2 Tahun Kemudian.
"Nona, sudah waktunya anda pergi sekolah."
Para pelayan berbaris rapi didepan kasur yang di tiduri oleh dua orang. Yang pertama membuka matanya adalah seorang gadis dengan rambut hitam panjang dengan sepasang mata hitam yang memikat.
"Sudah jam berapa?" Tanya gadis itu dengan suara mengantuk yang membuat dia pelayan pria di depan pintu memerah karena suara yang menggoda mereka.
"Jam 6 pagi, Nona. Anda harus segera bersiap untuk masuk ke sekolah anda. Tuan muda juga harus segera bersiap." Kata pelayan wanita sambil melirik ke arah anak remaja di samping gadis itu.
Alena yang berusia 14 tahun sudah memasuki sekolah menengah dan menjadi murid kelas 2. Alan juga menjadi murid disana dengan melompat kelas, apalagi dia juga semakin tinggi yang membuatnya terlihat lebih dewasa. Apalagi tidak ada satupun yang mempertanyakan penampilan Alena yang masih terlihat sama dan tidak tumbuh dewasa walau sudah tinggal beberapa tahun disana.
"Alan, bangun." Kata Alena singkat tetapi remaja itu segera membuka matanya malas.
"Um..." Suara serak khas orang bangun tidur membuat para wanita kecuali Alena seketika memerah dan seketika mengalihkan pandangan mereka.
Alan membuka matanya dan langsung beralih memeluk pinggang ramping Alena.
"Pagi, Lena.""Bangun dan segeralah bersiap!" Alena langsung mendorong dada Alan yang mulai keras sejak anak itu ikut olahraga.
Gadis itu masuk ke kamar mandi dan langsung diikuti oleh para pelayan. Alan juga bangun dan pergi ke kamarnya. Tidak ada satupun orang yang merasa ganjal dengan keduanya yang selalu tidur bersama. Bukan Alena yang meminta, tetapi Alan-lah yang memaksa untuk bisa selalu di sisi Alena setiap waktu.
Kedua orang tua Alan juga pergi keluar negeri sejak 2 tahun lalu untuk masalah pekerjaan. Sehingga di rumah itu, Alan yang memegang otoritas tertinggi dan tidak ada yang berani menentangnya. Alan tumbuh menjadi remaja yang tinggi dan sehat karena latihan yang diberikan Alena padanya.
Alena mengajarkan cara bela diri kuno pada Alan secara diam-diam agar anak itu bisa melindungi dirinya sendiri. Keduanya menjadi semakin dekat dan lebih dekat.
••
Keduanya berangkat sekolah dengan menggunakan bus sekolah. Hal ini agar tidak ada yang mencoba mencari muka kepada Alan yang merupakan pewaris perusahaan terbesar di dunia. Keduanya duduk di bagian belakang, beberapa kali ada murid atau penumpan yang melirik keduanya karena penampilan mereka yang benar-benar terlihat seperti orang dari dunia lain, terlebih Alena.
"Tatap lagi maka akan ku congkel mata kalian." Alan melirik tajam ke arah mereka semua.
Tangan Alena segera menahan kepala remaja itu hingga Alan dibuat berbaring di paha Alena. Gadis itu melakukan hal ini agar tidak ada orang lain yang mendapatkan masalah karena remaja kaya satu ini.
Hal itu malah membuat Alan tersenyum puas dan keenakan berbaring di paha gadis itu. Matanya terpejam dan menikmati aroma obat-obatan yang khas di tubuh Alena.
Ting!
Bus berhenti di depan halte dan semua orang seakan buru-buru keluar melarikan diri. Alena juga bangun dan menarik tangan Alan yang masih mengantuk, remaja itu tertidur saking enaknya.
Keduanya memasuki gerbang sekolah. Alena mengambil earphone miliknya dan segera menyalakan musik dengan volume tinggi. Tidak butuh lama, dirinya di kepung oleh beberapa murid yang membawa banyak dokumen di tangan mereka.
"Ketua! Tolong jangan mencoba lari lagi!"
"Rencana Festival tahunan akan di adakan dimana, ketua?"
"Anda tidak boleh pergi lagi! Tolong lakukan tugas anda!"
