7

512 27 1
                                    

HAPPY READING!

Selamat bermain dengan emosi?



"Bungkam bukan berarti aku tidak tau apa-apa. Ada beberapa alasan mengapa semua tidak harus di sampaikan secara gamblang."

(❁´◡'❁)

Bugh!

Dada bilang milik Tama bertumbuk pada punggung Lea. Gadis itu menghentikan langkahnya tanpa aba-aba.

"Lea, lo kenapa berhenti tiba-tib-," belum usai Tama mengucapkan katanya, manik lelaki itu lebih dulu menangkap adegan sepuluh meter di depan sana, yang ia duga itu menjadi alasan Lea menghentikan langkahnya.

Tama sontak melebarkan matanya, rahang Tama mengeras siap untuk mengeluarkan sumpah serapah untuk teman satu rumahnya. Ya, untuk Marselino Ferdinan, lelaki yang ia kira tidak akan pernah menyakiti Azzalea. Dadanya turut kembang kempis tak karuan.

"Gue nggak bakal diem aja Le!" Ujar Tama menggebu. Lelaki itu hendak melangkah menghampiri Lino namun, lebih dulu Lea bersuara.

"Nggak usah Ta, biarin dia habisin waktu luang sama temennya," sahut Lea lirih seraya bola matanya menatap intens kedua remaja di dalam sana.

"Tapi Le," Tama memprotes jawaban Lea. Sudah jelas jelas Lino salah tapi Lea terus saja diam, sampai kapan gadis bersurai kecoklatan itu akan membuka suara?

"Tam, gue nggak masalah. Mending kita pulang aja, besok kita coba kesini lagi." Pungkas Lea diiringi senyum kecut.

Tama menghela napas panjang sebelum bersuara, "iya, kalo lo butuh tempat buat cerita, gue siap dengerin," timpal Tama sebelum akhirnya keduanya berbalik meninggalkan rumah sakit.

Sebenarnya, niat Lea itu baik. Gadis itu ingin menjenguk Mulan, namun yang ia dapat justru sebaliknya. Semula ia pikir pacarnya hanya menemani, tapi kenyataan nya lebih dari sekedar menemani.

Bohong jika Lea tidak masalah dengan hal itu. Jelas itu menjadi masalah untuk batinnya. Tidak ada seorang perempuan yang rela berbagi pasangannya dengan perempuan lain meskipun dengan sahabatnya sendiri bukan?

Azzalea terlalu pengecut untuk mengakui dirinya 'cemburu'.

"Gue tau hati lo sakit, tapi lo enggan mengakui hal itu,"  batin Tama bermonolog.

(❁´◡'❁)

Sekitar pukul tujuh malam, deru motor milik tuan rumah menggema di pekarangan. Rupanya lelaki itu masih ingat waktu pulang. Langkahnya tegas menyusuri tiap ruang menuju kamarnya. Kamar dominan gelap dengan berbagai foto cantik Azzalea yang menghiasi tiap sudut ruangnya.

Lino menarik napas panjang kemudian membanting tubuhnya pada kasur oversize berwarna putih susu. Beberapa jam terjebak dalam ruangan berbau obat membuat raganya penat. Apa lagi perintah yang Mulan berikan padanya, tak tanggung tanggung. Bukan hanya sekali melainkan berkali-kali.

Lengan lelaki itu naik, kemudian tangannya ia tumpuk sebagai bantalan. Maniknya turut mendongak menatap langit langit.

"Kalo Lea tau kejadian tadi sore gimana ya? Apa dia bakal marah sama gue?" gumamnya sembari menerawang reaksi Azzalea ketika mengetahui yang dia dan Mulan lakukan.

Marselino [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang