20

469 13 5
                                    

Hoiii

Happy Reading

Tipis-tipis aja yaa wk

(❁´◡'❁)

"Pa, aku sama Lino jadi nikah setelah kelulusan 'kan?" tanya Mulan sembari menarik kursi untuk ia duduki di meja makan.

"Jadi dong sayang," balas Erlangga dengan senyum lebar. Tangan kekar pria itu terulur mengelus puncak kepala Mulan.

"Aku udah nggak sabar Pa!" antusias Mulan.

"Hm, anak Mama nggak sabar mau apa ni?" celetuk Dewi. Ia baru datang dengan tangan menenteng makan malam.

"Ih Ma.... 'kan Mama udah tau kenapa pura-pura nggak tau?" balas Mula seraya mengerucutkan bibirnya.

Dewi tak menjawab melainkan tertawa renyah sebagai balasannya.

"Oh iya, Pa, Lino udah tau belum kalau aku sama dia mau nikah?" Dagu Mulan terangkat menatap wajah ayahnya.

"Belum sayang. Pernikahan kalian akan menjadi kejutan untuk Lino setelah kelulusan." Jelas Erlangga.

"Yey!! Seneng banget aku Pa. Makasih banyak udah nurutin setiap kemauan aku Pa!!" girang Mulan sembari tersenyum lebar.

"Sama-sama sayang,"

Dewi, Mama Mulan hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

(❁´◡'❁)

"Curut! Makan dulu, kalo lo sakit nggak ada yang ngurusin lo," titah Dewa sembari mengulurkan sepiring nasi goreng yang telah ia buat. Nando itu kalau lagi galau mogok makan, sampai Dewa kasih makanan baru dia mau makan. Manja sekali.

Bukannya menerima piring itu Nando malah melengos seolah menolak. Padahal lambungnya sudah keroncongan sedari tadi.

"Makan njir, apa harus gue suapin biar lo mau makan?" Dewa melipat dahinya. Dia terkadang jijik dengan sikap Nando, tapi ia juga khawatir jika lelaki itu sakit. Pasalnya, jika tidak ada Nando dunianya terasa hambar, ya... meskipun masih ada Tama.

Nando masih setia melengos tak ingin menoleh atau menjawab sepatah katapun pada saudara angkatnya itu.

Sudah cukup. Kesabaran Dewa tidak seluas samudra yang bisa membujuk Nando untuk makan. Tangan Dewa naik kemudian jemarinya menjambak rambut Nando hingga lelaki itu menghadap padanya.

"MAKAN!" bentak Dewa tanpa rasa kasihan.

"Suapin!" Nando ngelunjak. Lengannya ia lipat di atas dada dengan bibir melengkung ke bawah.

Sontak Dewa membolakkan maniknya. "Najis! Makan sendiri, udah gue buatin. Gue mau pergi dulu sama Tama,"

"Gue ikut!" tegasnya.

Lagi-lagi sikap Nando membuat Dewa mengelus dada seraya mengucap banyak istigfar, "MAKAN DULU KALO MAU IKUT!" pekik Dewa.

Tanpa menjawab, Nando dengan cekatan merampas piring yang masih berada di tangan Dewa. Ia makan dengan lahap hingga tandas tak tersisa.

Marselino [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang