CHAPTER 17 - KEPEDULIAN SANG KAKAK

377 47 2
                                    

"ALENA!!"

Putra Mahkota Evan berlari ke bangunan milik Raja saat mendapatkan berita mengejutkan dari Ajudannya. Saat dia mendobrak masuk pintu kamar itu, matanya langsung tertuju pada sosok yang terbaring lemah di atas ranjang.

Evan segera berlari dengan cepat ke sisi samping kanan ranjang. Dia menggenggam tangan gadis yang saat ini tidak sadarkan diri. Matanya seketika menemukan keanehan pada pergelangan milik gadis itu yang terdapat sebuah balutan kain kasa dan aroma obat tercium kuat di seluruh ruangan.

"Evan." Panggil Raja saat dia masuk dan melihat pintu kamarnya sudah hancur menjadi beberapa bagian.

Evan tidak menjawab, tubuhnya membeku di tempat. Pandangan mata yang mengerikan terpancar dari mata merah pemuda itu.

"KAMU SUDAH BERJANJI PADAKU UNTUK MENJAUHKAN ADIKKU DARI BAHAYA!" Teriak Evan sambil mengarahkan jarinya dengan marah pada Raja.

"Dimana sopan santun anda, Pangeran!" Tegur Ajudan Raja pada pemuda itu.

Raja segera melangkah mendekat dan matanya melirik ke arah wajah pucat milik putrinya itu.
"Dia sudah pulih dengan baik. Obatnya berfungsi dengan baik." Katanya.

DEG!

Evan membulatkan matanya menatap sosok ayahnya dengan tidak percaya. Bagaimana bisa ada seorang ayah yang hanya bersikap acuh pada anaknya sendiri yang sedang sekarat. Sikap Raja benar-benar tidak berperasaan untuk Putri kandungnya, berbeda dengan Evan yang mendapatkan semua perawatan dan kasih sayang orang tuanya, Alena seolah menjadi duri itu sendiri di mata orang lain.

Aura di tubuh Evan mulai menjadi gelap bahkan tanduknya mencuat keluar dari kepalanya. Sisik di lehernya juga ikut keluar karena energi negatif yang semakin kuat.

"Pfftt-!!"  Alena yang terbaring lemah segera memuntahkan seteguk darah akibat tekanan yang di pancarkan oleh tubuh Evan di seluruh ruangan.

Mata gadis itu perlahan mulai terbuka. Sepasang mata merah dengan cahaya keemasan di lingkaran matanya.  Gadis itu menatap langit kamar yang begitu asing baginya. Baru saja dia menyadari bahwa dia tidak sendiri di tempat asing itu, aroma khas yang dia kenali juga ada disana.

"Alena..kamu sudah bangun," Lirih Evan yang begitu khawatir dengan kondisi gadis itu.

"E..Evan?" Alena membuka mulutnya dan suara serak keluar dari mulut gadis itu.

"Iya, aku disini." Evan mendorong Raja ke samping dan berjongkok di samping ranjang adiknya itu sambil menggenggam kedua tangannya erat.

"Tubuhku terasa sakit, Kak." Ujar gadis itu lemah.

"Sakit?! Kalau begitu aku panggil dokter dulu!!" Pekik Evan yang langsung bangkit dan berlari keluar mencari dokter.

Alena perlahan bangun dan melirik ke arah Raja yang berdiri mematung disana.
"Salam, Yang Mulia."

Raja mengejutkan keningnya. Dia tidak ingin gadis itu bangun dulu karena punggungnya masih terluka.
"Tidurlah lagi."

Alena menggelengkan kepalanya. "Saya tidak terluka parah." Balasnya singkat.

Gadis itu mengambil jubah luarnya dan memakainya tanpa bantuan pelayan. Tindakan gadis itu membuat Raja mengerutkan keningnya lebih dalam. Sifat gadis itu tenang dan acuh pada sekelilingnya, dia merasa bersalah karena sikapnya yang selama ini mengabaikan gadis itu. Jika saja Alena tidak berhubungan dengan ramalan itu, dia mungkin tidak akan merasakan semua ini.

{Bencana akan lahir di keluarga Naga}

Entah itu bencana yang hanya akan berhubungan dengan istana kerajaan saja atau seluruh kerajaan. Para tetua mulai bersikap waspada pada setiap anak di dalam keluarga naga. Saat Alena lahir dulu, raja masih ingat bahwa saat itu langit berubah menjadi gelap dan petir merah menyambar seluruh kerajaan dengan dashyatnya. Saat itulah semua orang berpikir bahwa Naga yang baru lahir adalah bencana yang telah di ramalkan.

THAT'S YOU !!!MY VILLAINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang