21

384 10 1
                                    

Haii gais

Happy Reading!


"Sama kamu sakit, tapi ngga sama kamu lebih sakit,"

(❁´◡'❁)

"Tama, Nando, Dewa," lelaki paruh baya bersetelan kemeja lengkap dengan jaz, memanggil ketiga anak angkatnya.

Mereka mendengar panggilan itupun sontak menoleh pada sumber suara.

"Iya Pa," sahut Tama sekalian mewakili yang lainnya.

"Bisa ikut Papa ke ruang atas sebentar?" ujar Mario serius.

"Bisa Pa," balas Dewa tak kalah seriusnya.

Mario melangkah terlebih dahulu menuju ruang atas disusul dengan Tama, Nando dan Dewa yang berjalan beriringan di belakangnya.

Kurang dari dua menit ke empat orang itu sampai di ruang atas. Mario membuka pintu dan mempersilahkan ketiga anaknya untuk masuk terlebih dahulu. Setelahnya, sebelum benar-benar dia ikut masuk, Mario menoleh ke samping kanan dan kiri memastikan tidak ada orang lain selain mereka.

Pasti, tidak ada orang lain. Mario menutup pintu perlahan lalu menguncinya. Ia duduk di kursi mirip dengan kursi yang biasa ada di kantornya, sedangkan ketiga putranya duduk di sofa.

Mario menarik napas dalam dan menghembuskan napasnya perlahan. Melihat itu, Nando yang dasarnya tidak bisa diam langsung menyenggol siku Dewa. Sebagai balasan Dewa hanya memberikan tatapan tajam seolah mengatakan 'diem dulu!'

"Kalian satu setengah bulan lagi lulus 'kan?" tanya Mario serius dengan menatap putranya satu persatu secara bergantian.

"I-iya Pa," Nando menjawab dengan nada gugup.

Mendapat kepastian dari sang putra, Mario kembali membuka suara. "Sebetulnya ada hal yang ingin saya sampaikan dengan kalian. Mungkin setelah saya menyampaikan hal ini, kalian akan membenci saya. Tetapi keputusan saya sudah bulat."

Mario diam sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Langsung saja, setelah kelulusan kalian nanti, kalian bebas mengejar mimpi kalian. Dan kalian harus pindah dari rumah ini ke rumah Papa. Jangan pikirkan soal biaya karena semua masih Papa yang tanggung. Tidak hanya itu, ada hal yang sangat penting. Setelah kelulusan nanti Lino akan langsung menikah dengan Mulan," ujarnya.

"Dan saya harap kalian bisa memperlancar pernikahan ini. Tentang rencana saya dengan Tama mungkin semua sudah mengetahuinya, ya, betul. Saya meminta Tama untuk mendekati Lea agar Lino tidak lagi bersama gadis itu. Saya ingin Lino fokus mengurus hubungannya dengan Mulan."

Tama, Nando dan Dewa masih serius mendengar tanpa menyela ucapan sang Papa angkat.

"Bukan tanpa sebab, tapi saya tahu jika Lea dan Lino selalu  bersama nantinya mereka akan susah sendiri. Papa sudah mempertimbangkan hal ini dengan baik, Papa hanya ingin Lea tetap mencintai agamanya dan Lino pun begitu. Jika Lino bersama Lea tidak akan pernah bisa bersama, maka saya usahakan Lino dengan Mulan bisa bersama selamanya. Dan untuk Tama, Papa minta maaf jika tindakan Papa menyakiti hati adik kamu," Mario menatap Tama dengan sorot tak enak.

Marselino [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang