Chapter 9- RUMAH

663 108 8
                                    

Setelah mendapatkan undangan ke rumah Alan. Alena mau tidak mau harus menerima ajakannya karena dia tidak bisa menggunakan mantra untuk menghubungkan pohon Akasia dengan dunianya seperti terakhir kali.

"Kakak tinggal dimana?" Tanya Alan tiba-tiba.

Alena mengerutkan keningnya karena dia tidak bisa bilang bahwa dunianya berbeda dengan dunia anak itu.
"Tempatku tinggal cukup jauh dari negara ini."

"Dimana itu? Jerman? Amerika? China?"

Alena bingung dengan nama-nama yang disebutkan padanya. "Jerman."

"Tapi wajah Kakak seperti orang Asia, Kakak campuran yah?"

"Hah? Mungkin."

"Aku ingat kakak punya pola di pipi saat itu..." Alan mencoba menyentuh bagian kepala Alena tetapi langsung dihentikan oleh gadis itu.

Alena menghindar ke samping karena dia tidak bisa membiarkan anak manusia menyentuh bagian tubuhnya secara sembarang, takutnya kekuatannya tidak bisa di kontrol.
"Aku..tidak suka disentuh."

"Begitukah? Aku juga sama. Aku tidak nyaman saat seseorang mendekatiku."

"Um..."

Mobil yang dikendarai mulai memasuki kawasan mansion besar yang tamannya saja sudah sangat luas. Para pria berseragam hitam terlihat menjaga di beberapa sisi. Mobil berhenti didepan pintu dan dua orang pelayan datang membuka pintu.

Alan lebih dulu turun dan meraih tangan Alena masuk ke dalam rumah. Alena melihat dekorasi rumah yang begitu berbeda dengan miliknya. Matanya berpindah pada sebuah potret keluarga yang berisikan 3 orang.

"Dimana kedua orang tuamu?" Tanya Alena.

Alena merasakan tatapan semua orang seketika menuju ke arahnya. Dia menemukan bahwa semua orang disana menatap ke arahnya dengan tatapan kaget, cemas, dan takut.

Para pekerja di mansion itu tidak kenal dengan gadis muda yang dibawa oleh Tuan muda kecil. Mereka sudah sangat terkejut dengan keberadaan gadis itu, malah menjadi ketakutan saat mendengarkan ucapan gadis itu yang sangat santai pada tuan muda kecil.

Anehnya, saat semua orang menunggu tuan muda kecil mengamuk seperti biasanya, bocah itu hanya menempelkan wajahnya di telapak tangan Alena dengan manja.
"Mereka sedang bekerja. Kak Alena, ayo ke kamarku saja."

"T-Tuan muda." Pelayan yang berada di sampingnya secara otomatis membuka mulutnya, tubuhnya langsung gemetar saat merasakan tatapan dingin bocah itu. "Ma-Maafkan saya."

Alena mulai merasa keanehan dalam sikap semua orang di tempat itu tujukan pada Alan. Dia merasa sedikit aneh dengan tingkah mereka yang terlihat mirip dengan para dayang di kerajaan yang selalu ketakutan setiap bertemu dengannya.

"Alan."

Panggilan Alena membuat Alan kembali menarik pandangan matanya yang tajam pada pelayan tersebut. "Iya kak?"

"Ayo ke kamarmu." Ujar Alena.

"Oke~" Alan dengan bahagia memegang tangan Alena dan naik ke lantai atas.

Sesampainya di kamar milik Alan, dia langsung terkejut dengan gaya dekorasi ruangan yang lebih ke arah pria dewasa karena ruangan itu tidak ada satupun mainan hanya beberapa properti seperti lampu, lukisan, dan lemari pakaian.

THAT'S YOU !!!MY VILLAINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang