11

427 20 6
                                    

Heyyoo

Happy Reading!!

.
.
.

"Mencintai seseorang tanpa suara itu menyakitkan. Apalagi jika harus terus menerus melihatnya dengan orang lain. Tulus mana lagi yang harus ku tunjukkan untuk mendapatkan mu?"

(❁´◡'❁)

Tiga hari sudah berjalan, kesibukan di SMA Rajawali semakin meningkat. Para siswa yang antusias dengan acara bulanan sibuk dengan latihannya. Mulai dari menari, seni musik, pertunjukan ballet, bahkan ada yang mengisi dengan comedy.

Salah satu di antara mereka adalah Tama dan Dewa, keduanya saling sahut dalam hal tarik suara. Tidak usah diragukan, mereka pernah mewakili sekolah dalam acara lomba menyanyi tingkat provinsi dan membawa juara pertama. Jadi, sudah pasti suara mereka sangat merdu.

Persiapan acara pun sudah mencapai tingkat 80 persen. Acara yang rencananya akan digelar di GOR utama SMA Rajawali dibuat semeriah dan seindah mungkin. Panggung yang cukup besar dengan banner bertuliskan—

Pensi Bulanan SMA Rajawali
'Tunjukkan Bakatmu, Menarilah dengan Leluasa di Dalamnya'

We're Gen Z
Sejuta Kreatifitas Menuju Masa Depan!

— dengan mengusung warna kontras biru laut dan putih sebagai warna banner. Tak hanya itu, persiapan lain seperti lampu sorot dan kursi-kursi pun sudah rapi di depan panggung.

(❁´◡'❁)

Beralih dari persiapan pensi, ada Lino dan Lea yang memasang mimik kusut. Keduanya sama-sama enggan mengeluarkan suara. Lino yang mengalihkan padangan pada ponselnya, dan Lea yang memilih mengedarkan matanya kesana kemari berharap menemukan sesuatu yang bisa membuatnya pergi dari tempat itu.

Rasanya tak se-asyik dulu sebelum Mulan hadir kembali. Hambar, hubungan yang sempat terasa manis dengan berbagai warna sekarang mulai memudar.

Lama berdiam menunggu Lino berucap membuat Lea menghela napas kasar, "kalo nggak niat ketemu jangan minta ketemu No," celetuk Lea dengan nada malas.

Sontak lelaki yang sedari tadi sibuk mengotak-atik benda gepeng menoleh pada gadisnya tanpa mematikan layar ponsel.

"Ngomong apasi? Nggak denger, coba ulangi lagi," ujar Lino membalas. Ini adalah salah satu cara Lino mengatasi kemarahan Lea, jadi bukan berarti Lino tidak mendengar sungguhan. Lelaki itu hanya pura-pura tak mendengar.

Lea berdecak dengan pandangan mata menerawang jauh ke depan, "nggak usah sok budeg deh No, aku tau kamu denger," ketus Lea.

"Hm. Gimana aku tau kamu ngomong apa, kalo sorot mata kamu aja nggak tau kearah mana. Sayang, kalo kamu ngomong sama seseorang, biasakan menghadap orang yang mau kamu ajak bicara. Tatap juga matanya, biar nyambung ngobrolnya," jelas Lino dengan nada lembut.

Lelaki itu masih setia memandangi wajah gadisnya dari samping, kemudian tangannya naik, jemari telunjuk dan jempol Lino menyelipkan anak rambut Lea ke belakang telinga agar lebih leluasa lagi memandangi kecantikan perempuannya.

Sedangkan Lea masih diam. Tapi tidak dengan hatinya, rasanya ingin meronta kegirangan. Hal kecil yang sudah beberapa waktu tak terjadi, kini kembali. Kupu-kupu terbang pun ikut menambah getaran didalam tubuhnya.

Marselino [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang