17

385 14 7
                                    

Haiiiiii!!

Gimana kabarnya??? Semoga baik

Langsung aja ya, Happy Reading!


"Jika tidak bisa melepaskan setidaknya jangan membuat luka,"

(❁´◡'❁)

"Eh, ada cewek ganjen lagi menyendiri," cecar Mulan dengan menatap remeh Lea.

Lea yang memang sudah tau kehadiran Mulan bersama pacarnya, menghela napas jengah. Lantas beranjak dari duduknya. Gadis itu langsung menoleh ke samping menemui kedua wajah paling brengsek dalam harinya belakangan ini. Tak lupa, Lea bersedekap dada seraya memasang air muka datar seolah tak peduli kedekatan keduanya. Meskipun hatinya sakit.

"Terus? Gue harus iri sama cewek murahan kaya lo?" sinis Lea dengan satu alis terangkat. Setelahnya ia menyunggingkan sudut bibirnya.

Mendengar hal itu, rahang Lino sontak mengeras. Mukanya turut memanas. Entah sejak kapan Lea menjadi perempuan yang tidak berpendidikan seperti sekarang padahal, pagi tadi gadisnya belum seberani dan sekasar ini.

"Jaga omongan lo! Sekali lagi lo ngomong kasar sama Mulan, abis lo!" tegas Lino. Lelaki itu semakin mengeratkan genggamannya pada jemari Mulan.

"Abisin aja sampai gue sekarat biar lo puas." Lino pikir Lea akan diam seperti tadi pagi? Tentu saja tidak. Ada beberapa hal yang ia temui sepulang sekolah tadi. Tidak heran jika sekarang Lea menjadi lebih berani.

"Lea!" bentak Lino memekik setiap pendengaran.

Bibir Lea langsung mengatup sempurna tanpa ada sepatah katapun yang keluar. Lea juga kaget, apalagi orang-orang disekitar mereka.

"Lo nggak usah bikin gue makin emosi karena tingkah lo! Udah cukup tadi pagi lo ngusik gue sama Mulan, sekarang nggak usah lagi!" perjelas Lino penuh penekanan.

Lea mengambil napas dalam sebelum membuka bibirnya kembali. "Lo pikir, gue terima dikatain ganjen sama cewek yang jelas-jelas udah rusak hubungan gue sama lo?  Enggak No. Dan lo pikir sikap lo tadi pagi itu bener? Nggak No!" cecar Lea menggebu.

"Bacot lo!" umpat Lino. Kemudian ia melanjutkan langkahnya dengan terus menggandeng jemari Mulan.

Seperti halnya tadi pagi, Mulan menjulurkan lidahnya sebagai tanda kemenangan sebelum meninggalkan Lea yang masih mematung.

Lea juga tidak tau mengapa pacarnya berubah sikap secara drastis. Dari segi bicaranya, tingkah lakunya, tidak menunjukkan Lino yang dulu. Lino yang selalu mengutarakan hal-hal lembut pada Azzalea. Sosok laki-laki yang selalu menghargai Lea, menyayangi Lea tanpa kecuali.

Ah ya, Lea hampir lupa jika Lino mengatakan waktu yang selama ini bersama dengan dirinya adalah hutang budi yang harus ia bayar. Lalu kenapa tidak dengan uang saja? Kenapa harus bayar dengan luka batin?

Semua hal tersebut tentunya menjadi pikiran Lea. Hatinya benar-benar tidak tenang sama sekali. Rasanya begitu menyakitkan bak hatinya di hantam oleh benda tajam sekeras-kerasnya.

Tak lama setelah Lino berjalan lumayan jauh dari posisinya, ia kembali mendudukkan tubuhnya.

Untuk sekarang, perasaannya tidak bisa bohong. Ini menyakitkan. Buliran bening meloroh begitu saja tanpa aba-aba.

Marselino [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang