CHAPTER 14 - TIDAK BISA KEMBALI

354 44 0
                                    

Di dalam kamar yang gelap dengan suasana tenang. Alena terduduk di lantai dengan posisi meringkuk. Tubuhnya terasa sakit semua dan beberapa pola aneh muncul di atas kulit tubuhnya. Bagian lehernya mulai di rayapi oleh beberapa pola hitam yang bergerak seakan hidup.

Gadis itu berusaha menahan teriakan kesakitan dari mulutnya dengan menggigit bibirnya. Matanya mulai berubah menjadi merah vertikal dan tanduk di atas kepalanya perlahan mencuat keluar.

Malam yang tenang dan sepi itu menjadi hal yang sangat sulit untuk menahan rasa sakit yang setiap detik bisa keluar dari mulutnya.

'Racun dan Kutukan yang diberikan oleh Ibuku ternyata lebih berbahaya daripada yang aku duga. Ibu..sebegitu inginnya kamu melenyapkan aku?' Batin Gadis itu sambil menyeringai sinis.

Di dalam tubuhnya ternyata sudah di tanam banyak Kutukan dan Racun berlapis yang digunakan untuk membunuhnya secara perlahan. Bertahan sampai sekarang saja sudah merupakan hal yang begitu hebat untuk siapapun. Racun yang paling mematikan adalah Racun Jiwa yang mampu membunuh seseorang dan jiwa-nya hingga tidak akan bisa bereinkarnasi kembali.

Ekor dan Sayap naga miliknya mulai keluar dan merobek pakaian di tubuhnya hingga koyak. Dia menatap dirinya dari pantulan cermin dengan perasaan campur aduk. Keluarga kandungnya tidak menerima keberadaan dia dan selalu mencoba membunuhnya kapan saja hanya karena ingin mengamankan posisi pewaris untuk Kakak Laki-lakinya, Evan.

Tok!TOK!TOK!

"Nona Alena, Tuan dan Nyonya sudah kembali."
Seorang pelayan di depan pintu datang dan mengetuk pintu terlebih dahulu lalu mengatakan maksud kedatangannya.

"Nona?" Tidak ada jawaban dari pihak didalam. Saat pelayan mencoba membuka pintu, ternyata dikunci dari dalam.

Pelayan itu segera pergi untuk mencari bantuan karena takutnya terjadi sesuatu pada gadis didalam sana. Saat baru beberapa langkah, pintu di belakang dibuka dan seorang gadis berambut panjang muncul dengan gaun tidur. Wajahnya merah dan nafasnya berat tanda orang tidak sehat.

"Nona Alena? Apa anda tidak enak badan?" Tanya Pelayan itu sambil menyentuh kening gadis itu.

Alena menggelengkan kepalanya lemah. "Tubuhku cuma panas saja. Bawakan saja aku air es seember ke kamarku."

"Apa tidak perlu menelpon dokter?"

"Jangan. Aku baik-baik saja." Katanya dan kembali masuk ke kamarnya.

Alena berbaring ke kasurnya dengan kondisi panas yang seperti membakarnya secara perlahan. Gadis itu mengeluarkan kristal biru dari laci meja samping tempat tidurnya dan memakan kristal itu tanpa menghancurkannya.

Glup..Glup..Glup

Tenggorokannya mulai terasa dingin seperti menium air es yang sangat dingin. Matanya mulai terasa berat dan perlahan dia jatuh tertidur dengan kondisi kasur yang basah akibat keringat di tubuhnya.

Di dalam bawa sadarnya, Alena menatap sosok raksasa didepannya. Seekor naga merah dengan nafas api yang begitu menakutkan di seluruh tubuhnya.

"Cleo."

(Gadis kecil..kamu datang lagi kesini.) Naga merah itu menunduk saat mendengar gadis itu memanggil dirinya.

Alena mengulurkan tangannya mengusap sisik naga di depannya.
"Apa kamu hidup dengan baik disini? Tadi Racun dalam tubuhku aktif, aku takut itu juga melukaimu."

(Kamu adalah anak yang baik. Keluarga mu benar-benar tega menaruh Kutukan dan Racun pada anak yang masih kecil. Entah kenapa aku tidak suka dengan cara para naga lain itu lakukan padamu.)

"Aku baik-baik saja. Tubuhku tidak terluka parah dan hanya membutuhkan banyak kristal untuk memulihkan diriku kembali."

Naga merah itu mengendus aroma di tubuh gadis itu lalu menjauhkan dirinya.
(Aroma asing tercium dari tubuhmu loh..aroma manis dan berbahaya di waktu yang sama!)

Alena terkejut lalu mengendus aroma di tubuhnya gelisah. "Bau keringat?"

Naga Merah itu menggelengkan kepalanya dan menegakkan tubuhnya kembali.
(Bangunlah sekarang. Sepertinya anak itu mulai kehilangan kendalinya lagi.)

Alena memejamkan matanya dan saat dia membuka matanya lagi. Dia menemukan dirinya berada di ruangan serba putih dengan bau detoksifikan obat di seluruh ruangan.
"Ruang rawat?" Gumam-nya dan bangun dari kasurnya. Bahunya tiba-tiba di tekan dan pihak lain menarik selimut kembali ke atas tubuhnya.

"Kamu mau kemana?!" Alan seolah ingin marah tapi tidak bisa.

"Aku...sakit?" Alena selama ini tidak pernah masuk rumah sakit karena tubuhnya lebih kuat dari manusia biasa, Ras Naga jelas kuat daripada makhluk manapun.

"Kamu tidak tahu kalau kamu sakit? Kamu itu hampir sekarat! Tubuhmu sudah sangat panas tetapi malah meminta air es pada pelayan!"

Alena terbelalak kaget dengan teguran yang begitu keras dari remaja di depannya. Untuk kesekian kalinya dia di marahi oleh seseorang, yang pertama adalah Kakaknya yang kasar, kedua adalah remaja nakal di depannya.

Pintu ruang rawat di dorong ke samping. Sepasang suami istri masuk dengan di dampingi oleh seorang dokter di belakangnya.

"Alena? Kamu sudah sadar rupanya." Ibu Alan mendekat dan mengusap kepala gadis itu lembut. "Apa Alan memarahimu? Suaranya sampai luar pintu loh..." Sambil melirik putranya yang di sudut ruangan.

Ayah Alan juga mendekat dan menyuruh dokter segera memeriksa kondisi gadis itu. Saat dokter mencoba menyentuh Alena untuk memeriksa keadaannya, Alan segera memukul punggung tangan pihak lain dan berdiri di depan Alena seolah menjauhkan gadis itu dengan dokter.

"Jangan sentuh dia!" Serunya marah.

Kedua orang tua remaja itu seketika saling memandang satu sama lain. Ibu Alan memegang bahu putranya itu.
"Dia adalah dokter untuk memeriksa kondisi Alena, jangan mencoba membuat masalah lagi."

"Alan..tenangkan dirimu." Tegur Ayah Alan juga.

Alan seperti akan mengamuk lagi saat tangannya di genggam oleh seseorang. Dia menatap Alena yang memberikan kode padanya agar tenang.
Dokter akhirnya bisa memeriksa kondisi tubuh Alena di bawa sepasang mata elang yang tajam, siap mencabik tubuhnya kapan saja.

"Alan!" Tegur Alena karena dia bisa melihat tangan Dokter gemetar seperti orang yang akan berlari kapan saja.

"Aku tidak melakukan apapun!" Seru Alan seperti orang yang di tidak bersalah.

"Jangan tatap dokter dengan tajam." Kata Alena dengan nada lemah karena dia tidak bisa kasar pada remaja di sampingnya.

"Um~" Alan menyandarkan kepalanya di bahu kanan gadis itu seperti anak kecil berusia 5 tahun yang ingin di manja oleh gadis itu.

Dokter dan kedua orang tua Alan hampir muncrat saking terkejutnya dengan kecepatan perubahan wajah dan sikap remaja itu. Mereka saling bertukar tatapan karena Sama bingungnya.

"Cepat periksa, Dok." Ujar Ibu Alan di belakangnya.

Dokter buru-buru memeriksa kondisi Alena dan mengecek suhu tubuhnya.
"Demam-nya sudah mulai turun. Saya sarankan untuk menginap di rumah sakit untuk memastikan kondisi anda di waktu berikutnya."

"Baik, Dok." Kata Alena mengangguk setuju.

Alan menyipitkan matanya lalu memegang lengan Alena dengan erat.
"Aku bisa tidur disini, kan?"













Bersambung....

THAT'S YOU !!!MY VILLAINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang