37. UNEXPECTED THINGS

30 7 120
                                    

Motor Scoopy hitam dengan jaket yang juga berwarna sama, mewakili laki-laki itu pada sore hari ini. Angga, lelaki itu mempersilahkan Karina duduk di belakang, di atas motor kesayangan nya itu.

Motor pun perlahan mulai melaju dan angin mulai bertiup. Astaga, bahkan sudah lama Karina tidak mencium aroma parfum pria di depannya saat ini. Dirinya benar-benar menyukai wanginya.

Di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta, mereka kembali di pertemukan oleh semesta. Di pertemukan kembali, untuk memperbaiki hal yang sebelumnya tidak pernah mereka sangka akan terjadi. Iya, ada nya jarak antar keduanya.

Tidak ada yang bersuara antar mereka berdua, mungkin hanya sekedar suara motor ataupun mobil yang ikut ada di samping mereka.

Padahal seharusnya, suasana tidak se canggung ini. Lagipula, cuaca juga sedang tidak dingin.

Jika sudah seperti ini, bukannya date ataupun memperbaiki semuanya. Keduanya justru terlihat seperti ojol dan costumer.

"Ga.."

"Na.."

Ujar keduanya bersamaan, terdengar kecil karena suara kendaraan di sekitar. Namun tetap saja, keduanya masih sama-sama mendengar panggilan antar satu sama lain.

Suasana yang awalnya akan kembali mencair, kini justru terasa lebih canggung.

Bagaimana tidak, keduanya sama-sama memanggil di saat yang bersamaan. Yang mana justru, hal itu membuat keduanya bingung, siapa yang akan lebih dulu menyampaikan ucapan nya.

"Duluan aja, Na," ungkap Angga, memilih mengalah dan mempersilahkan Karina untuk menyampaikan lebih dulu.

Karina menggeleng, "engga Ga, kamu aja duluan," ujarnya mempersilahkan agar Angga yang lebih dulu menyampaikan.

Angga menggeleng, memilih fokus untuk menyetir motor Scoopy nya. Dirinya kembali tidak yakin untuk menyampaikan hal ini

Jika sudah seperti ini, lantas siapa yang akan lebih dulu menyampaikan? Keduanya saja sama-sama mengalah, yang ada hal ini tidak akan ada ujungnya jika hanya sama-sama terdiam.

Singkatnya, apa gunanya mereka berdua bertemu jika tidak ada yang bisa disampaikan?

Matahari semakin menenggelamkan dirinya, membuat cahaya yang awalnya senja berubah menjadi gelap.

Suasana semakin dingin, ditambah dengan angin yang bertiup begitu dingin. Membuat siapapun ingin sekali menghangatkan diri.

Menyadari hal itu, Angga memilih untuk menepi. Meskipun hanya membawa Karina ke pasar malam, dirinya akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat Karina bahagia.

Angga tahu, tempat ini terlalu sederhana untuk dikatakan mewah, terlebih untuk rakyat kalangan atas. Namun apa salahnya, bukankah tempat sederhana lebih bisa membuat bahagia dibanding tempat yang mewah justru terasa biasa.

"Kesini aja ya, Na? Gapapa kan?" Ujar Angga sembari melepas helm nya.

Karina hanya mengangguk, dirinya justru sangat menyukai pasar malam seperti ini. Di bandingkan mall ataupun cafe, dirinya justru lebih memilih untuk pergi ke pasar malam untuk menjadi destinasi favorit nya.

Menatap kearah Karina, Angga seperti menyadari sesuatu dari gerak-gerik yang dilakukan oleh gadis di hadapannya.

"Kamu kedinginan ya? Ini pakai jaket ku aja," ujar Angga melepas jaketnya sembari memasangkannya pada Karina.

"Loh Ga, gimana sama kamu? Emang gak dingin?" Tanya Karina yang terkejut pada Angga yang tiba-tiba memakaikan jaketnya pada Karina.

Angga menggeleng, "engga Na, kamu lebih kedinginan dibanding aku. Aku tahu kamu gak bisa sama suhu dingin kaya gini,"

Amin kita beda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang