk ke danau sore tadi. Dan lihat? Ketika malam tiba, dirinya baru ingat janji itu. Ah, bodoh! Jelas-jelas dirinya tahu Karina tidak suka dengan hal-hal yang hanya sekedar janji buta saja.
Pandangan nya gelap efek dirinya yang terlalu banyak meminum bir. Padahal ia tidak terbiasa dengan minuman keras seperti itu. Tapi pikiran kacau nya ini, justru membawa nya ke salah satu bar ternama di kota tempat ia tinggal. Bukannya merasa baik, dirinya justru semakin buruk.
Kepalanya mendadak semakin pusing dikala tingkat kecepatannya hampir melewati batas normal.
"Kalau gua tau lo se brengsek ini, mending Karina gua yang jaga, Ren"
"Narendra Narendra, bisa-bisanya lo lupa sama janji lo bareng Jea"
Sayup-sayup suara itu berputar di pikirannya, membuat dirinya tidak bisa mengendalikan kecepatan motor yang ia kendarai.
"Arghhhh" Angga berteriak begitu keras, berharap suara di pikirannya hilang.
Tin! Tin! Tiiinnnn!
Bruk!Truk yang melaju dari arah berlawanan tidak dapat Angga hindari. Dirinya terlempar jauh dari motornya. Motor yang Angga kendarai terpental dan hancur. Lelaki tersebut terbaring di pinggir jalan. Kepalanya mengenai trotoar. Darah mengalir, menyatu dengan air hujan yang juga mengalir tidak kalah derasnya. Sakit, sakit sekali.
Deg
Karina terbangun, apa yang barusan terjadi? Detak jantung Karina terasa begitu cepat, dirinya begitu takut dengan mimpi yang baru saja terjadi. Mengapa mimpi ini terasa begitu nyata? Apakah ini sebuah pertanda? Tuhan, tolong jaga dirinya disana...
Dirinya bangun dari kasur, meraih handphone yang berada tak jauh darinya. Dengan cepat dirinya mengetik beberapa angka untuk menelpon sosok di seberang sana.
Drrtt drrttt
Telpon belum tersambung, perasaan nya kalang kabut, ia takut... Sangat takut.
"Halo Na? Kenapa? Kamu belum tidur?"
"Engga kok kak, ini kebangun..." lirih Karina nyaris tidak terdengar, terlihat suaranya terdengar begitu takut.
"Na, hey? Kenapa gemetar gitu? Ada apa? Sini cerita"
"Aku mimpi buruk kak... Di mimpi itu, Angga kecelakaan... Aku takut kak... Aku takut dia kenapa-napa. Mimpi itu benar-benar kerasa nyata banget buat aku kak..." Tutur nya masih dengan suara bergetar.
Marvin yang mendengar itu sempat terdiam. Dirinya memang belum tidur, kini dirinya berada di balkon dengan gitar kesayangan nya. Ia kira, Karina menelpon nya untuk menanyakan keadaan nya setelah selesai mengantar Karina pulang.
Tapi ternyata? Haha, benar ya? Tidak baik jika terlalu banyak berharap pada manusia, karena manusia itu tempat nya luka.
"Na.. tenang okay? Angga ga kenapa-napa kok... Meskipun daritadi dia ga aktif" ujar Marvin berusaha menenangkan Karina.
Bukannya tenang, Karina justru semakin merasa takut. Ah, bahkan dirinya lupa menanyakan keadaan Marvin setelah selesai mengantarnya pulang.
"Kakak sendiri? Kakak ga kenapa-napa kan?" Tanya Karina kemudian.
"Haha, aman, Na. Buktinya masih bisa telponan sama kamu" Marvin tertawa meskipun sedikit dipaksa. Dirinya tidak bisa berbohong, rasanya sakit disaat orang yang dirinya sayang justru lebih mengkhawatirkan orang lain.
Argh, sadar Marvin! Dirimu bukanlah orang spesial di hidup Karina!
Hening. Tidak ada balasan dari seberang sana. Marvin takut, ia khawatir dengan Karina, dirinya takut Karina kenapa-napa.
"Kalo masih takut, mau kakak nyanyiin lagu ga? Mumpung lagi megang gitar nih" tawar Marvin pada Karina.
"Boleh deh kak" jawab Karina setelahnya.
Petikan gitar mulai terdengar, Karina belum tahu lagu apa yang akan Marvin bawakan kali ini. Yang dirinya tahu, lagu apapun itu, jika di nyanyikan oleh Marvin dengan petikan gitar kesayangan nya, sudah pasti terdengar begitu pas di telinga.
Intro selesai, kini Marvin mulai menyanyikan lagu yang ia bawakan untuk Karina dengan suara halusnya. Dirinya berharap, Karina bisa tertidur dengan lagu yang ia bawakan. Lagu ini, bukan hanya sekedar lagu yang ia nyanyikan agar Karina tertidur. Melainkan, lagu yang juga menyampaikan isi hati nya pada Karina.
[ Sungguh aku mencintaimu - Ricky rantung ]
"Inilah diriku.. sepenuhnya untuk mu.. selalu.."
"Mencintaimu, sungguh sungguh aku mencintaimu... Takkan ada yang bisa menggantikan mu. Di hati ku satu... untuk mu"
"Menyayangi mu, sungguh sungguh aku menyayangimu takkan pernah ku berpaling dari kamu, itulah janji ku. Untuk mu."
Tanpa sengaja dirinya mendengar dengkuran halus dari seberang sana. Yang artinya, Karina sudah kembali tidur. Samar-samar dirinya tersenyum, merasa berhasil menenangkan Karina.
Menghentikan petikan gitar nya, ia tersenyum meski Karina tidak akan tahu bahwa dirinya tersenyum saat ini.
"Udah tidur ya? Selamat malam princess, maaf ya udah naruh rasa ke kamu" tuturnya jujur, lagipula bukankah Karina tidak akan mengetahui nya juga? Jadi tenang saja.
Telepon dimatikan, Marvin kembali memainkan gitar di gelapnya malam dengan angin yang menerpa wajah nya.
Sebenarnya ia ingin, sangat ingin rasanya menyatakan perasaan nya pada Karina. Tapi dirinya sadar, siapa dia? Orang yang diinginkan Karina? Tentu saja bukan, lantas untuk apa dirinya berharap?
Terlebih, dirinya tidak mau jika nantinya dengan dirinya jujur, justru akan menimbulkan konflik antar dirinya, Angga juga Karina.
Baginya, cukup dirinya dan Tuhan saja yang tahu. Meskipun mungkin itu akan menyakiti perasaan nya, kebahagiaan Karina lebih penting menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amin kita beda
Teen Fiction"Angga, maaf... maaf karena terlalu jatuh dalam pesona mu. Padahal aku tau betul, disini kita benar benar tidak bisa bersama," monolog gadis itu di pinggir danau yang sepi. Entahlah, perasaan nya benar benar sulit dijelaskan. Bahkan kini, air mata n...