Chapter 5 -BERPINDAH DIMENSI

992 138 7
                                    

Evan yang berada di luar kereta mengawasi jalan di depan. Melewati hutan Kabut adalah hal yang berbahaya apalagi bagi para naga muda. Evan masih ingat beberapa kejadian yang terjadi di tempat ini. Dimana Alena keluar dari hutan dengan tubuh penuh luka tetapi sesuatu seolah mengawasi gadis itu dari dalam hutan.

Evan lebih khawatir dengan keselamatan Alena yang lebih lemah daripada naga pada umumnya. Saat dia mencoba memeriksa kereta di belakang, hembusan angin kuat dengan aroma amis kuat muncul dari arah kanan mereka.

"Siapkan senjata kalian!"

Evan menarik pedangnya dan segera melompat ke atas kereta kuda yang di tempati oleh Alena. Saat dia mencoba membuka pintu, sebuah lidah panjang dengan lendir hitam muncul dari kabut dan menyerang kereta mereka.

Brak!

Alena segera melompat keluar dengan posisi siaga. Evan yang melihat gerakan lincah gadis itu awalnya terpesona sebelum dia kembali fokus melawan musuh yang keberadaannya tidak bisa di temukan.

"Kamu tidak apa?" Evan menyusul ke sisi gadis kecil itu dan memeriksa tubuhnya.

Alena menggelengkan kepalanya. "Saya baik-baik saja, Kakak."

Evan menghela nafas lega. Saat dia ingin membawa Alena ke tempat aman, dari belakang punggung gadis itu muncul sebuah lubang aneh yang langsung menelan Alena masuk ke dalam sana.

"Tidak!"

Alena menghilang di tempat itu dengan sangat cepat bahkan sebelum Evan bisa meraih tangan gadis kecil itu.

"Temukan sang putri segera! Kirim surat ke istana untuk memberitahu semua orang bahwa Putri menghilang!"

••

Disisi lain, Alena terbangun dan membuka matanya. Dia bangkit dan melihat area sekitarnya. Dia tidak mengenali bangunan raksasa di depannya yang begitu besar bahkan istana kerajaan tidak sampai menyentuh langit.

Gadis kecil dengan gaun merah itu berjalan keluar dari gang sempit. Sosoknya yang muncul membuat semua mata orang-orang disana lantas tertuju padanya.

"Lucu sekali."

"Anak siapa ini? Dimana orang tua mu dek?"

"Lihat mata dan rambutnya lucu, dia cosplay jadi apa yah?"

"Ini terlihat asli deh ..."

Alena menghindari tangan-tangan orang berpakaian aneh yang mencoba menyentuhnya. Saat dia menghindar dia keluar dari Jalur dan sekarang berdiri di tengah jalan raya.

DING!

Alena mengulurkan telapak tangannya dan energi sihir kuat segera menyelimuti tubuhnya. Gadis kecil itu hanya berdiri dengan ekspresi dingin saat melihat benda raksasa mencoba menabrak dirinya.

Kecelakaan mulai terjadi karena sebuah penghalang tak kasat mata muncul dan melindungi sosok mungil di depan mereka. Satu per satu orang di dalam mobil mulai keluar dengan beberapa luka karena tabrakan tadi.

"Dimana anak kecil itu?"

Sosok gadis berpakaian merah telah menghilang tanpa jejak di tempat yang tadi masih berdiri. Mata mereka dibuat takjub saat melihat bahwa gadis kecil itu sekarang sudah berada di sudut jalan yang jaraknya cukup jauh.

Alena menghela nafas melihat gangguan yang terjadi cukup mengejutkan dirinya. Dia tidak kenal dengan gedung raksasa dan monster besi yang menyerangnya tadi.

'Mending cari jalan kembali ke Kak Evan dulu.'

Alena berjalan pergi dari sana dan dia akhirnya sampai di sebuah taman yang terlihat tidak terlalu banyak orang. Gadis kecil itu melompati batu besar dan masuk ke arena taman.

Matanya terpaku pada pohon akasia yang mirip dengan pohon yang ada di dekat kamarnya. Dia melihat sekitarnya dan tidak ada siapapun disini, ia mulai berjalan mendekati pohon itu. Semakin dekat dia berjalan dia menemukan sosok kecil yang sedang memeluk dirinya di bawah pohon.

"Hiks..hiks.. hiks..aku..mau.. pulang!" Anak kecil yang hampir setinggi Alena berjongkok memeluk dirinya dan menangis.

Alena menyentuh bahu anak itu yang membuat bocah malang itu terkejut dan langsung terpesona di saat yang sama saat melihat sosok di depannya.

"K-Kamu..ciapa?" Tanya anak kecil itu.

Alena memiringkan kepalanya karena tidak mengerti yang dikatakan anak itu. Dia terlihat sangat lemah seperti anak ayam. Melihat sekitarnya dan tidak menemukan siapapun selain anak kecil ini saja.

Alena berjongkok di sampingnya lalu mengulurkan tangannya ke kepala anak itu. Anak kecil yang terpesona tidak mengelak dan hanya diam patuh di tempat.

Tangan Alena bersinar dan dia perlahan menyerap beberapa bahasa aneh di kepalanya dari ingatan anak itu.

"A..L..E..N..A."

Anak kecil itu tertegun dengan suara serak tetapi manis dari bibir gadis di depannya.
"Akyu..namaku Alan!" Ucapnya dengan lidah yang masih belum fasih.

"Kenapa kamu bisa ada disini, Alan?" Tanya Alena penasaran.

"Akyu..tersesat!" Katanya dengan ekspresi sedih.

"Orang tuamu dimana?"

"Tidak tahu."

Alena kembali menekan kepala anak itu dan akhirnya bisa menemukan ingatan serta aura yang sama dengannya yang jaraknya cukup jauh dari tempat mereka berada. Dia menarik anak itu dan menggendongnya dengan sekali gerakan.

"Tutup matamu, Bocah." Setelah mengatakan itu tempat Alena berdiri seketika muncul pola sihir dan dia segera terbang ke atas langit dengan kilatan cahaya.

"Huwaaa!!!" Alan yang merasakan hembusan angin kuat langsung tertawa bahagia karena ini pengalaman pertama baginya.

Alena fokus mencari aura dan aroma yang mirip dengan anak di gendongannya. Tidak butuh lama dia menemukan sebuah kediaman yang ukurannya sangat besar. Dia menghembuskan nafas yang mengeluarkan asap merah yang membuat dirinya tidak terlihat. Alena perlahan turun di sebuah taman kecil dan menurunkan anak yang tertidur itu.

Tangannya memeluk ujung jari kelingking Alena yang sebenarnya tidak suka di sentuh oleh orang lain. Alena mengusap kepalanya hingga anak itu terbangun.

"Alena!"

Senyum manis yang seperti gula membuat Alena berdebar kencang. Dia buru-buru membantu anak itu bangun dan merapikan pakaiannya serta rambut acak-acakan anak itu.

"Kamu sudah di rumah. Sekarang masuklah, orang tuamu pasti khawatir."

"Alena nggak ikut?" Tanyanya.

"Aku juga harus pulang." Alena melepaskan genggaman anak itu. Perlahan tubuhnya mulai kembali terbang ke atas dan segera dia pergi dari sana meninggalkan Alan kecil yang meraung menangis.

Suara anak kecil membuat seluruh penghuni mansion terkejut. Kedua orang tua Alan berlari saat mendengar suara anak mereka. Mereka menemukan Alan menangis seperti orang gila dengan menyebut sebuah nama berulang-ulang kali.

"ALENA..ALENA..JANGAN.. PERGI..ALENA..HIKS..HIKS..ALENA..ALAN IKUT..ALENA..HIKS..HIKS..."

Kedua orang tua Alan saling bertatapan satu sama lain karena mereka bahkan tidak mengenal siapa nama yang di sebut oleh putra mereka ini. Alan di bawa masuk kembali ke kamarnya dan dibuat tertidur dengan cara yang begitu kejam yaitu menyuntikkan anestesi karena anak itu masih meraung histeris ingin bertemu dengan orang bernama Alena.





Bersambung..

THAT'S YOU !!!MY VILLAINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang