25

808 13 0
                                    


Haiiii

Happy Reading!

(❁´◡'❁)

Lelaki tampan yang berdiri di depan Gereja serta kalung salib yang terpasang pas di lehernya, melemparkan senyum terpaksa pada gadis mantan kekasihnya.

Sementara gadis yang mengenakan hijab abu dipadukan  gamis hitam itu mengalihkan padangan maniknya. Terlalu sesak, memandang pemandangan beberapa meter di depan sana.

Pesta pernikahan yang akan digelar di salah satu Gereja ternama di kotanya. Menjadi saksi bisu jika cinta Marselino dimenangkan oleh Mulan.

Sesak rasanya melihat orang yang pernah singgah lama dalam kehidupan pada akhirnya harus berpisah secara paksa. Dia mungkin titipan Tuhan, tapi rasa cinta untuk Marselino bukan sementara, itu telah abadi di hati yang salah.

Hati yang dulunya berlabuh di lelaki itu.

Harus bagaimana mengikhlaskan? Jika pada kenyataannya, cinta yang tumbuh sudah terlalu dalam?

Tidak ada alasan lagi untuk gadis itu bertengger di sana. Sesegera mungkin ia melangkah menjauh, tidak mungkin kan dia masuk ke dalam menyaksikan orang yang ia cintai mengucapkan janji suci dengan wanita lain, yang mana wanita itu sendiri adalah sahabat masa SMP nya dulu.

Buliran bening di pelupuk tak sanggup di bendung, merembes begitu saja seiring rasa pedih menggerogoti hati mungilnya. Dengan setengah berlari Azzalea menuju sebuah Masjid besar seratus meter di sebelah kanan Gereja.

Sampai di Masjid, ia beralih mengambil air wudhu lalu bergegas sholat dhuha. Rampung dengan ibadahnya, lantas ia menengadahkan kedua tangannya, mata sebab itu turut menatap langit langit Masjid.

"Ya Allah, mengapa begitu sesak ketika aku melihatnya akan menikah dengan wanita lain? Bolehkah aku merasa sakit, Ya Allah?"

Bulir cairan yang tadinya sempat mengering, kini kembali merembes membasahi pipi gembul Azzalea. Suaranya pun terdengar sangat purau.

"Sakit Ya Allah, sakit ketika semua berubah dalam satu hari. Kemarin lelaki itu masih bersama dengan hamba, tapi kenapa sekarang hamba harus merelakan Dia secepat ini?" Tangis Lea semakin menjadi.

Terlalu sesak untuk gadis itu menerima kenyataan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Baru saja kemarin Lino berjanji untuk tidak meninggalkannya tapi sekarang?

Bahkan yang sudah berjanji pun, bisa meninggalkan kapan saja yang dia mau.

"Aku janji nggak bakal ninggalin kamu sayang. Aku janji besok akan jadi hari paling bahagia buat kita, dan aku janji aku nggak akan pernah menikah dengan siapapun kecuali sama kamu,"

Ucapan itu kembali memenuhi otak Azzalea, jadi yang Marselino maksud hari bahagia adalah hari pernikahannya dengan Mulan Agranda.

Lantas, apakah Lea juga merasa bahagia? Tidak. Hanya ada rasa kekecewaan mendalam.

Memang seharusnya dari awal tidak ada perasaan berlebih di antara mereka.

Salah Lea sendiri melibatkan rasa cinta disela perbedaan yang tidak bisa menyatu.

Mau sekuat apapun Lea menepis kenyataan tapi realitanya memang seperti ini. Tidak akan ada yang berubah sedikit pun walau dia menangis semalaman. Lelaki itu telah menjadi suami orang. Dan posisinya sekarang, hanya seseorang yang kembali ke  mode awal, orang asing bagi Lino.

Gadis yang kini tengah berdiri di balkon kamarnya sembari menikmati desiran angin malam yang menyapu halus kulitnya, menatap jauh sang cakrawala.

Tak ada bintang ataupun bulan yang menghiasi. Seolah mendukung Azzalea bersama rasa galaunya, senyum kecut Lea paparkan begitu saja.

Marselino [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang