"Tangkap bolanya!!"
Bola di lempar dengan kuat oleh salah satu murid ke arah Alan. Remaja itu segera melesat dengan cepat menangkap lemparan bola dan mengopernya ke teman timnya.
Para murid perempuan bersorak bahagia saat menyaksikan latih tanding tim basket sekolah mereka. Terutama yang jadi pusat perhatian adalah Alan Alexander yang merupakan murid termuda lulusan terbaik.Alan yang baru berusia 13 tahun malah terlihat seperti remaja berusia 16 tahun dengan tinggi badan sekitar 175cm dengan bahu lebar. Mata birunya membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona dalam waktu singkat.
"Cecil, menurut mu Alan dan Alena itu benar-benar cuma sepupu?" Tanya salah satu murid perempuan yang menyukai Alan sejak remaja itu masuk ke sekolah.
Cecil yang masih takut dengan sosok Alena di ruang OSIS saat itu tidak mengubris temannya, dia hanya mengigit kuku jarinya gugup. Saat dia mengangkat pandangan matanya, dia bertemu dengan sepasang mata hitam legam milik Alena yang menatapnya tajam.
"Huwaaa!!" Teriaknya ketakutan dan segera berlari dari lapangan.
"CECIL!!" Teriak kawan-kawannya kebingungan dengan aksi aneh gadis itu.
"Awas! Bolanya terbang!" Teriak salah satu murid yang melihat bola basket sudah melesat ke arah para murid.
Bam!
Murid perempuan yang hampir menjadi korban hanya bisa memejamkan matanya sambil menjerit ketakutan. Sebelum dia merasakan rasa sakit, dia malah menghirup aroma mawar segar.
"Ke-Ketus OSIS?!" Jeritnya saat melihat sosok didepannya menahan bola basket hanya dengan satu telapak tangan.
"Kamu tidak terluka, kan?" Tanya Alena pada gadis di belakangnya.
"Ti-Tidak! saya baik-baik saja berkat anda!" Pekiknya bersemangat.
"Good girl." Gumam Alena dan berjalan pergi dari sana.
Gadis itu terdiam di tempatnya berdiri karena masih terpesona dengan kejadian tadi.
"Bukankah ketua OSIS tadi berada di seberang sana? Kok bisa dia sudah di sini saja menghentikan bola tadi. " Kata murid lain.
"Benar, sungguh aneh."
"Dia seperti bukan manusia saja, kan."
•|•
Alena turun dari podium penonton dan menyerahkan bola di tangannya tadi pada Alan. Remaja itu malah mengambil tangan gadis itu dan memeriksanya teliti.
"Aku tidak terluka, Alan. " Katanya.
"Tidak, aku harus memeriksanya dengan baik. Bisa saja tanganmu memar karena tadi. " Ujarnya.
"Aku kuat."
"Orang Kuat pun bisa ambruk kapan saja, Alena." Kata Alan dengan ekspresi kesalnya.
Keduanya menjadi pusat tontonan detik itu juga. Alena yang tidak suka menjadi topik utama sekolah lagi, harus menarik paksa telapak tangannya.
"Mainlah lagi, aku harus pergi mengurus berkas di ruanganku."
"Aku ingin ikut." Kata Alan sambil menarik ujung pakaian sekolah Alena.
"Patuhlah dan bermainlah dengan murid lainnya." Alena menarik pakaiannya dari tangan remaja itu dan berlalu pergi dari lapangan olahraga.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT'S YOU !!!MY VILLAINS
Fantasy"SAYA BUKAN PENJAHAT!!" Alena memeluk tubuhnya yang penuh luka dengan tubuh gemetar. Dia tidak pernah mengharapkan di berikan kehidupan baru yang begitu mengerikan semacam ini. Dia hanya ingin hidup dengan damai di dunia ini tanpa menganggu siapapu...