"Ketua! Tanda tangani segera!"
Para murid baru termasuk Alan yang juga murid baru di sekolah itu langsung terkejut dengan tindakan semua murid yang memakai Logo di bahu kanan mereka yaitu Logo Mawar Hitam dengan sulaman emas 'OSIS' yang terlihat jelas.
Sekolah ini adalah salah satu sekolah elite yang hanya bisa dimasuki oleh para keluarga bangsawan, orang kaya, dan berprestasi. Menjadi salah satu anggota OSIS saja sudah termasuk hal yang sangat sulit apalagi menjadi ketua OSIS yang memiliki otoritas tertinggi setelah Kepala sekolah dan Guru di sekolah ini.
Alena yang masuk ke sekolah ini langsung menjadi murid Top dan terkenal dengan kemampuan dan penampilannya. Dia langsung di pilih menjadi ketua OSIS dengan suara 100% tanpa ada yang menolak.
"Ada apa?" Tanya Alena saat merasakan remaja di sampingnya berdiri diam tanpa bergerak.
Alan menggelengkan kepalanya dengan ekspresi bodoh sambil tetap mengangkat pandangan matanya ke sekeliling Alena. Saat itulah semua orang menyaksikan bahwa Ketua OSIS yang terkenal dingin dan cuek ternyata sedang mengengam tangan lawan jenisnya, apalagi dia sangat tampan.
Wakil ketua OSIS yang bernama Angga langsung berdiri di antara keduanya.
"Alena, kamu harusnya tahu bahwa kamu punya banyak tugas yang menumpuk setelah liburan panjang bulan ini." Katanya.Angga Bimantara yang merupakan anak dari seorang pengusaha kaya dibidang transportasi. Dia dikenal sebagai 'Malaikat Baik Hati' di samping ketua OSIS yang dingin. Salah satu dari 4 pria tampan di sekolah ini dan merupakan Kapten Tim Basket sekolah. Wajahnya adalah perpaduan dari kedua orang tuanya yang merupakan Eropa- Amerika.
"Dia orangku." Kata Alena dengan suara singkat dan padat khas dirinya.
"Logan pasti akan mengamuk lagi jika kamu hanya diam disini saja! Anak itu sudah hampir sekarat menggantikan posisimu!" Pekik Angga kesal.
"Itukan tugasnya sebagai sekretaris OSIS." Balas Alena cuek dan menarik tangan Alan memasuki sekolah.
Alena membawa orang di sampingnya ke kelas 1-A yang berada di samping kelasnya. Kelas unggulan yang selalu di tempati oleh anak-anak yang terpilih, itulah julukan untuk kelas A ini.
Munculnya Alena di dalam kelas itu membuat semua murid dan guru yang berada di dalam kelas itu diam seribu bahasa. Guru yang mengenali Alena hanya mengangguk ke arahnya seolah membiarkan gadis itu melakukan apapun yang dia sukai.
"Saya membawa murid baru tahun ajaran ini, Bu Eva."
"Oh, terima kasih nak Alena." Balas Bu Eva ramah. "Biarkan dia memperkenalkan dirinya untuk menyapa teman-teman barunya dulu."
"Baik."
Alena menepuk kepala Alan seperti anak kecil dan dia keluar dari kelas itu. Di depan pintu dia sudah di kerumuni oleh para anggota OSIS yang langsung menyeretnya ke ruang OSIS.
Alan hanya menatap punggung Alena lalu mengalihkan pandangannya ke depan.
"Nama saya Alan Alexander dan saya murid akselerasi dan baru berusia 12 tahun."Saat itu semua orang di tempat itu diam seribu bahasa karena terkejut dengan info yang mereka terima. Anak di depan mereka ternyata masih sangat muda dan seorang jenius di sekolahnya.
Bersambung...
Angga Bimantara: Wakil Ketua Osis
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT'S YOU !!!MY VILLAINS
Fantasy"SAYA BUKAN PENJAHAT!!" Alena memeluk tubuhnya yang penuh luka dengan tubuh gemetar. Dia tidak pernah mengharapkan di berikan kehidupan baru yang begitu mengerikan semacam ini. Dia hanya ingin hidup dengan damai di dunia ini tanpa menganggu siapapu...